Bledug! Hidup seperti ledakan Bom, tak diduga begitu mengejutkan.
Semilir angin di pesisir pantai menggoyang-goyangkan sampan tanpa nahkoda. Seorang anak berseragam Sekolah Dasar berdiri memandang jauh ke arah lautan. Anak itu bernama BIMA, usianya hari ini genap 12 tahun. Ia seorang siswa kelas 6 SD yang cerdas. Dirinya selalu mendapatkan prestasi di sekolahnya, sehingga kerap kali mendapatkan beasiswa pendidikan dari pemerintah. Sedari kecil Bima sudah tinggal bersama neneknya. Ayahnya meninggal sejak dia masih bayi, akibat diterjang badai saat berlayar. Sementara Ibunya pergi bekerja ke malaysia.
Dulu setiap beberapa bulan sekali IBUnya selalu berkabar lewat surat yang dititipkannya melalui DARTA, seorang nahkoda kapal penyelundup barang-barang bekas dari Malaysia. Namun sudah dua tahun terakhir ini Ibunya tak lagi mengirimi surat. Begitu juga dengan uang kiriman bulanan. Maka demi memenuhi kebutuhan sehari-hari Bima pun membantu NENEKnya bekerja sebagai kuli di pasar ikan.
*
"Acara perpisahan dilaksanakan 2 bulan lagi, diharapkan setiap murid didampingi orang tuanya ya. Sebab akan ada beberapa informasi yang akan Ibu Sampaikan" ucap WALI KELAS pada murid kelas 6 SD. Setiba di rumah, Bima menceritakan hal ini pada Neneknya.
"Doakan tubuh nenek masih sehat ya, agar bisa mengajakmu membujuk ibumu pulang" Perempuan tua ini berjanji Pada cucuknya. Namun Bima tidak yakin akan hal itu Ia anak yang cerdas, ia tentu tahu biyaya ke malaysia tidaklah sedikit. "tenang saja, nenek sudah menabung sejumlah uang" Bima begitu girang, rupanya diam-diam rasa kangen itu juga dirasakan oleh Neneknya.
Awan gelap pekat mewarnai langit yang semula biru, angin berhembus begitu kencang di pesisir pantai, PARA NELAYAN mengurungkan niatnya untuk berlayar.
Beberapa hari sebelum keberangkatan mereka ke malaysia, tidak disangka Nenek jatuh sakit. Bima sedikit kecewa " Ya Tuhan, apalagi ini" keberangkatannya tertunda dan kondisi Neneknya makin memprihatinkan. Dibantu TETANGGA-nya Bima mengajak Neneknya berobat ke rumah sakit.
" inalilahi wainailaihi rojiun" kata seorang tetangga mendengar sumber pengumuman kematian dari surau, rupanya dalam perjalanan ke rumah sakit nyawa Neneknya Bima tidak tertolong. " semua salahku" Bima terpukul dan berniat mengurungkan keinginan bertemu Ibunya di malaysia.
Teman-teman sebayanya sedang asyik membicarakan persiapan acara perpisahan, sementara Bima sudah tak bergairah dan acuh tak acuh soal hal itu. Di kejauhan Bima melihat Darta sedang menurunkan beberapa barang dari kapalnya. Ia berlari menghampiri. "Bang, ada surat dari Ibu" tanya Bima.
" Sudah lama abang tak melihat keberadaan Ibumu, nak" Muka Bima tampak lusuh, " tapi Abang bisa saja mengantarkan kamu ke malaysia... Asalkan hehehe ada uang" Bima melamun, kemudian berlalu pulang. Bima membongkar Uang tabungan peninggalan Neneknya, setelah itu ia menyerahkannya pada Darta. "wah Banyak sekali ini nak, hehehe...besok abang antar kamu ke malaysia" kata Darta kepada Bima. Ia tampak begitu senang,
**
Ke esokan paginya Bima berlayar bersama rombongan lainnya, yang dinahkodai oleh Darta. Dilangit tanpa awan Bima membayangkan bagaimana dirinya bisa bertemu Ibunya, bermain serta dengan bangganya ia memperkenalkan ibunya kepada teman-temannya yang selalu mengejeknya. Bayangan itu tiba-tiba buyar.
DUAR! DUAR! DUAR!
Saat hendak mencapai pesisir Malaysia kapal milik Darta dihadang oleh PETUGAS PATROLI KELAUTAN Di Raja Malyasia. Beberapa PENUMPANG GELAP saling melompat dari atas kapal. Bima yang sudah melakukan perjalanan sejauh itu pun ikut melakukan hal yang sama. Ia yang sudah terlatih dalam berenang dengan mudah bisa sampai ke daratan. Sementara Darta tidak tahu lagi kabarnya bagaimana.
Setibanya di Malaysia rombongan penumpang gelap saling berpencar. Bima sempat terlunta-lunta, Ia bahkan semalaman tidur di emperan toko. ke esokan paginya, Bima bertemu dengan SEORANG LELAKI yang fasih berbicara bahasa Indonesia. Bima pun meminta tolong untuk diantarkan ke alamat Ibunya. Di dalam perjalanan Lelaki itu mengambil tas Bima yang berisi uang dan kabur. "Tolong! Tolong!" lari Lelaki itu kencang tak terkejar, tetapi untungnya alamat Ibunya berada di dalam saku celananya.
Selama dua hari berikutnya Bima bertahan hidup dari sisa-sisa makanan yang ia temukan di jalan. Saat rasa lapar sudah tidak tertahan lagi Bima pun pingsan. Angin malam menabrak tubuhnya yang lemah. Gerhana Bulan yang terang menyinari jalanan gelap. Pepohonan bergoyang-goyang suara nyanyi serangga seolah menambah kesunyian
kemudian Bima terbangun di sebuah ruangan yang suyi. Bima menyadari dirinya berada di sebuah rumah di tengah areal perkebunan. Untuk mememenuhi keingin tahuannya Bima berjalan ke gudang di belakang ruangan.
Bima melihat BEBERAPA LELAKI sedang merakit sesuatu. Salah seorang diantara mereka melihat Bima yang sedang mengintip aktifitasnya. Lelaki itu kemudian memanggil Bima, ia menceritakan bagaimana dirinya menemukan Bima, begitu pun sebaliknya dengan Bima kenapa ia bisa sampai di malaysia.
selama dua hari Bima berada di rumah itu, lalu Bima dikenalkan pada seorang lelaki yang mereka sebut GURU BESAR. Besok paginya saat Bima terbangun, ia mendapati kondisi badannya sudah direkatkan sebentuk perangkat aneh yang melilit perutnya. Bima pun diarahkan ke suatu tempat ramai di pusat kota, dengan dalih akan dipertemukan dengan Ibunya. " kalau sudah sampai sana, kamu tekan tombol ini, ibumu akan datang mendengar suara ini"
Bima yang cerdas menyadari kalau benda yang direkatkan di tubuhnya adalah bom, bukan tanpa sebab Bima sering melihat benda itu di televisi. Menyadari dirinya akan diumpankan, Bima segera berteriak ke PETUGAS yang ada disekitar keramaian itu. "sial" LELAKI MISTERIUS yang menemaninya berlari, kemudian Petugas Meminta orang-orang yang berada di area itu untuk menjauh.
Bima jadi Pusat perhatian. Keadaan begitu mencekam, orang-orang berhamburan menjauh. Selama beberapa jam PARA PETUGAS PENJINAK BOM di Raja Malaysia segera membantu melepaskan bom di tubuhnya. " uh selesai juga, untungnya anak ini bisa lepas dari pengaruh" kata salah seorang Petugas penjinak bom. Bima pun dianggap berjasa karena telah menyelamatkan banyak orang. Dengan cepat berita menyebar di sejumlah media masa terkemuka malaysia, berita ini sampai ke telinga PEJABAT KEDUTAAN INDONESIA, mereka pun menemui Bima. Dihadapan merekalah Bima mengutarakan maksud kedatangannya di malaysia.
"kami akan berupaya menemukan alamat Ibumu ini, nak" Dengan cepat Kedutaan Indonesia pun mencari keberadaan Ibunya, lambat laun keberadaannya ditemukan, yang ternyata sedang menjalani masa tahanan. Merekapun dipertemukan.
"Bu" ucap ragu Bima menatap Ibunya, mereka saling berkaca-kaca. Kemudian saling peluk meski diawali kekakuan. Peluk haru diantara mereka pun pecah "kamu sudah besar nak" Ibu dan Anak ini pun saling melepas rindu. keduanya seolah tak ingin menyudahi pertemuan itu, tetapi aturan penjara harus mengakhiri.
Pada akhirnya meskipun semua harapan tak sesuai dengan keinginannya. Bima pulang membagikan kisah pertemuannya di Malaysia, dihadapan orang tua teman-temannya yang hadir di acara perpisahan Tersebut. Ia menjadi siswa putra dengan nilai kelulusan terbaik.
SELESAI.
.