Laksa menyeringai. "Ah, mana bisa tenang dan berdiam diri saja di waktu seperti ini. Aku menerima email dari temanku di Indonesia. Kekasihku sudah ditemukan, temanku memberitahukannya melalui email, jadi jangan coba-coba menjadi pengadu kepada pria tua itu. Sebaiknya aku segera pulang bukan?"
Rupert masih memandang datar Laksamana yang masih sibuk berkemas.
"Bagaimana jika His Serene melarang? Apa anda akan tetap pergi?"
Laksamana diam sejenak, tentu dia tak menyukai ide itu. "Kau tak seharusnya membela pria tua itu terus menerus, Rupert. Kau amat menyebalkan setelah aku berbincang denganmu beberapa hari ini ha," ketus Laksamana.
Laksa menutup kopernya dan berjalan ke sisi ruangan untuk duduk di salah satu sofa.
"Duduklah, aku pusing melihatmu terus berdiri seperti patung," keluh Laksamana lagi. Rupert tentu menuruti keinginan putra dari tuannya itu.