Chereads / 100 Days With Vampire / Chapter 2 - 2.

Chapter 2 - 2.

Tanaman jagung yang Ijan dan Mawar tanam, tidak seperti biasanya tumbuh dengan sangat kurus. Seumur-umur apapun yang mereka tanam akan tumbuh sangat subur dan gemuk. Tidak turun hujan setelah Mawar menginjak usia 20 tahun. Padahal ia masih muda. Tapi kenapa Dewi Hujan tidak menurunkan hujan. Ijan sangat bingung. Kalau begini maka mereka akan kelaparan. Setiap pagi dan sore, Ijan harus mengambil air dari sungai yang lumayan jauh untuk menyiram tanaman di ladang mereka.

"Ayah kenapa tanahnya kering sekali?" Teriak Mawar menunjuk pada tanah.

"Terakhir turun hujan itu malam saat Maw berusia 20 tahun kan? ." Balasnya.

"Hah? Jadi baru saja beberapa hari? Pantas saja akhir-akhir ini selalu merasa panas dan gerah setiap hari."

"Apa Dewi Hujan marah karena kamu belum pernah di gauli oleh lelaki nak?"

"Lalu apa yang harus kita lakukan? Kalau seperti ini kita akan kelaparan Ayah...."

"Mana mungkin ada lelaki yang mau dengan ku ada-ada saja Ayah ini."

"Pasti ada. Eh Teo kemana? Dia ikut bukan?" Tei adalah panggilan Ijan dan Mawar pada lelaki yang Mawar temukan di sungai.

"Dia ingin ke sungai mencari ikan katanya."

Perasaan Ijan tidak enak. "Susul dia. Ayah takut dia malah hanyut terbawa arus."

Mawar menaruh keranjangnya di atas tanah yang pecah-pecah. Langsung berlari menuju sungai. Tidak ada Teo disana. Hanya terdengar kicauan burung saja.

"Teo!!!!!!" Teriak Mawar.

Teo sedang meminum darah rusa yang ia tangkap. Kini Teo merasa badanya kembali segar. Teo belum mendengar Mawar memanggilnya jadi dia masih setia duduk di bawah pohon beringin merasakan angin yang berhembus.

Mawar jengkel dari tadi memanggil Teo namun pria itu tidak kunjung muncul. "Teo kau dimana? Kita akan pulang! Apa kau akan disini terus menerus hah?"

"Maafkan aku. Aku hanya mencari kelinci untumu. Nih...." Sempat-sempatnya Teo mencari alasan agar tidak gugup saat di tanya oleh Mawar dan Ijan.

"Mana ikan nya?"

"Hm ikannya tidak ada. Kau bakar saja kelinci ini!"

"Tidak akan. Aku akan berternak kelinci."

"Kan harus sepasang?"

"Iya. Yang kemarin kau bawa dia kelinci betina tapi masih kecil. Dan ini sepertinya jantan. Jadi kita tunggu saja kelinci betinanya mengandung."

"Tapi kan kelinci betina itu masih kecil?"

"Tubuhnya saja yang kecil Teo. Tapi dia pasti sudah siap jadi Ibu."

"Oh begitu rupanya." Jadi gini ya pura-pura bego dan gak tahu apa-apa. Tapi semoga aja Ayah gak menemukan aku disini.

"Iya. Ayo kau bawa ini ambilah air. Ku tunggu di ladang." Mawar meninggalkan Teo sendirian di sungai. Nawar baru saja sampai tapi Teo sudah ada di balakangnya.

"Nih air nya."

Mawar terlonjak kaget. "Kau pakai apa? Kenapa begitu cepat? Bukannya dari sungai kesini cukup jauh?"

"Aku berlari secepat kelinci."

"Ayah ini air nya." Teriak Mawar di balas iya oleh Ijan. "Aku pulang duluan ya karena akan menyiapkan makanan untuk kalian. Kau bantu ayahku ya. Jaga dia juga." Pamit Mawar.

Di istana Vampir, Erlan sudah menyuruh prajuritnya mencari keberadaan putra mahkota Bright. Namun mereka belum juga menemukannya. Erlan setiap hari memarahi istrinya yakni Varvati.

"Jangan sampai dia tinggal bersama manusia!"

"Tapi mengapa? Bright tidak mau kau nikahkan dengan Aurora."

"Dia harus menikah dengan Aurora putri sahabatku. Lagian usianya sudah sangat matang untuk menikah. Tapi anak keras kepala itu terus saja menolak. Dan kini dia malah kabur bukannya mencari darah suci untuk keabadian ku."

"Kenapa kau melarang putra kita mencintai bangsa manusia?"

"Itu bukan bangsa kita."

"Lalu kau anggap aku ini apa hah? Bukan kah aku juga bukan bangsa Vampir melainkan diriku ini berdarah srigala, mermaid, shiren, skilla, silanos, apakah kau pantas mengatakan ku sebagai bukan bangsa mu bukan?"

"Bukan begitu sayang. Tapi manusia pemilik darah paling segar. Dan di dalam tubuh putra kita mengalir 6 jenis darah berbeda."

"Diamlah. Aku tidak menyukai Aurora!"

Aurora datang bersama Dirga untuk menanyakan kapan Bright akan menikahi Aurora. Erlan mengatakan Bright menghilang sudah satu minggu ia pergi dari istana. Sontak Aurora menjerit kehilangan pria yang ia idamkan. Dirga bukannya membantu mencari Bright malah marah-marah dan mengeluarkan kekuatan terdahsyahnya membuat istana kerajana milik Erlan itu berantakan. Erlan sudah lelah di terus di tekan untuk menikahkan putranya dengan Aurora. Kini Erlan melawan Dirga dan perang dahsyat pun terjadi hingga membuat angin bertiup kencang.

"Sudah hentikan. Akan banyak yang terluka hentikan!" Teriak Varvati namun tidak di gubris.

Dirga kalah dan terluka cukup parah di bagian dadanya membuat Aurora marah pada Erlan.

"Pergi dari sini! Saya tak sudi menjodohkan Bright dengan putri mu!" Ungkap Erlan.

Aurora pun membawa Dirga pergi dari sana menuju istananya.

Aurora berjanji jika ia menemukan Bright maka akan menyekapnya sebagai sandra untuk membalaskan dendam ayahnya karena telah di perlakukan semena-mena oleh keluarganya.

Luka yang di alami Dirga cukup parah hingga membuat nyawanya melayang. Kini kabar duka datang dari Aurora pada Erlan. Bahkan Dirga telah tiada karena ulahnya.

Pembalas dendam Aurora pada Erlan terus berjalan. Meski Aurora tidak pandai dalam sihir.

"Ayo kejar aku!!!" Mawar tertawa puas atas hari ini. Meski melelahkan tapi ada Teo yang bisa ia ajak main. Teo melihat Mawar tertawa puas berlari-lari bersama dua kelinci yang ia berikan untuknya. Pikiran Teo mulai kotor apalagi melihat leher Mawar tanpa di halangi apapun. Teo sudah merasakan betapa segarnya darah Mawar. Tapi ia sadar bahwa mereka telah menolongnya saat itu.

"Bau gosong apa ini?" Kata Teo saat mencium bau tidak enak yang tidak pernah ia cium.

"Hm apa ya? M" Mawar mengingat-ngingat apa yang sedang ia masak. "Oh iya singkong bakar kita gosong."

Mereka berdua berlari menuju dapur tempat tungku itu menjadi bahan bakar untuk memasak. "Yah gosong...."

"Apa yang gosong?" Sosor Ijan.

"Maafkan aku ayah. Aku tidak sengaja. Hanya kelupaan."

"Kau tahu makanan kita semakin tipis. Ladang kering. Ayah yakin Dewi Hujan marah padamu. Kalau kau tidak tinggal serumah di pemuda ini semua ini tidak akan terjadi!"

"Maksudnya bagaimana?" Tanya Teo pada Ijan.

"Jika seorang perempuan berusia 20 tahun lalu tinggak serumah dengan pemuda yang bukan suaminya maka hujan tidak akan turun. Itu semua berlaku bagi yang sudha berusia 20 tahun. Disini tidak ada gadis atau bujang yang baru menikah di umur 30 tahun." Ungkap Ijan.

Mawar menatap kosong. Ia merasa bersalah. Tanaman jagung yang ia tanam tidak berbuah. Singkong pun sudah habis. Buah di hutan tidak berbunga.

"Lalu apa yang harus kita lakukan ayah?"

"Kau harus menikah dengan Teo!"

Mawar terdiam seketika mendengar kata menikah. Begitu pula Teo yang berniat akan mengambil darah suci Mawar pun terdiam.

Kalau Teo menikah dengab Mawar makan kesempagannya untuk menghisap darah Mawar semakin besar. Tapi bagaimana dengan orang tua Teo jika tahu Teo telah menikah dengan manusia bukan dengan Aurora. Bahkan Bright lebih nyaman di panggil Teo.

"Kenapa kalian berdua diam? Kalin sudah sangat dekat 1 minggu ini. Bahkan sebelum Teo sadarkan diri bukan? Apa kalian tidak merasakan sebuah rasa?"

Mawar menggeleng begitu pula Teo.

"Besok kalian harus menikah agar Dewi Hujan senang!"

Hari ini juga Teo dan Mawar resmi menikah. Nanti malam seharusnga adalah malam pertama mereka tinggal serumah. Tapi tidak bagi mereka karena dari awal tinggal satu atap namun beda tempat. Tapi kali ini mereka akan tidur dalm satu ruangan bahkan satu ranjang.

Kenapa setelah mereka menikah menjadi canggung. Padahal sebelumnya mereka begitu akrab tertawa dan becanda. Malam ini juga hujan turun begitu deras hingga udara sangat dingin tapi bau tanah kering yang langsung di siram air masih tercium sangat menyengat.

"Ayah bagaimana ini hujan tidka berhenti-berhenti. Rumah kira bisa kebanjiran ayah..."

"Tidaj usah khawatir Maw. Nanti juga akan mereda. Biarkan alam menghadiahi kesuburan di antara kalian." Balas Ijan melihat ke arah kuar dari celah-celah rumah. "Oh iya Teo jaga Maw dan sayangi dia ya!"

"Iya tentu."

"Tidurlah ini sudah malam. Besok kita akan mencnggkul lagi ladang untuk menanam jagung dan makanan lainnya."

Bukannya tidur, Maw malah menatap langit-langit rumah dengan tatapan penuh penekanan. Apakah keputusannya benar dengan menikah bersama Teo pria yang tidak tahu asal usul nya dari mana. Mawar baru ingat ia kan punya teman kecil saat itu. Tapi dimana dia sekarang ya. Apakah dia masih hidup atau sudah tiada. Rencananya besok Mawar akan mencari tahu tentangnya. Pasti sahabat waktu umur 5 tahun itu yang hanya berteman selama satu jam pasti sudah melupakannya.

Teo juga diam-diam melirik perempuan yang tenggah duduk di sampingnya. Teo menepuk-nepuk tempat tidur di sampingnya. "Tidurlah. Aku tidak akan apa-apain kamu kok. Lagian juga aku tidak minat dengan dirimu."

Sontak Mawar melempar baju di sampingnya pada Teo. "Memangnya aku ini barang dagangan hah?"

"Tidur! Cepat tidur!"

Mawar membaringkan tubuhnya di samping Teo sambil membelakangi tubuh Teo. Malam ini Mawar sulit sekali tidur.

"Ckkk cepatlah tidur. Agar aku bisa menghisap lehermu dan aku akan segera pulang ke istana tidak peduli aku akan menikah dengan siapapun asalkan ku telah mengambil darah mu itu sebelum yang lain mengambilnya." Batin Teo.

Beberapa lama kemudian, akhrinya Mawar bisa juga tertidur. Teo membalikan melirik Mawar memastikan ia sudah tidur. Cahaya di ruangan itu hanya di bantu oleh damar yang terbuat dari kapas di basahi oleh minyak tanah.

Saat itu juga Teo akan mengigit leher Mawar namun Ijan datang kesana.

"Kalian sud----" Ijan memundurkan langkahnya saat melihat wajah Teo di dekat leher Mawar anak gadisnya akan berubah bukan lagi anak gadis Ijan.

-Sialan. Kenapa dia malah datang. Batin Teo. "Ada apa?" Teo menjauhkan diri dari Mawar.

"Tidak. Silahkan di lanjutkan lagi. Maafkan ayah menganggumu."

-Lanjutkan? Maksud nya ayah mengijinkanku untuk menghisao darah putrinya begitu? Dasar ayah yang bodoh. Eh tunggu-tunggu kenapa tadi tampaknya Ayah malu begitu ya? Apa dia mengira aku akan menyetubuhi putrinya yang jelek ini? Ah tidak mungkin. Ini hanya pernikahan konyol. Tak lama akan ada kabar 'Mawar meninggal karena di gigit Vampir kasian suaminya jadi duda tampan jadi serbuan ibu-ibu.' oh tidak jangan sampai. Aku bukan bangsa manusia. Aku memiliki 6 darah berbeda di tubuhkua berarti kalau aku mempunyai anak dari bangsa manusia maka anakku nanti memiliki 7 darah berbeda yang mengalir di dalan tubuhnya. Batin Teo. "Kenapa Ayah belum tidur?"

"Tadinya ayah akan menanyakan sesuatu padamu Teo. Tapi aku mmm sudahlah besok saja Ayah akan tidur."

Sudah siang bolong tapi hujan tidak kunjung berhenti. Mungkin nanti sore hujan akan berhenti. Tapi tidak juga berhenti. Hutan trmpat tinggal mereka memang jauh dari pemukiman warga. Tapi jeritan orang-orang bersorak atas turunnya hujan, terdengar mengema sampai di rumah Ijan dan Mawar.

"Ayah ini air hangat nya."Mawar menaruh tempat minum yang terbuat dari bambu. Ijan menanyakan mengapa Teo tidak di buatkan. Menurut Mawar, Teo tidak manja dan dia mandiri pasti bisa ambil sendiri.

"Gak boleh gitu anak gad--- eh anak cantik ayah ambilin dong buat suami kamu. Kalian kan pengantin baru." Goda Ijan membuat pipi Mawar memerah.

"Maksud ayah aku bukan anak gadis ayah begitu?" Mawar heran akan ucapan yang di katakan oleh ayahnya itu.

"Hm iya kau bukan anak gadis lagi."Kata Teo berbohong ingin melihat reaksi Mawar bagaimana reaksinya.

Mawar menelan salivanya susah payah. Masih tidak menyangka apakah benar lelaki itu telah ah tidak mungkin pasti Teo becanda.

"Aku gak becanda Maw. Beneran deh kamu bentar lagi jadi Ibu loh." Kata Teo berbohong lagi.

Mawar memilih pergi ke dapur mengambil air hangat untuk Teo. Karena merasa kesal telah melakukan itu ladanya tanpa sepengetahuannya, Mawar iseng memasukan garam pada air itu. "Rasain."

"Nih!" Mawar meletakan cangkir terbuat dari batok kelapa hingga airnya tumpah mengenai meja.

Lucu juga ekspresi Mawar saat marah begitu. Padahal apa yang di katakan Teo itu semuanya bohong.

"Hei kenapa kau marah Maw? Bukankah sudah hak suami mu bukan?"

"Tapi tidak harus sepengetahuanku juga ayah. Aku kan---"

"Sudah tidak apa-apa lagian dia sudah jadi sumaimu. Mau minta ijin atau tidak kau tidak perlu ragu. Tinggal menunggu hasilnya saja."

"Hasil apaan coba. Hasik panen jagung?"

"Hasil dari cinta kalian!" Deg Teo dan Mawar terdiam.

"Cinta cinta dari mana datangnya." Timpal Mawar. "Aku hanya sedang menanti kelahiran anak kelinci ku itu saja."

Baru saja lidah Teo menyentuh air asin itu langsung menyenburkannya hingga wajah Ijan basah.

"Teo...."

"Ma---maaf ayah...."

Mawar tertawa cekikikan sambil menyembunyikan wajahnya yang ingin tertawa terbahak-bahak.

"Bukannya di minum bikinan istri. Malah ayah di sembur."

"Airnya asin. Emang airnya dari laut ya?"

"Aneh-aneh aja kamu ini."

"Iya. Ini cobain." Ijan pun mengecap air itu tenryata benar asinya melebihi air laut.

"Mawar....." Panggil Ijan. Mawar tidak berhenti tertawa.

Di tenggah hujan deras ini malah terdengar keributan ada yang gadis meninggal karena di gigit Vampire. Seketika Teo yang baru saja akan duduk pun berdiri lagi. Perasaan Teo sudah tidak enak. Dirinya yakin bahwa bangsanya telah sampai di wilayah ini. Bilamana mereka telah menemukan Teo, maka Teo harus pergi meninggalkan Mawar dan Ijan entah akan kembali lagi atau tidak.