NEW YORK
Arjoona Harristian mengurut keningnya sambil memegang surat perintah dari pengadilan yang akan mengambil alih konflik perceraiannya yang berlarut-larut. Sudah beberapa tahun ia keluar dari apartemen mewahnya di Manhattan dan sekarang malah tinggal di salah satu apartemen kecil di pinggiran New Jersey.
"Sudah lihat perbuatanmu? Sekarang apa kamu tidak mau mengakhiri semuanya?" tanya Jayden Lin dengan sarkas seperti biasa. Kali ini ia datang lagi dengan surat pemanggilan terakhir dari pengadilan yang akan memutuskan status cerainya dalam beberapa hari ke depan.
"Aku gak tau gimana caranya harus ngomong sama kamu, Joona. Sungguh aku capek. Aku udah nyerah. Kalo bukan karena Venus yang memohon, aku bener-bener bakalan bakar satu apartemen ini dengan kamu di dalamnya!" sembur Jayden marah dan kesal sambil menunjuk Arjoona.
Arjoona hanya menarik napas dan diam saja. Ia lalu membuka surat itu lagi dan membacanya.
"Joona, kamu mau kembali atau gak?" tanya Jayden lagi. Arjoona kesal lalu mengambil botol birnya dan menegak lagi seperti biasa. Jayden benar-benar sudah tak tahan. Kali ini sepertinya ia harus melanggar janji.
"Jika aku menunjukkan sesuatu. Apa kamu mau kembali pulang?" Arjoona hanya menatap Jayden dengan datar tanpa bicara. Jayden pun berdiri dan menarik tangan Joona.
"Mau kemana?" tanya Joona tak mau berdiri dari sofanya.
"Ikut aku!"
"Iya kemana?"
"Ikut atau aku seret kamu!" Arjoona mendengus kesal dan ikut bangun. Jayden membawanya keluar apartemen dengan menarik pergelangan tangannya.
"Aku bisa jalan sendiri Jayden!" hardik Arjoona mengibaskan tangan Jayden dan berjalan melewatinya dan turun ke parkiran mobil di depan apartemen separuh kumuh itu. Jayden membawa mobil convertible dan ia menjadi pengemudinya. Jadi Arjoona harus memakai kacamata hitam karena tak tahan dengan sinar cahaya di luar. Ia hidup seperti vampir selama ini. Alkohol membuatnya kecanduan. Malam minum siang hari tidur.
"Kita mau kemana?"
"Ke rumah sakit!" Arjoona langsung menoleh dan mengernyitkan keningnya.
"Buat apa?"
"Biar kamu waras!"
"Dasar gila!"
"Oh ya? Aku memang gila, kamu baru sadar ya!" sahut Jayden dengan sarkasnya. Ia terus mengemudi sampai akhirnya tiba di rumah sakit Celestial Royal Park. Jayden terus menarik tangan Arjoona yang mulai mabuk lagi dan mulai meminta alkohol lagi.
"Nanti aku akan siram kamu dengan bir. Sekarang temui dulu dia!" ujar Jayden menahan kekesalannya. Arjoona masih mengelak sampai akhirnya Nathan Giandra datang dan melihat mereka berdua. Saat Jayden hendak memasukkan Arjoona ke dalam sebuah kamar, Nathan langsung menghalanginya.
"Tunggu, kalian mau apa?" larang Nathan lagi.
"Arjoona harus ketemu sama dia!"
"Tapi Jay ..."
"Nat, kamu gak liat gimana Joona sekarang. Kalo si brengsek ini gak mau sadar juga setelah ini, aku sendiri yang bakalan jeblosin dia ke penjara rehab!" tunjuk Jayden kesal lalu langsung membuka pintu dan menarik Arjoona ke dalam sebuah ruang perawatan VIP dan seseorang tengah berbaring di sana sendirian. Pria itu lengkap dengan segala alat infus dan selang pernapasan serta monitor jantung yang terus memantau.
Awalnya Joona tak tertarik sampai akhirnya matanya menatap sosok yang sangat ia kenal. Kakinya perlahan mendekat dan matanya mulai berkaca-kaca. Jayden masih berdiri di belakang memperhatikan Joona yang mulai runtuh sekali lagi. Napas Joona perlahan jadi lebih sesak dan ia dengan cepat berbalik.
"Dia masih hidup?" tanya Joona lagi. Jayden mengangguk.
"Ya, jika dia adalah alasan kamu jadi seperti ini, maka sekarang aku bilang jika Shawn Miller masih hidup dan terbaring koma selama lebih dari 8 tahun." Arjoona jadi menggelengkan kepalanya dan tak percaya.
"Kalian membohongiku selama ini?" Arjoona mulai menggeram marah. Ia langsung meringsek ke arah Nathan hendak memukulnya tapi Jayden dengan cepat memukul wajah Joona terlebih dahulu sampai ia terjatuh di lantai dan hidungnya berdarah.
"Nathan yang sudah menyelamatkan Shawn dan merawatnya selama ini. Aku bawa kamu kemari supaya kamu sadar dengan yang sudah kamu lakukan selama ini, Joona!" hardik Jayden begitu kesal dan menarik napas tersengal beberapa kali sambil berkacak pinggang. Sedangkan Arjoona seperti orang linglung berada di lantai dan menyeka darah di hidungnya. Ia lalu menangis dengan kepala tersembunyi di balik lipatan lututnya.
Jayden kemudian datang mendekat dan berjongkok lalu memegang lengan Joona. Tapi ia tak menaikkan wajahnya yang tengah menangis.
"Joona, sudah cukup semua ini. Rumah tanggamu tengah berada dalam badai perceraian. Aku tau kamu sangat mencintai Claire. Ingat perjuanganmu dulu untuk mendapatkan dia kembali, jangan lupakan itu! Shawn juga berjuang untukmu, kamu tau kan?" Arjoona tak menjawab dan masih menangis.
"Anak-anakmu dewasa tanpa kehadiranmu dan ... kita tidak seharusnya seperti ini," sambung Jayden lagi. Ia lalu menarik Arjoona dan memeluknya dengan sahabatnya terus menangis.
"Dia masih hidup, jadi tak ada alasan untukmu ingin mati!" gumam Jayden lagi. Nathan hanya bisa berdiri lalu menoleh pada Shawn yang tertidur dengan tenang. Ia ingat saat menemukan Shawn masih hidup tapi tak bisa bernapas. Nathan langsung membelah dada Shawn hanya untuk mengambil potongan tulang yang di salah satu pembuluh darahnya.
Nathan menangis dan langsung memeluk Shawn masih berdarah karena dadanya dibelah yang sempat membuka mata sebentar lalu ia koma sejak saat itu.
Setelah berdiskusi sejenak, Arjoona lantas memiliki semangatnya lagi. Hari itu juga ia memperoleh pengobatan dan masuk rehabilitasi alkohol di rumah sakit tempat Nathan bekerja.
BEBERAPA HARI KEMUDIAN
"Aku tidak akan tanda tangan apa pun, dan tak akan menceraikan istriku!" tegas Arjoona sambil mengaitkan kedua jemari dari tangannya dan tersenyum mengejek pada pengacara yang mewakili Claire Winthrop, istrinya.
"Kamu akan membuat ini menjadi sulit untukmu, Tuan Harristian. Aku pastikan kamu akan kehilangan semuanya!" ancam pengacara itu lagi. Jayden yang ikut hanya melipat kedua lengannya di dada. Tapi Arjoona malah terkekeh dan menoleh ke arah belakang pada Jayden sesaat.
"Silahkan saja. Jika yang diinginkan Claire adalah hartaku, dia bisa mengambil semuanya. Aku tidak peduli. Tapi jika dia ingin bercerai dariku ... dia harus membunuhku terlebih dahulu. Katakan itu padanya!" balas Arjoona membuat Jayden mulai mengurut keningnya. Sepertinya Sang Alpha telah kembali dengan kegigihannya.
"Kamu tidak bisa menentang keputusan pengadilan!" Arjoona mengangguk.
"Coba saja. Aku akan membuatmu menyesal menjadi seorang pengacara ..." Arjoona langsung berdiri dan dengan angkuh memperbaiki jasnya.
"Permisi, aku punya urusan yang lebih penting!" Arjoona langsung pergi meninggalkan pengacara dan hakim yang sedang menyelesaikan sidang perceraian Arjoona dan Claire. Joona tak peduli. Hari ini ia harus bisa bertemu dengan Claire. Jayden hanya mengikutinya dengan santai dan membuka pintu mobil dan pergi bersama Joona.
Joona tak mau membuang waktunya, ia sudah menahan diri tak pulang kini tiba-tiba muncul di depan pintu rumah mewahnya dulu. Pelayan yang bertugas di rumahnya sampai harus mengucek matanya melihat Arjoona tersenyum dengan penampilan rapi, bebas janggut dan serta wangi seperti dulu.
"Tuan?"
"Kenapa? Jangan bengong, kenapa tidak buka pintu?" pelayan itu tanpa sadar membukakan pintu dan Arjoona bisa melenggang masuk.
"Mana Nyonya-mu?" tanya Arjoona dengan sikap angkuhnya yang sudah kembali.
"Di dalam!" jawab pelayan itu masih bengong.
"Apa ada orang lain?" pelayan itu menggelengkan kepalanya. Arjoona lalu merogoh saku dan mengambil dompetnya lalu memberikan sejumlah uang pada pelayan itu.
"Ajak semua temanmu keluar dari sini. Kalian dapat libur, jangan kembali sebelum malam. Mengerti?" pelayan itu masih bengong tak tahu harus berbuat apa.
"Ayo pergi!" tegur Arjoona lagi mengejutkannya.
"Ingat tidak boleh ada orang di rumah!" tambah Arjoona memperingatkan. Pelayan itu mengangguk dengan patuh dan cepat-cepat berlari ke dalam memanggil dua pelayan lainnya untuk keluar. Setelah semuanya pergi, sambil menyengir barulah Arjoona masuk mencari Claire.
"Wow ... itu seksi!" puji Arjoona tiba-tiba mengejutkan Claire sampai ia hampir menjatuhkan gelas yang tengah dipegangnya. Mata Arjoona menyisiri dari atas sampai bawah dengan Claire yang membuka mulutnya karena terkejut.
BEBERAPA JAM KEMUDIAN
"Kenapa sepi? Pada kemana semua orang?" gumam Rei begitu ia masuk ke dalam rumah ibunya. Setelah meletakkan kunci mobilnya ia masih berjalan ke dalam dan menjentikkan jari untuk menghidupkan lampu. Kenapa lampu semua mati?
"Mom ..." panggil Rei masih keheranan melihat rumah yang terlalu sepi dan mencurigakan.
"Mom ... Mom, I'm home!" tambah Rei masih memanggil ibunya. Sampai jawaban Rei datang ketika tiba-tiba ia melihat ayahnya Joona keluar dari kamar tanpa atasan dengan hanya memakai celana panjang.
"Dad? Ngapain Daddy di sini?" hardik Rei setengah berteriak dengan mata melotot. Arjoona yang seperti kepergok sedang mencuri lalu menyengir bodoh.
"I just ..." Rei langsung mendorong pintu kamar ibunya dan mengibaskan kedua tangan di udara langsung menjauh.
"Kalian ngapain di dalam! Aku uda gak butuh adik baru!" pekik Rei menyahuti keras.