Chereads / Phytagoras / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Pukul 05.00 Wib pagi Andini ibunya Fahriz sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk dua laki-laki yang dia sayang, Andini sangat tahu kalau Reza Pratama yaitu ayahnya Fahriz sudah dirumah, Fahriz tidak akan mau makan satu meja dengan ayahnya dan dia sangat paham maksud anaknya. 

Andini yang sibuk masak tiba tiba di kejutkan kedatangan Fahriz yang tiba tiba mencium pipi ibunya. Memang dari kecil Fariz selalu mencium pipi ibunya ketika baru bangun dan itu merupakan momen yang sangat disukai Andini, terlebih lagi Fahriz merupakan anak satu  satunya. 

"Selamat pagi mah".

" Pagi sayang. Kamu kok uda rapi aja".

"Iya mah,, hari ini ada rapat di kantor". Jawab Fahriz yang sudah duduk di meja makan. 

" Mamah hari ini masak apa? "

"Masak nasi goreng spesial buat mu". Senyum Andini sambil memberikan sepiring nasi goreng untuk anak semata wayangnya. 

"Dan untuk makan siang nanti mamah antar ya kekantor. "

"Makasih mah. " Fahriz sangat beruntung punya mamah seperti Andini walaupun Fahriz sudah besar andini tetap memperlakukan Fahriz seperti anak kecil dan Fahriz tidak pernah malu atas perlakuan mamahnya. 

Fahriz yang sudah selesai sarapan pun beranjak dari kursinya dan tidak lupa mencium mamahnya. 

"Fahriz pergi dulu ya mah".

" Iya sayang hati-hati. " 

Tidak lama kepergian Fahriz, Reza turun dari kamarnya untuk keruang makan. Sebenarnya Farhan selalu menyaksikan keakraban istrinya dan anaknya di ruang makan, dan dia sedih melihat keluarga kecilnya yang tidak pernah kumpul lagi di ruang makan, sebenarnya Fahriz sangat menyanyangi anaknya hanya aja karna kejadian masa lalu membawa kondisi keluarganya seperti ini. 

Andini pun yang melihat suaminya sedang berjalan ke ruang makan langsung tersenyum. 

Sebenarnya hubungan kedua orang tuanya tetap harmonis, karena Andini sangat pandai memposisikan dirinya sebagai istri sekaligus sebagai ibu. 

"Pagi sayang."sapa reza kepada istrinya sambil mencium Andini. 

" Pagi pah".

"Fahriz sudah pergi mah. " Tanya reza sambil menikmati sarapannya. 

Andini yang tersenyum menjawab pertanyaan reza karna dia tahu bahwa reza sangat menyanyangi anaknya. 

"Sudah pah,, tadi dia pergi pagi pagi sekali, katanya sih ada rapat. 

Reza pun hanya menganggukkan kepalanya. 

" Mah,, papah sebenarnya punya rencana untuk menjodohkan fahriz ke anaknya teman lama papah. Sebenarnya papah sudah lama mau membicarakan ini kepada mamah hanya saja karena kesibukan papah ditambah lagi hubungan papah dengan fahriz sedang tidak baik membuat papah tidak yakin dengan rencana perjodohan ini. Papah sangat yakin kalau mamah bisa membujuk fahriz. "

Andini yang bingung dengan perkataan suaminya, tidak tahu harus menjawab pertanyaan suaminya. 

"Papah yakin dengan perjodohan ini? "

"Iya mah". Jawab reza lantang. 

" Nanti mamah coba bicarakan ini dengan fahriz, tapi mamah ingin tahu kenapa papah sangat ingin menjodohkan fahriz kepada anaknya teman papah? "

Andini harus tetap bertanya alasan suaminya karena ini bersangkut paut dengan kehidupan anaknya. 

"Perjodohan ini warisan dari almarhum mamah. Papah sangat yakin  fahriz tidak akan pernah mau mengecewakan omanya."

Reza sangat tahu bahwa fahriz sangat menyanyangi omanya dan kematian omanyalah alasan fahriz tidak mau bersahabat lagi dengan papahnya. 

Andini pun hanya bisa menganggukan kepalanya dengan pasrah. 

"Nanti mamah coba bicarakan degan Fahriz".

Skip**

Hari ini Fahriz pulang cepat dari kantor tidak seperti biasanya. Sebenarnya dia kembali kerumah hanya untuk membersihkan diri saja, seharusnya di kantor Fahriz bisa saja membersihkan dirinya hanya saja pakaiannya yang di kantor kotor semua dan terpaksa dia pulang kerumah. 

Dan ketika dia pulang Andini dan reza sedang makan malam. 

"Fahriz, kamu sudah pulang. " Sapa andini yang melihat anaknya mau menuju kamarnya. 

"Iya mah. "

"Kamu sudah makan? "

"Nanti aja mah di luar". Jawab Fahriz cepat. 

" Kamu mau makan di luar lagi, makan bareng mamah sama papah aja ya. Mamah uda masak sambal cumi kesukaan kamu ni. " Bujuk Andini. 

Hm… lain kali aja ya mah. " Jawab Fahriz sambil melirik  reza yang menikmati makanannya. 

Sebenarnya Fahriz tidak tega menolak mamanya, Fahriz tahu mamahnya selalu membuat makanan kesukaannya setiap malam dan berharap anaknya mau makan bersama lagi. Katakan Fahriz anak yang jahat, tapi dia bertindak seperti ini untuk tidak memicu partengakarannya dengan papahnya yang bisa membuat mamahnya sedih lagi. 

"Sekali aja makan di sini ya nak, makan di luar terus kan gak bagus nak, malam ini aja seterusnya mamah gak minta makan malam bereng lagi deh." 

"Mah.." Fahriz yang tidak tega melihat raut wajah ibunya pun mengindahkan permintaan anaknya. 

Fahriz yang mengambil duduk dekat ibunya pun hanya bisa memasang wajah datar. Yang penting dia bisa membuat ibunya tersenyum. 

Andini  bahagia karena bisa makan malam bareng lagi dengan dua laki lakinya

"Hm.. Kamu mau lauk apa? " Tanya Andini yang m3ngambilkan nasi untuk Fahriz. 

"Kayak biasanya aja mah. "

Andini yang tahu kesukaan anaknya pun langsung paham apa yang diinginkan anaknya. 

"Ini makanan kesukaan anak mamah paling ganteng." Senyum Andini sambil mengelupas kepala Fahriz. 

"Apaan sih mah. " Jawab Fahriz sambil tersenyum. 

Setelah Andini memberika sepiring nasi dengan lauk kesukaan Fahriz tidak ada lagi suara di ruang makan dan hanya ada suara dentingan sendok. 

Reza yang sudah siap makan pun tiba tiba membuka suara soal perjodohan Fahriz dengan anak temannya. 

"Besok kami pulang cepat dari kantor soalnya besok malam ada  teman papah mau jumpa denganmu. "

Fahriz yang tidak paham pembicaraan papahnya hanya bisa mengangkat sebelah alisnya. 

"Kamu dengar apa yang papah bilang? "

"Dengar sangat jelaspun, tapi aku gak mau soalnya gak ada urusan teman anda dengan saya. " Jawab Fahriz dengan lantang. 

Reza yang tidak terima dengan jawaban anaknya langsung emosi. 

Kamu makin dewasa makin gak ada sopannya sama orang tua, pokoknya papah gak mau Terima alasanmu. "

"Untuk apa saya sopan untuk orang seperti anda! "

Reza yang tidak terima dengan perkataan Fahriz pun melemparkan  gelas yang dipegangnya kepada Fahriz dan seketika kening Fahriz berdarah karena tindakan reza. 

Andini yang melihat kejadian itu pun hanya bisa menjerit. 

"Ternyata perilaku anda belum berubah ya? "

Reza yang masih emosi ingin menampar Fahriz langsung dihalang Andini. 

"Stop pah! Jerit Andini. 

" Pokoknya kamu harus ada dirumah besok malam dan ini semua demi mendiang kamu. " Kata reza dengan lantang. 

*jangan pernah bawa oma untuk kegoisanmu". Jawab Fahriz dengan menaikkan suaranya dengan satu oktaf. 

Terserah kamu mau bilang papah apa, pokoknya ini salah permintaan oma untukmu. " Jawab reza dan meninggalkan ruang makan. 

Andini yang melihat kening anaknya berdarah langsung mengambil kotak P3K untuk mengobati luka anaknya. Andini yang mengobati luka Fahris  hanya bisa menagis. 

"Mah.. Maafin Fahriz ya udah buat mamah nangis lagi. "

"Gak nak ini gak salahmu ini salah mamah yang gak bisa jadi penengah untukmu dan papahmu."

Fahriz pun hanya bisa diam yang memdengar jawaban mamahnya yang selalu menyalahkan dirinya untuk kegoisannya dan papahnya. 

" Ini udah siap.. Lebih baik kamu mandi dan istirahat. " Andini yang sudah siap mengobati luka Fahriz pun pergi ke kamar dan menyuruh pembantu untuk membersihkan pecahan kaca dari hasil ribut suami dan anaknya.