Club malam
Malam ini Fahriz minum sendiri dan tidak ditemani teman temannya. Setelah Andini meninggalkan dirinya di ruang makan Fahriz segera pergi dengan mobilnya.
"Kris tambah satu lagi. "
"Lo mau nambah lagi riz, lo udah banyak minum lo?" Jawab Kristian salah satu bartender langganan Fahriz dan teman temannya.
"Bawel lo, suka gue mau minum banyak kek atau gak uang uang gue. " Jawab Fahriz yang sudah setengah mabuk.
"Terserah lo, gue cuman ngingetin lo. Lo bawa mobil gak sayang lo sama nyawa lo punya masalah boleh tapi jangan sampai celakain diri sendiri. "
Fahriz yang muak dengan perkataan Kristian pun meningalkan meja bar.
"Eh.. Lo mau kmana?" Nanya Kristian yang bingung sama tingkah Fahriz malam ini.
"Pulang, muak gue lihat muka lo sama nasehat lo. " Fahriz pun meninggalkan club dengan jalan agak sempoyongan.
"Ya elah si kawan, di nasehatin yang betul kagak terima. " Kristian yang khawatir dengan Fahriz, karena mengendarai mobil dengan mabuk pun menelpon farhan untuk menyusul Fahriz.
Fahriz yang menyetir mobil sambil mabuk pun kehilangan kendali dan membuat Fahriz menabrak sebuah pohon dan kehilangan kesadaran.
Rumah sakit.
Fahriz pun sadar dari pingsannya dan melihat dokter wanita yang berjilbab sedang memeriksa dirinya
"Saya dimana? " Kata Fahriz yang masih setengah sadar.
"Bapak sedang di rumah sakit." Jawab dokter singkat.
"Saya kok bisa di rumah sakit? "
" Bapak tadi kecelakan karena mengendarai mobil sambil mabuk. Lain kali pak kalok mabuk jangan bawa kendaraan karena itu bisa merugikan orang lain dan bapak sendiri, bahkan bisa buat orangtua kita khawatir sama keadaan kita."
Fahriz yang mendengar perkataan dokter tersebut hanya bisa diam.
"Bapak dengar perkataan saya kan? ".
" Saya dengar dan itu bukan urusan dokter. "Jawab Fahriz dengan dengan sinis.
Dokter itu pun hanya bisa menghela napas dengan jawaban Fahriz.
" Saya hanya mengingatkan saja sebagai dokter yang memeriksa anda jika tidak peduli dengan orang lain setidaknya peduli dengan diri kita sendiri, ibu anda capek melahirkan anda dan membesarkan anda dengan mempertaruhkan nyawa dan kasih sayang, tapi anda dengan tindakan ceroboh anda melukai apa yang dirawatnya selama ini tanpa memperdulikan dirinya sendiri. " Jawab dokter itu dengan dingin.
Fahriz yang mendengar perkataan dokter itu lagi pun hanya bisa diam.
"Dan ini hp anda dari tadi bunyi. " Dokter itu pun meninggalkan Fahriz setelah memberikan hpnya.
Fahriz yang menerima hpnya dan melihat punggung dokter itu pergi keluar dari ruangannya.
Fahriz yang melihat banyak panggilan dari Farhan pun segera menelpon farhan kembali.
"Halo, han. "
"Halo, lo dmana? Kenapa telpon gue gak lo angkat. Lo gpp kan? "
"Eh satu satu bro kali mau nayak, macam nyokap gue aja lo jadinya. "
"Eh anjir, gue khawatir ama lo. Cepat lo dmana soalnya si kris nelpon gue lo nyetir sambil mabuk. "
"Pantas lo nelpon gue banyak banget, rupanya si kris pelakunya. Gue dirumah sakit. "
"Ok gue kesana. Sampai gue di rumah sakit lo harus ceritain semuanya paham lo. " Jawab Farhan dan langsung mematikan teleponnya.
**skip**
Farhan yang sudah sampai dirumah sakit dan sudah mendengarkan kejadian yang menimpa Fahriz pun hanya bisa memberikan kata - kata penyemangat untuk Fahriz.
"Lo gak tidur? " Tanya Farhan dari sofa yang tidak jauh dari tempat tidur Fahriz.
"Gak ngantuk gue. Oh iya nyokap gue ada nelpon lo gak?. "
"Ada tadi, tapi gue jawab lo nginap di apartemen gue. Udah lo tenang aja. " Jawab Farhan yang menyakinkan Fahriz.
"Oh syukurlah".
Tiba -tiba suster datang keruangan rawat Fahriz. Fahriz sudah dipindahkan ke ruang VVIP setelah Farhan mengurus semua administrasi Fahriz tadi.
" Permisi mas, saya mau ganti perban mas? ".
"Oh, silahkan Sus. " Jawab Fahriz dengan sopan.
Farhan yang mendengar perkataan suster tersebut pergi meninggalkan kamar rawat fahriz.
"Sus saya boleh nanyak?"
" Oh. Boleh pak. Mas mau nanyak apa? " Tanya suster tersebut sambil membersihkan luka yang ada di kening Fahriz.
"Hm.. Saya mau tanya dokter yang ngerawat saya beberapa hari ini? " Tanya Fahriz dengan malu malu.
" Dokter yang mana ya mas? "
"Dokter yang berjilbab, yang meriksa saya kemarin sama suster? "
" Oh dokter Tiara? . " Yang paham dengan pertanyaan Fahriz.
"Iya Sus, kok hari ini dokternya gak bareng sama suster? " Tanya Fahriz dengan penasaran.
"Dokter Tiara lagi ada pasien operasi jadi dokter ngasih amanah ini sama saya mas. " Jawab suster dengan singkat.
"Oh.. Okok Sus. " Jawab Fahriz
"Ok udah siap ya mas, nanti mas bisa pulang untuk ganti perban terakhir kali nanti. "
"Dokter Tiara juga bareng suster kan untuk ganti perban saya nanti? "
"Sepertinya iya. " Jawab suster sambil tersenyum yang mendengar pertanyaan Fahriz.
"Ok Sus, makasih ya Sus." Jawab Fahriz sambil tersenyum. "
*Skip*
Hari ini, hari terakhir Fahriz di rumah sakit dan hari yang di tunggu tunggu Fahriz untuk bisa melihat dokter Tiara. Jangan tanya kenapa Fahriz sampai berharap bisa bertemu dengan dokter tersebut sedangkan dia pun tidak tahu mengapa dirinya jadi tergila gila ingin melihat wajah dokter dingin itu. Sejak dia mendengar nasihat dokter tersebut dia dapat melihat diri omanya di dokter citra, karena kata- kata yang dilontarkan dokter citra kepada dirinya sama persis apa yang dikatakan omanya ketika dia sakit atau mengalami kecelakaan kecil ketika dia bermain sewaktu kecil.
Fahriz yang melihat pintu ruangannya terbuka tetkejut ketika dia sadar hanya cuman suster yang kemarin yang masuk keruangannya.
"Lo.. Suster sendiri lagi? Tanya Fahriz yang masih melihat pintu ruangannya terbuka dan berharap dokter Tiara mungkin masih di luar.
Suster yang sudah di samping tempat tidur Fahriz pun hanya bisa menahan tawa melihat tingkah Fahriz.
" Lo.. Sus kok malah senyum-senyum bukannya menjawab pertanyaan saya. "Tanya Fahriz yang bingung melihat suster yang di sampingnya.
" O enggak mas.. " Sebelum suster menjawab pertanyaan Fahriz tiba tiba dokter citra memanggil nama suster yang selama ini menjadi asistennya.
"Sin.. Sudah di ganti perbannya? " Tanya Tiara yang datang menghampiri tempat tidur Fahriz.
"Ini lagi mau diganti dok. " Jawab Sinta gugup .
"Lo saya kira udah di ganti. Bukannya tadi saya cukup lama ya masuk ruangan ini? "Tanyak Tiara kembali pada Sinta, Tiara sangat tidak suka kerja yang lambat karena citra pun tahu kinerja Sinta tidak pernah seperti ini.
" Hm.. Anu dok.. "
"Maaf dokter tadi saya tidak mau diganti perbannya kalau tidak dokter yang menggantikannya, makanya suster Sinta gak ganti perbannya. " Fahriz pun yang tahu kegugupan suster tersebut memotong ucapan sinta.
"Hm.. Baiklah" Jawab Tiara dingin
Tiara pun mengambil alih alat yang dipegang Sinta dan segera menyelesaikan tugasnya. Karena dia gak paham sama tingkah Fahriz saat ini yang daritadi hanya senyum yang melihat dirinya.
"Ehem dok, saya kapan bisa pulang dok? " Tanya Fahriz yang mencairkan keheningan yang ada di kamar ini.
"Hari ini bapak sudah bisa pulang. " Jawab Tiara singkat.
"Dok saya belum tua banget kayaknya, dan kita sepertinya gak beda jauh umurnya. Jadi dokter bisa manggil nama saya aja. "
"Sepertinya kita tidak terlalu dekat. " Jawab Tiara dengan sinis
"Kalau gitu, perkenalkan nama saya Fahriz pratama. " Fahriz pun mengulurkan tangannya untuk berkenalan sambil melihat wajah cantik dan dingin Tiara yang sudah siap membersihkan lukanya.
"Maaf, saya sudah tahu nama anda dan bahkan biodata anda. "
"Dari mana dokter tahu? "Tanya Fahriz dengan polosnya.
" Sepertinya anda lupa kalau saya ini dokter dan saya memiliki rekam medis anda. "Jawab Tiara dingin yang heran mendengar pertanyaan fahriz.
"Hm.. Kalau begitu dokter dong yang gantian perkenalkan nama dokter. "
"Nama saya Tiara. " Jawab tiara singkat.
"Namanya cantik sama seperti orangnya. " Jawab fahriz dengan menampilkan senyum menjijikkan bagi Tiara dan Tiara yang malas berlama lama satu ruangan dengan Fahriz pun tidak merespon apa yang diucapkan Fahriz.
"Bapak hari ini sudah bisa pulang dan sebelum pulang nanti tolong bapak datang ke ruangan saya. " Setelah Tiara mengucapkan kalimat tersebut dia pun meninggalkan Fahriz.
Fahriz yang melihat sikap dingin Tiara pun semakin semangat untuk menaklukan hati dokter dingin tersebut.
****
"lo ngapain sih datang malam-malam kerumah gue, kayak gak ada kerjaan aja sih lo. "
Fahriz yang melihat Farhan yang mengomelin dirinya hanya bisa cengar cengir.
"Lo tahu gak gue lagi menangin lotre hari ini, dan ini berkat bokap gua baru kali ini bokap gue buat gua senang."
"Gua gak peduli kali ini sama cerita lo, karna gua ngantuk, mendingan lo pulang ajalah riz." Jawab Farhan sambil menutupi tubuhnya dengan selimut.
Fahriz yang sudah dari tadi baring di sebelah Farhan menarik selimut Farhan.
"Eh.. dengerin dulu lo han, lo pasti terkejut dengar cerita gua."
"Emang lo mau cerita apa sih."
"Lo masih ingat gak sama cerita gua yang bokap gua mau jodohin gua sama anak sahabatnya. "
"Iya gua masih ingat. " jawab Farhan malas.
"Dan lo tahu han ternyata yang perempuan yang di jodohin sama gua itu dokter yang kemarin ngerawat gue di rumah sakit, lo masih ingat kan sama dokternya. "
"hm, ya terus lo senang gitu karna dokter itu perempuan yang dijodohkan sama lo yang sampai buat Fariz Pratama senyum-senyum sendiri kayak orang gila beberapa hari ini. "
"Ho'o . Kok lo tahu han. "
"Ya tahulah gua itu bukan kenal sama lo itu kemarin sore, jadi paham aja sama tingkah lo walaupun gak ko ngomong. "
Fahriz yang mendengar perkataan Farhan cuma bisa melototkan matannya sambil mengacungkan jempolnya. "Hebat lo han yang paham betul soal gua. "
Farhan pun hanya mengedikkan bahunya. "lo udah kelarkan ceritanya, gua ngantuk mau tidur. "
"Ya udah tidur, kan gak ada yang ngelarang lo tidur. "
"Eh bangsat lo tadi yang ngebangunin gua, mending lo pulang sekarang riz kesal gua nengok muka lo."
"Udah malam banget han gua tidur disini aja ya malam ini. " Bujuk Fahriz yang masuk ke selimut Farhan. "
"Macam anak perawan aja lo takut pulang malam malam. "