BEBERAPA JAM SEBELUMNYA
"Wow ... itu seksi!" puji Arjoona tiba-tiba mengejutkan Claire sampai ia hampir menjatuhkan gelas yang tengah dipegangnya. Mata Arjoona menyisiri dari atas sampai bawah dengan Claire yang membuka mulutnya karena terkejut. Ia menyengir nakal lalu mengedipkan sebelah matanya. Setelah tak pulang sekian lama, Arjoona datang bagai hantu tiba-tiba ke rumahnya.
"Mau apa kamu kemari!" hardik Claire masih dengan jubah tidur dan dress satinnya. Arjoona hanya tersenyum dan mulai mendekat. Tapi Claire tak takut ia malah tetap berada di tempatnya sambil melipat kedua lengan di dada.
"Aku pulang, Princess!"
"Jangan panggil aku dengan nama itu. Kita uda cerai!" Arjoona tergelak dan menggelengkan kepalanya.
"Apa pengacara gak ngomong? Perceraiannya gagal. Aku gak akan pernah menceraikan kamu!"
"Apa lagi sih yang kamu mau? Kamu uda keluar dari rumah ini dan dari kehidupanku juga anak-anak, Joona. Sekarang keluar dari sini!" Claire menunjuk ke arah pintu dengan ketus. Arjoona menghela napas dan mulai merayu. Ia menjulurkan tangan mencoba memegang tapi Claire langsung menepisnya.
"Ayolah, Princess ... jangan gitu!"
"Shut up! Pergi dari sini!"
"Lho kok kamu ngusir aku sih. Ini kan rumahku juga!" rengek Arjoona mulai mengekori Claire yang memilih untuk masuk ke dapur untuk meletakkan minumannya di meja.
"Kamu lupa ya kalo apartemen ini uda jadi milikku? Kamu lupa kamu uda keluar dari rumah ini berapa lama?" sahut Claire makin meninggikan suaranya. Ia sampai separuh membanting gelas ke atas meja karena marah.
Arjoona sedikit merentangkan tangannya mencoba menenangkan istrinya yang tengah mengamuk.
"Aku tau ini milik kamu sekarang. Tapi aku masih suami kamu!"
"Gak lagi. Ceraiin aku sekarang, aku mau tinggal sama Owen!" Arjoona makin mendecap kesal. Sekarang Claire membawa-bawa nama pria lain dalam pembicaraan mereka.
"Soal itu, aku gak mau kamu pacaran sama orang lain. Kamu tuh cintanya sama aku!" Claire tergelak dengan suara dongkol dan mengejek.
"Kamu pikir aku Claire Winthrop yang masih umur 20 an dan bisa kamu bohongin kayak dulu? Aku bukan anak kecil!" Arjoona langsung mengangguk mengerti.
"Fine, kamu bukan anak kecil. Kamu adalah wanita dewasa. Sayang, aku hanya ingin kita bicara!"
"GAK, GAK ADA YANG HARUS DIBICARAIAN!" teriak Claire makin kasar mengusir Joona. Namun sebagai suami Joona masih sabar dan terus mengekori kemana pun Claire pergi.
"Ayo dong, Princess. Kita kan bisa ngomong baik-baik!" Claire terus menepis tangan Joona bahkan mendorongnya untuk segera keluar dari kediamannya.
"Ngomong sama aku sekali aja!" rayu Joona sekali lagi.
"Aku uda bosen denger janji-janji manis kamu tiap saat kamu datang. Apa lagi kali ini? Lebih baik kita cerai jadi kamu bisa bebas ngelakuin apa pun yang kamu mau!" Arjoona menghela napas dan mendekati Claire lagi.
"Aku janji kali ini aku gak akan pergi!"
"Kamu juga janji seperti itu dulu dan lihat dimana kita sekarang!" potong Claire dengan cepat. Arjoona sejenak tertegun dan mengangguk pelan.
"Aku tau aku salah!" Claire yang sudah kadung kesal lalu mendorong Joona lagi agar ia segera keluar.
"Keluar ... aku gak mau dengar kamu lagi!" Joona masih terus menepis tangan Claire dan masih berusaha terus merayunya. Claire yang tak suka disentuh spontan menampar Joona sampai mereka terdiam. Tapi dia malah jadi kaku karena tak sengaja menampar, Joona pun dengan cepat menarik lengan Claire mendesaknya ke salah satu dinding di belakangnya dan menciumi istrinya dengan paksa.
Claire jadi makin berontak dan melawan. Ia sempat menampar Joona beberapa kali. Tapi Joona yang sempat berhenti beberapa detik mendesakkan ciumannya lagi pada Claire.
"Aku kangen banget sama kamu. Aku cuma mau pulang sama kamu, Princess," ucap Joona di depan bibir Claire yang menahan kekesalannya.
"Dasar pembohong!"
"Iya, aku memang pembohong. Tolong kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku janji ... kali ini aku gak akan pergi lagi!" Claire membuang mukanya dan itu dipergunakan Joona untuk menciumi garis rahang sampai leher Claire dengan lembut. Awalnya Claire masih menolak sampai akhirnya Joona menggendongnya seperti dulu.
Arjoona sangat merindukan Claire dan sudah lama tak menyentuh istrinya sendiri. Claire lalu dibawa Joona masuk ke dalam kamar dan terjadilah hubungan suami istri itu di ranjang Claire.
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
"Kalian ngapain di dalam! Aku uda gak butuh adik baru!" pekik Rei menyahuti keras sambil menggelengkan kepala menjauh dari pintu kamar tidur itu dengan Joona masih berdiri tanpa atasan. Claire masih tertidur di dalam berbalut duvet sedangkan Arjoona menutup pintu perlahan agar istrinya tidak bangun.
Ia pun berjalan ke arah konter dapur mengikuti putranya yang baru saja pulang entah dari mana.
"Kamu dari mana?" tanya Joona begitu ia mendekat. Rei yang masih kesal dengan ayahnya memilih mengambil botol air mineral dan tak mau menghadap Arjoona.
"Ngapain Daddy kemari?" Rei balik bertanya dengan ketus.
"Daddy pulang!" spontan Rei terkekeh sinis dan berbalik lalu berjalan mendekati ayahnya dan melipat kedua lengannya di dada. Ia berhadapan dengan Arjoona yang sedikit lebih pendek darinya. Dengan porsi tubuh sama besarnya, Rei adalah bentuk Arjoona di masa lalunya.
"Kenapa Daddy malah senyum-senyum?" hardik si anak Alpha itu lagi. Arjoona hanya menggeleng masih melengkungkan senyumannya.
"Kamu uda besar sekarang!" Rei mendecap dan menggeleng tak percaya.
"Daddy mana tau, emangnya Daddy pulang selama ini?" sindir Rei lagi.
"Ya, Daddy memang salah. Daddy minta maaf."
"Apa lagi kali ini? Daddy kekurangan uang?" Rei makin menjadi-jadi menyindir Ayahnya.
"Gak, Daddy pulang karena mau tinggal di sini. Daddy akan rujuk sama Mommy kamu dan memperbaiki semuanya!" Rei masih mengernyitkan kening tak percaya dengan kata-kata ayahnya. Bagaimana dia bisa datang tiba-tiba ingin pulang begitu saja?
"Daddy mabuk lagi?" Arjoona tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
"Daddy sedang menjalani rehabilitasi alkohol tapi Daddy uda satu minggu gak minum alkohol sama sekali. So ..."
"Dad?" suara Venus tiba-tiba terdengar dari belakang. Arjoona pun berbalik dan langsung tersenyum lebar membuka pelukannya.
"DADDY!" pekik Venus langsung melompat ke arah ayahnya yang memeluk sambil tergelak. Arjoona tak ragu memeluk putri pertamanya Venus meski belum memakai atasan.
"Daddy kangen banget sama kamu!" Venus begitu bahagia melihat ayahnya sudah kembali pulang tapi Rei masih dengan mood jelek dan wajah datar melihat Arjoona begitu aja.
"Aku juga kangen banget sama Daddy. Daddy bakalan tinggal di sini lagi kan?" Arjoona mengangguk dengan yakin dan tersenyum lebar.
"Tapi kenapa Daddy gak pakai baju?" tanya Venus lagi dengan polosnya. Rei tergelak dan berjalan ke arah Venus menarik pundaknya dan berbisik.
"Kamu yang minta Daddy datang?" Venus sedikit tersenyum tapi menggeleng. Rei melirik pada Arjoona yang berdiri tak jauh dari mereka lalu mencium kening Venus dan pergi meninggalkan ayah dan adik perempuannya tengah reuni sedikit berisik di sana.
Rei berjalan dan mencari tempat yang sedikit nyaman yaitu balkon samping. Semilir angin membelai rambut coklat almond nya yang terawat dengan baik. Sambil menghabiskan air mineral di dalam botolnya, Rei menopang kedua siku di pembatas balkon dan berpikir sejenak.
Semenjak pulang dari Boston pikirannya tak tenang. Ada rasa bersalah yang kini bercokol dalam hatinya saat ia sadar jika gadis yang ia tiduri masih perawan.
"Apa dia cewek panggilan? Kok ... kayaknya bukan?" gumam Rei pada dirinya. Ia berpikir keras dan mulai terganggu. Jika dia bukan gadis penghibur maka yang dilakukan Rei pada gadis itu adalah sebuah kejahatan.