Chereads / KAZAM / Chapter 5 - KAZAM (bagian kelima)

Chapter 5 - KAZAM (bagian kelima)

"Nah kita sudah sampai, lu masih ingat be pung rumah lex?" Ujar Dominggus saat sampai dirumahnya.

"Tentu dom, baru dua hari aku disini sudah terlibat masalah, mana bisa kulupa." Alex tersenyum.

"Hahah, ya.. ya lu benar lex, maafkan beta Lex, gara-gara permasalahan beta, lu masuk penjara." Ucap Dominggus lirih.

"Ahhh, tak usah seperti tu kawan, sudah jalannya seperti itu." Timpal Alex sambil menepuk pundak sahabatnya itu.

"Ini kamar lu lex, sementara lu disini, nanti be carikan tempat buat lu, kamar ini gak pernah dipakai lagi sejak terakhir lu disini, kemaren sudah be minta orang untuk bersihkan, oh ya, barang-barang lama lu ada di lemari Lex, be tak pernah buka." Ucap Dominggus.

Alex melihat sekeliling kamar, kamar ini cukup mewah bagi Alex, "ini pegang Lex, untuk lu beli rokok atau apapun, nanti kalau habis jangan sungkan minta oke?" Dominggus mengeluarkan segepok uang dan meletakkannya di meja. Alex hanya mengangguk

"Be ke kamar dulu lex." Dominggus kemudian keluar dari kamar Alex.

"Terima kasih kawan." Ucap Alex, Dominggus hanya mengibaskan tangannya dan berjalan menuju kamarnya, Alex menutup pintu kamarnya dan menguncinya, Alex kemudian berjalan menuju lemari, dibukanya lemari itu, Alex melihat ada sebuah sling bag di dalam lemari.

Alex mengambil tas itu, dan duduk di tepi ranjang, tas itu dia titipkan pada Dominggus sebelum masuk penjara, Alex minta pada dominggus untuk menjaga tas itu baik-baik, dan sepertinya Dominggus juga tak iseng untuk melihat isi tas yang terkunci gembok. Alex memasukkan kombinasi kata sandi gemboknya, walau sudah beberapa tahun, kombinasi itu tak akan pernah dia lupa.

Alex menghela napasnya sebelum membuka sling bag di tangannya ini, dalam sling bag ini, semua kehidupan masa lalunya tersimpan rapat, perlahan Alex membuka resleting tas berwarna hijau lumut itu.

Dalam tas itu ada sebuah belati militer, sebuah teropong single yang punya jarak pandang hingga 500 meter serta dilengkapi dengan night vision, keduanya adalah hadiah dari temannya, seorang prajurit Navi Seal Amerika yang dulu pernah ikut latihan gabungan di banyuwangi. Sebuah fotokopi dari KTA nya, sebuah Atm dari banK pemerintah tempat dia menerima gaji sebagai prajurit, dan beberapa foto-foto lama.

Alex mengambil foto-foto yang berserakan di dalam tasnya, foto saat dia bergandengan bersama Heru sesaat setelah menumpas perompak Somalia, foto bersama dengan rekan-rekan seangkatannya saat lulus pendidikan militer, foto-fotonya bertiga, dirinya, heru dan komandannya Kapten Pandu.

"Sori ndan, saya mengecewakan anda, tapi ini sudah keputusan saya, selamanya saya akan berhutang budi pada anda ndan." Dielusnya foto Kapten Pandu.

Dan sebuah Foto terakhir, Alex memegang dan menatap foto itu cukup lama, foto seorang gadis manis, dia adalah Gendis Wulandari, adik dari sahabatnya Heru, gadis ini pernah singgah di hatinya, Alex menjalin hubungan dengan Gendis di luar sepengetahuan Heru, dia adalah satu-satunya wanita yang bisa membuat Alex yang beringas seperti harimau, bagai kucing anggora, kembali Alex menghela napas, semua ini adalah masa lalu, semuanya! termasuk juga Gendis.

Sejak masuk penjara, Alex tak pernah lagi mendengar kabar dari Gendis, walau dia tahu beberapa kali Gadis itu menjenguknya di penjara, namun Alex tak ingin menemuinya, bukan karena dia marah, tapi Alex ingin gendis membencinya, sehingga dengan membencinya, Gendis bisa melepaskannya. Dan Alexpun bisa melupakan Gendis.

Alex merebahkan punggungnya di kasur, Foto Gendis masih terus dipandanginya, susah payah Alex berusaha melupakan gadis ini, kerinduannya pada Gadis ini sungguh sangat menyiksa, 7 Tahun berlalu akhirnya sedikit-demi sedikit Alex bisa meredam perasaanya pada gadis itu.

***

Letkol Pandu menghisap rokoknya dalam-dalam, entah kenapa malam ini dia teringat pada anak didiknya di militer, Alexander Karo, seorang pemuda yang penuh dengan tekad dan memiliki kebugaran fisik diatas rata-rata, saat melihat Alex pertama kali, Letkol Pandu yang saat itu berpangkat Kapten, merasa kalau anak muda ini terlalu berharga untuk menjadi seorang prajurit biasa.

Kapten Pandu merekomendasikan Prada Alexander Karo untuk ikut seleksi pasukan Elit, pada awalnya Alex sangat tak percaya diri untuk ikut seleksi tersebut, namun dengan dorongan motivasi yang diberikan kapten Pandu, akhirnya Alex mengikuti tahapan seleksi yang harus dilaluinya.

Pengamatan Kapten Pandu cukup tepat, Alex dengan mudah menyelesaikan tahapan tes yang paling sulit bagi rata-rata prajurit yang mengikuti seleksi, yaitu Survival.

Sejak Kecil Alex tumbuh dalam lingkungan yang keras, di usianya yang belia, Alex telah mencari uang sendiri untuk keperluannya, kadang dia disuruh orang untuk mencari daun obat-obatan di hutan, kadang dia menjadi pemandu bagi para mahasiwa yang hendak mendaki gunung, tak heran jika Alex tahu mana tumbuhan yang aman untuk dimakan, mana tanaman yang bisa diapakai untuk obat dan lain sebagainya

Letkol Pandu menghela napasnya, apa yang terjadi pada Alex adalah sebuah tragedi, Angkatan Laut kehilangan prajurit terbaiknya, bukan hanya Angkatan Laut namun juga negara ini!

Alex adalah sedikit dari prajurit yang memiliki kemampuan luar biasa, dia adalah killing machine yang sempurna, walau sedih harus kehilangan anak buah terbaiknya, namun Pandu bisa memahami apa yang telah dilakukan Alex, ketika keadilan dan hukum tak berpihak, maka keadilan harus di buat sendiri, Pandu tak membenarkan tindakan Anak buahnya itu, namun sebagai sesama Prajurit, Pandu memahami jiwa Korsa dari anak buahnya itu, Pandu hanya berharap Alex tak berada di pihak penjahat, karena jika orang dengan kemampuan seperti dirinya menjadi penjahat, maka itu adalah berita buruk bagi para penegak hukum, dan kini sudah hampir 5 tahun , Pandu tak mendengar kabar mantan anak didiknya itu.

***

Ale segera bangkit dari kasur, kupingnya yang terlatih mendengar sayup-sayup suara Dominggus yang ngomel-ngomel, "sepertinya ada sesuatu." Benak Alex, dia memasukkan kembali semua barang-barang tadi ke dalam tas, dan pergi keluar kamar.

"Mo pi mana dom?" Tanya Alex saat melihat dominggus seperti terburu-buru.

"Be ada Urusan sebentar lex." Jawab dominggus singkat, "Oi vic cepat keluarkan mobil.." teriak dominggus pada victor yang bergegas masuk ke mobil.

Alex membuang rokok yang sedang dihisapnya, lalu dipijaknya rokok itu, Dominggus segera masuk mobil, Alex hanya memperhatikan sahabatnya itu masuk ke mobil, "sepertinya ada sesuatu yang terjadi." Ucap Alex dalam hati, mobil dominggus pergi dengan cepat.

Alex memperhatikan sekelilingnya, ada sebuah sepeda motor dengan kunci menggantung di stop kontaknya, Alex kemudian menghampiri motor tersebut.

"Tahan sebentar John ini gua lagi menuju ke sana, jangan sampai polisi itu memeriksa muatan paham lu!" dominggus mendengus kesal.

"Cepat sedikit Vic!" sergahnya pada victor yang mengemudikan mobil, "Ya bos." Victor menekan pedal gasnya dalam-dalam.

***

Johny meletakkan hpnya kembali ke dalam saku celana pendeknya, setelah mendapat telpon dari Dominggus, Johny sedikit lebih tenang. senjata yang tadi diselipkan ke belakang celananya, diletakkan kembali di dalam dashboard, Johny kemudian turun dia berusaha mengulur waktu hingga dominggus tiba.

"Maaf bapak, yang kami bawa ini hanya aksesoris pak, bukan kami tak mau buka tapi bagaimana ya." Johny coba meberikan pengertian pada polisi yang ingin memeriksa muatan, hp Johny kembali berbunyi, "sabantar pak." Johny kemudian menjauh untuk menerima telpon dari dominggus.

"Ya bos dong minta doi sepertinya , cuka minyak!, bos sadang dimana, ya bos katong sonde pung doi...oke... oke bos , be coba mengulur waktu." Johny menutup telponnya, lalu kembali menghampiri polisi tadi.

"Kalian ini main-main dengan kami ya, cepat buka, atau kami akan sita truk anda." Ucap polisi tadi, Rekannya hanya menyaksikan di dekat mobil patroli. Sebuah cahaya lampu mobil semakin mendekat, tak lama mobil itu berhenti didepan mobil patroli. Dominggus mengangguk memberi salam kepada polisi yang berada dekat mobil patroli, dominggus bergegas menghampiri polisi yang sedang berbincang dengan Johny dan awak truk.

Dominggus bersalaman dengan polisi tersebut, wajahnya dibuat berseri-seri, "Maaf bapak, sepertinya ada salah paham disini." Dominggus mengajak polisi itu menjauh, entah apa yang dibicarakan oleh dominggus, namun terlihat dominggus menyelipkan sebuah benda berbentuk amplop kepada polisi tersebut. Polisi itu kemudian seperti berbicara sesuatu dengan Dominggus dan kemudian pergi meninggalkan dominggus.

Dominggus memberi salam pada mobil patroli polisi yang pergi meninggalkan mereka, Dominggus kemudian menghampiri Johny, Dominggus memerintahkan johny untuk meneruskan perjalanan ke Gudang milik Erik, Dominggus memutuskan untuk mengikuti truk hingga tiba di Gudang.

Di kejauhan dalam kegelapan malam, Seorang pria membidikkan lensa teropongnya yang memiliki mode night vision kepada Dominggus dan polisi yang bercakap-cakap dengannya, Pria itu tersenyum sinis saat melihat polisi tadi mengambil amplop yang diberikan dominggus, Lensa teropongnya trus dia bidikan ke arah polisi yang kini berjalan menuju mobil patroli, pria itu melihat mobil patroli itu pergi, dia sempat melihat dan menghapalkan plat mobil patroli tersebut. Pria itu kemudian memasukkan teropongnya ke dalam tas, pria itu kemudian mengikuti mobil patroli dengan motornya dari jarak yang dirasakannya cukup aman.

***

Jam 6.30

Kerumunan masyarakat ramai mengelilingi sebuah mobil patroli polisi, para pengguna jalan yang mulai ramai juga ikut berhenti untuk melihat apa yang telah terjadi.

Tak lama suara sirene mobil polisi dan ambulan tiba di tempat tersebut, beberapa polisi tanpa seragam bergegas mendekati mobil patroli tersebut, sedangkan polisi lainnya berusaha menjauhkan masyarakat dari tempat tersebut, tak lama mobil Inafis juga telah tiba di tempat tersebut.

Seorang pria setengah baya turun dari mobil Inafis diikuti beberapa pria lain, petugas yang berjaga memberi hormat padanya, Pria paruh baya itu adalah Dokter Fahmi, kepala laboratorium forensik di wilayah metro jakarta utara.

Dokter fahmi memperhatikan sekeliling tempat itu, "kalian coba susuri tempat ini dengan radius 200 meter, apa saja yang kalian temukan puntung rokok, atau apapun ambil semua, perhatikan jejak-jejak ban atau apapun." Perintah Dr fahmi pada anak buahnya.

Dokter Fahmi mendekat ke mobil tersebut, para reserse yang sedang berada disana memberikan ruang bagi sang dokter untuk melakukan pemeriksaan, Dokter fahmi mengenakan sarung tangan karetnya sambil mengintip ke dalam mobil, dari pengamatan visualnya dokter fahmi melihat seorang polisi tergeletak di depan kemudi dengan kepala mendongak di kursi pengemudi, dokter fahmi melihat ada bercak darah kering dari telinga dan hidung polisi tersebut, dengan hati-hati dokter fahmi kemudian membuka pintu mobil, di sentuhnya jenazah polisi tersebut, beberapa reserse agak memalingkan wajah mereka saat melihat kondisi jenazah, tenggorokan polisi malang itu hancur dan tembus hingga ke leher belakang.

Dokter fahmi memfoto kondisi jenazah korban dari berbagai sudut. Dokter itu menulis sebuah angka dan meletakkan angka itu didekat pistol yang dipegang jenazah , lalu dokter Fahmi mulai memotret pistol yang berada di genggaman jenazah polisi malang itu, setelah dirasakan cukup, dokter fahmi mengambil pistol tersebut dan memasukkan ke kantong barang bukti

"Coba kalian bantu keluarkan jenazah beliau." Ucap dokter Fahmi kepada beberapa petugas reserse yang ada di sana, "hey pakai sarung tangan kalian, jangan sampai barang bukti terkontaminasi dengan sidik jari kalian!" hardik dokter Fahmi, para petugas tersebut menuruti perintah dokter setengah baya tersebut.

Sebuah kantong jenazah berwarna oranye disiapkan, setelah susah payah mengeluarkan jenazah, para petugas meletakkan jenazah korban ke dalam kantung jenazah, sebelum kantung jenazah ditutup, Dokter Fahmi memeriksa mulut jenazah yang terbuka kaku, dengan sebuah penggaris khusus dokter fahmi mengukur lebar mulut jenazah yang menganga itu, dokter setengah baya itu kemudian mencatat di buku notes yang dibawanya, anak buah dokter Fahmi memotret saat dokter fahmi melakukan pemeriksaan.

"Saya temukan pelurunya!" tiba-tiba salah seorang petugas berlari sambil membawa sesuatu. Dokter Fahmi menepuk jidatnya. "Lain kali kalau ketemu jangan langsung kau ambil, beritahu kepada kami, biar kami dokumentasikan dulu." Dokter fahmi mendengus kesal. Petugas tersebut terlihat salah tingkah. Para petugas yang ada disana telah mengenal benar karakter dokter satu ini, dokter ini terkenal bawel dan detail dalam melakukan pemeriksaan, dokter ini sangat di hormati di kalangan penyidik, sehingga walau terkesan menyebalkan, namun tak ada yang berani membantah dokter satu ini.

Salah seorang anak buah dokter fahmi mengambil peluru dari tangan petugas tersebut dan memasukkan ke kantung barang bukti, dia juga memotret lokasi ditemukan peluru

Kanit Reskrim polsek setempat, AKP Gunawan tiba di lokasi, beberapa reserse memberi hormat padanya, setelah melihat kondisi jenazah, wajah Gunawan terlihat merah, sepertinya dia sangat marah dengan apa yang terjadi dengan salah satu anak buahnya, Gunawan menghampiri dokter Fahmi dan memberi hormat pada dokter itu.

"Menurut dokter apa yang terjadi dengan anak buah saya itu, dia bunuh diri atau dibunuh?" Nada gusar begitu kentara dalam suaranya.

"Mengenai itu, saya belum bisa menyimpulkan, dari pengamatan luar memang terkesan bunuh diri." Jawab sang dokter.

"Tapi..." tanya AKP Gunawan kembali, Dokter Fahmi menatap Gunawan tajam.

"Tapi apa? Gak ada tapi, ya itu pendapat saya dari pengamatan visual, kalau pastinya kami harus otopsi jenazah terlebih dahulu toh." Jawab dokter fahmi santai

Walau agak gusar mendengar jawaban dokter tua ini, namun Gunawan berusaha sabar, "baik dok kami akan tunggu hasil otopsi, permisi saya akan mengambil alih dari sini. Tim dokter sudah selesai kan?"

"Tim saya sudah selesai, kalau saya jadi anda, coba cek di radius sampai 1 km, apakah ada tanda-tanda seperti Ban motor/mobil yang mencurigakan." Ucap dokter fahmi santai.

"Baik dokter, terima kasih atas sarannya." Andri kembali memberi hormat pada dokter tua di depannya ini dan kemudian meninggalkan dokter tersebut

"Benarkah dia bunuh diri, dari yang kudengar, Almarhum memang punya banyak masalah." AKP Gunawan bertanya-tanya dalam hati.

***

Bersambung