"Apa lagi Rupert?" Laksa semakin jengkel dengan kedatangan Rupert kali ini.
Dia tengah memijat pangkal hidungnya, menghitung berapa banyak lagi laporan yang harus dia pelajari dan baca per hari ini.
Rupert sama sekali abai dengan kejengkelan sang tuan muda, dia berjalan lurus dan berdiri tepat di depan meja Laksamana.
Laksa mendengus kesal, dia tahu kalau Rupert benar-benar tak punya emosi baginya. Wajah teramat datar yang ingin sekali dia ajukan untuk operasi kecantikan di Korea Selatan.
"Berapa harga untuk membuatmu tersenyum, huh? Begitu pelitnya kau untuk senyum sedikit," ejek Laksamana yang menyingkirkan tumpukan kertas di depannya.
Rupert tak peduli. Kali ini dia malah berucap, "saya tak peduli, Prince. Yang jelas saya melakukan pekerjaan sesuai apa yang diperintahkan saja."
"Sudahlah. Diam."
"Sepertinya saya tak bisa diam untuk kali ini."