Lampu jalan dan hening nya malam menjadi saksi bisu kesindiran Alena gadis cantik dengan rambut panjang di balut dengan dres berwarna maroon itu terlihat berjalan gontai tanpa tujuan.
Ya, gadis itu sedang di terpa masalah yang begitu berat bagi nya iya yang terbiasa hidup dengan bergelimang harta kini kebingungan untuk makan esok hari bahkan sekedar untuk berlindung dari dingin nya angin malam pun iya kebingungan sekarang.
"Huh ... Bagaimana ini ???" Air mata nya menetes iya yang sedari tadi berusaha untuk menahan diri agar tidak mengeluh pun akhir nya harus tertunduk lemas di jalan " Mau apa sekarang Tuhan ??? Kenapa kau tidak ambil saja nyawaku ??? Biar sekalian orang-orang ity senang melihat ku tebujur kaku" Dia terus saja menumpahkan air mata nya.
Seumur-umur Alena tidak pernah pergi tanpa pengawalan dan penjagaan dari kedua orang tua nya, berbeda sekali dengan keadaan diri nya saai ini yang bahkan berjalan di tengah gelap sendiri. Menikah nya Ayah nya dengan Tante Lidia satu tahun yang lalu telah sedikit demi sediki mengubah kehidupan Alena.
Gadis itu terus saja di tekan Ibu Tiri nya tersebut meskipun tidak di siksa bak Cinderella namun pelan-pelan merebut kebebasan Alena merenggut apa yang menjadi arah dalam hidup nya. Hingga terakhir sang Ibu Tiri itu membujuk Ayah nya menikahkan nya dengan Duda beranak satu yang Umur nya berselisih 20 tahun dari nya. Sang Ayah handa pun begitu keras membujuk nya iya lupa dengan putri kesayangan nya sendiri hingga kata-kata terakhir nya adalah bentakan hebat untuk Alena seumur hidup nya. "Jika kau tidak menurut dengan ku silahkan angkat kaki dari rumah ini Alena" ujar sang ayah dengan lantang dan penuh amarah.
Tidak terima dengan itu semua lantas Alena pergi disini lah iya sekarang Di Negara Irlandia tempat iya dulu pernah tinggal bersama kedua orang tua nya.
"Maaf Nona ada yang bisa saya bantu ???" Alena menengadahkan muka nya melihat sosok tua yang lebih tua dari ayah nya sedang menatap nya penuh rasa kasihan. Alena yakin Sosok tua itu adalah orang baik yang mungkin di kirim tuhan untuk membatunya saat ini maka dari itu iya pun tak segan untuk berbicara pada sosok tua itu.
"Maaf Tuan, aku sedang kebingungan sekarang aku baru saja pergi ke negara ini namun aku tidak memiliki tujuan sama sekali. Dan sekarang aku sedang kebingungan untuk mencari tempat tinggal" Ujar Alena berterus terang.
Sosok Tua itu lantas diam untuk berpikir.
"Aku dari Indonesia Tuan. Apakah kau bisa membantu ku setidak nya untuk malam ini saja. Karena aku begitu ketakutan di jalan ini sendiri Tuan."
"Baik lah , Aku Alberto matenius. Kau bisa tinggal di rumah ku dulu. Aku mempunyai putri yang kurang lebih berumur seperti mu dia juga cantik dan manis." Tuan Alberto tersenyum.
"Tuan pasti sosok Ayah yang romantis!!, Aku Alena Leonardo."
" Nama yang Indah" Ujar Tuan Alberto, Kedua berjalan selangkah demi selangkah karena memang kediaman Tuan Alberto tidak terlalu jauh dari sini. Di sepanjang jalan sudah nampak keakraban kedua nya.
Rumah ini bernuansa clasic khas rumah Romawi. Ragu Alena melangkah kan kaki nya kedalam.
" Ada apa Ujar Tuan Alberto yang melihat kebingungan dan keraguan di raut wajah Alena."
"Apa tidak apa-apa dengan anak Tuan ??"
Taun Alberto Tersenyum. "Tidak Nona Alena, Putri ku pasti akan senang jika memiliki teman sebaya dengan nya."
"Ayah ....." Pintu rumah itu terbuka seorang gadis dengan senyum yang mengebang sedang memeluk Tuan Alberto dengan perasaan Rindu.
"Mika Sayang" Tuan Alberto membalas pelukan putri nya itu. Setelah puas melepas rindu. Sorot mata Mika menangkap sosok wanita yang berada di belakang sang Ayah.
"Siapa dia Ayah...?? "
" Karena memeluk mu aku jadi lupa dengan Alena, Maaf Alena.."
"Tidak Apa tuan."
"Mika , Dia Alena. Ayah mengajak nya tinggal di sini karena iya sedang kebingungan untuk tempat tinggal. Ayah bertemu dengan nya di jalan besar. Ayah tidak tega Nak karena saat melihat nya Ayah seperti melihatmu yang sedang kesusahan."
Percayalah saat ini hati Alena menjerit haru mendengar ucapan sang Tuan Alberto. Laki-laki itu nampak begitu menyangi Putri. Sama seperti Ayah nya dulu ketika sang ibu masih ada. Namun sekarang Ayah nya sendiri bahkan mengusir nya. Air mata Alena menetes iya tak bisa lagi membendung nya tubuh nya bergetar. Tuan Alberto dan Mika menatap nya. "Maaf aku hanya merindukan Ayah ku " Ujar Alena yang sadar tatapan Mika dan Tuan Alberto pada nya.
Mika mendekat iya memeluk tubuh Alena, Seketika Alena terisak suara tangis yang iya tahan-tahan itu tak bisa iya tahan lagi ketika merasakan kehangatan pada pelukan Mika.
" Tenangkan dirimu Alena "
Beberapa menit Alena tidak melepaskan pelukannya pada tubuh mika, karena dirinya hanya sangat butuh tubuh seseorang untuk iya peluk dan menumpahkan perasaan nya namun teman-teman Alena pun tidak ada yang melakukan itu pada nya ketika iya sedang susah saat ini. Semua menjauh seakan tidak mengenali nya. Pelukan Mika benar-benar membuat nya tenang.
"Terimakasih dan Maaf telah membuat baju mu basah karena tangisku." Alena menatap pada sosok yang seperti nya seumuran dengan nya.
"Baiklah sekarang mari kita masuk kerumah, disini begitu dingin." Ujar Tuan Alberto yang langsung membukan pintu pada dua gadis itu.
Setelah Alena membersihkan diri dan makan malam bersama Mika dan Tuan Alberto sekarang iya sedang berada di sebuah kamar iya melihat kamar itu begitu besar dan mewah. Tidak nampak kesederhanaan sama sekali ketika memasuki rumah ini hanya ukuran nya saja yang kecil Rumah ini hanya memiliki tiga kamar. Kamar Tuan Alberto yang berada di lantai bawah dan Dua kamar yang berada di lantai Atas.
"Alena.." Suara mika yang baru saja keluar dari kamar mandi mengagetkan nya." Kau kenapa ..??"
"Kau tidak apa berbagi kamar dengan ku seperti ini ?" Tanya Alena pada Mika. Ya meskipun kasur ini begitu besar bahkan mungkin cukup untuk menampung Lima orang sekaligus tapi tetap saja bagi sebagian wanita pasti akan merasa risih jika ada ada sosok lain di kamar nya karna kamar adala privasi sang pemilik.
"Tentu tidak Alena. Aku bahkan senang sekali karena sebelum ibu ku meninggal. aku selalu di temani nya tidur dan kami selalu bercerita banyak hal. " Terlihat keseduan di wajah Mika.
"Maafkan aku Mika."
" Tidak apa " ujar nya dengan senyum yang terpaksa iya ukir di wajah cantik nya itu.
Sekarang mereka sudah bersiap untuk tidur. Alena begitu penasaran dengan kekuarga ini bahkan Banyak barang mahal di sini yang juga iya miliki dulu. Mika dan Tuan Alberto pasti bukan orang biasa ujar nya dalam hati.