Asap rokok mengepul di sudut jendela cafe, tanda seseorang menikmati benda yang terbuat dari tembakau itu. Hujan di luar jendela tidak kunjung reda membuat Vicle (Bayangin aja Kim Taehyung hehe) terhanyut dalam lamunannya. Cafe yang cukup berisik itu tidak membuatnya terganggu, karena pusat lamunannya adalah Mia (bayangin aja Suga versi cewek hehe). Ini adalah sekian kalinya Vicle di buat menunggu saat janji bertemu dengan kekasihnya ini, maklum jadwal sang kekasih sangat padat. Vicle menghela nafas lagi, mungkin kekasihnya itu tidak akan datang, karena sudah 3 jam dia terpaku di sudut cafe, di sebelah jendela. Tapi entah kenapa berapa jam pun Vicle menungu, dia tetap percaya bahwa kekasih yang sangat dia cintai itu akan datang. Seperti itulah pemikirannya yang terbawa aroma hujan yang segar, sampai alam mimpi menyapanya.
....
Gadis itu berkutat dengan operasinya, keringat berlomba turun dari pelisipis menuju pipinya yang gembil dan mulus. Para perawatnya dengan sigap memberikan apa yang dia perlukan. Beberapa jam kemudian, operasi yang melelahkan tersebut selesai.
Gadis tersebut sudah terduduk di ruang kerjanya sambil merenggangkan tubuhnya yang kaku usai pekerjaannya tersebut, sambil memikirkan pasien anak kecil yang tadi, serasa sedih membayangkan kalau anak sekecil itu sudah menerima beban sakit yang berat. Padahal masih ada hari hari menyenangkan di sekolah yang mestinya anak itu dapatkan, bukan malah menghabisakan harinya di rumah sakit. Gadis itu mengedarkan pandangan ke seluruh ruang kerjanya seperti mencari sesuatu yang hilang. Iya, memang benar. Di ingatannya ada yang hampir terlupakan yaitu kekasihnya, Vicle. Gadis itu, Mia. Mia memukul meja yang dia tempati, melirik jam dinding, sudah terlewat 4 jam dari waktu janji bertemu dengan Vicle. Merasa kecewa dengan dirinya karena tidak sempat mengabari Vicle bahwa ada operasi mendadak, semendadak detak jantungnya sekarang. Detakan itu terus ribut dalam dadanya, dia rindu pemuda yang selalu memberinya senyumnya yang tulus. Sangat rindu. Mia berdiri dari kursinya dan berlari menuju lemari tempat dia menyimpan tas dan handphonenya, memegang benda persegi panjang. Hendak menelpon kekasihnya, tertera di layar sedang melakukan proses panggilan. Mia menatap handphonenya seperti sedang mengancam benda itu kalau benda itu tidak berhasil menghubungkannya dengan Vicle.
Tut...
Tut...
Tut...
"Halo sayang?" terdengar suara berat menyapa pendengarannya, perut Mia serasa dipenuhi kupu-kupu
"Vicle! Ma-maafkan aku. Aku tadi ada operasi darurat, seorang anak kecil. Aku harus menyelamatkannya. Kau pasti menunggu lama kan? Itu salahku, maaf"
Terdengar kekehan dari seberang sana.
"Miaw miaw sayang, tidak apa-apa, aku mengerti. Apa anak kecil itu sudah baik-baik saja?"
"Iya sudah. Kamu dimana?"
"Aku..aku sudah dirumah"
"Benarkah? Apa kau punya waktu lagi untuk bertemu denganku?"
"Tentu saja, tapi hanya 20 menit. Aku punya kelas Jam 2 siang ini, tunggulah disana. Aku akan menjemputmu"
"Ta-tapi tapi-"
Tut
Mia menghela nafas, seharus dia tidak dijemput sebagai hukumannya. Seharusnya Mia sendirilah yang datang menemui Vicle. Tapi pemuda itu tidak bisa seperti itu. Mia merasa sangat tidak enak. Mia berlari menuju keluar rumah sakit.
To be continue