Pagi-pagi, Matahari terbit dengan memasukan sinarnya yang terasa hangat lewat celah-celah kecil, menyoroti seorang Elfair dari jendela kamar tempat Elfair itu berbaring dengan malas.
Sinar Mentari menyapu wajahnya yang membuat Elfair itu membuka matanya perlahan. Menampakkan mata birunya yang bertabrakan dengan sinar Mentari yang berwarna emas. Akibat sinar Mentari yang menyoroti wajahnya, Elfair itu menarik kembali selimut sampai menutupi kepalanya. Hari sudah mulai siang, tapi Elfair itu merasa enggan sekali untuk bangun, apalagi beranjak dari kasurnya. Ia berpikir kenapa malam terasa begitu cepat sekali perginya.
Tapi ia ingat suatu hal kalau pagi ini ia harus pergi menuju ibukota untuk bisa menemukan informasi yang berhubungan dengan Crystal Crytilops.
Mau tidak mau, ia harus bersiap-siap untuk mengemaskan barangnya dan segera pergi dari kedai itu.
Pandangannya teralihkan kepada busurnya yang ia taruh diatas meja dan baru menyadari suatu hal jika pedang yang diberikan Lord Hardikha kepadanya, tidak ada. Mata biru nya membulat sempurna. Ia ingat jika kemarin saat dirinya memasuki kamar penginapan ini, ia menaruh busur dan pedangnya diatas meja yang sama sebelum akhirnya Kenley mengajak ia makan malam kemarin.
Ia pun segera mengecek ke segala penjuru diruangan itu, namun nihil. Pedang itu bnenar-benar hilang. Tiba-tiba terlintas sesuatu dipikirannya, 'Clevan!' Eldred buru-buru keluar kamarnya menuju kamar Clevan yang berada dekat disamping kamarnya.
Ia melihat pintu itu sudah terbuka, dan kamar itu telah kosong. Kenley yang baru selesai mandi, tidak sengaja bertemu dengan Eldred dikoridor kamar penginapan.
"Eldred? Apa yang kau cari?" kata Kenley dengan polos. "Kemana Clevan?" tanya Eldred dari ambang pintu kamar yang sepertinya sejak tadi memang sudah kosong.
"Kupikir dia menunggu kita dibawah" kata Kenley berjalan menuju kamarnya. "Aku akan siap-siap untuk perjalanan kita menuju Gracylia" sambungnya sambil menutup pintu.
'Apa benar begitu? Lalu kenapa ia menghilang disaat pedang itu menghilang juga? Apa jangan-jangan-' benaknya dalam hati berusaha menebak. Tapi tidak ada gunanya jika ia bengong tanpa berbuat apa-apa.
Ia masuk menuju kamarnya lalu membenahi semua barangnya untuk segera angkat kaki dari tempat ini. Ia curiga, memang sejak awal keberangkatan mereka berdua dari istana Fcycila, Clevan kenapa tiba-tiba ingin menemaninya.
Setelah mereka berdua siap, mereka Buru-buru bergegas menuju lantai bawah yang terlihat mulai ramai oleh pelanggan pagi ini. Semua orang disana memperhatikan mereka berdua, terutama pada Eldred. Tapi Eldred berusaha tidak peduli.
Ia menyapu pandangannya, mencari Clevan yang katanya menunggu mereka disini. Tapi sosok Clevan tidak ada disana. Itu artinya, Eldred benar-benar berpikir bahwa Clevan telah mencuri Pedang nya itu.
"Dia tidak ada" kata Eldred. "Mungkin dia belum jauh jika kita secepatnya bergegas" Ucap Kenley.
Mereka berdua keluar dari kedai sampai akhirnya mereka berhenti disebuah perempatan jalan yang lumayan ramai itu. "Menurutku apa kita biarkan saja Clevan pergi?" kata Kenley memberi usul pada Eldred. "Bagaimana jika dia akan berbuat jahat dengan pedang itu?" Eldred sedikit ragu, dihatinya ia ingin merebut pedangnya kembali dari Elfair muka dua itu. Tapi jauh didalam pikirannya, ia mengingat ada misi penting yang ia emban lebih dari seminggu ini.
"Baiklah, ku harap ini tidak menghalangi kita untuk mencari Crystal legenda itu" , Kenley mengangguk setuju, lagipula sejak awal Clevan memang sangat menjengkelkan dan Eldred tidak berharap dia ikut dengannya.
"Kita harus pergi ke ibukota sekarang juga." Kenley memperhatikan kesekelilingnya, berharap ada Vlatsh yang lewat untuk mereka tunggangi.
Hari mulai panas, mereka berdua terus berjalan melewati jalan setapak dipinggi jalan, tempat umumnya para pejalan kaki biasa lewati setiap hari. Hari ini sepertinya orang-orang sangat sibuk.
"Kalian berdua mau kemana?" tanya orang asing yang mengejutkan Kenley dari belakang. Mereka berdua menoleh kepada sumber suara barusan. Itu hanya seorang petani rempah yang kebetulan lewat. Dengan topi jeraminya yang ia kenakan, melindungi kepalanya dari kontak dengan sinar matahari langsung.
"Kami ingin pergi ke ibukota, apa ada kereta Vlatsh yang bisa mengantar kami sampai disana?" tanya Kenley pada orang tua yang masih duduk diatas Vlatsh yang membawa gerobak berisikan rempah.
"Hahaha, Jadi kalian rupanya ingin kesana? Kebetulan sekali. Naiklah keatas kereta Vlatsh ku, aku juga akan pergi ke ibukota hari ini." Kata Orang tua asing itu tertawa pelan.
Kedua orang itu memancarkan wajahnya cerah. Keberuntungan memihak kepada mereka. Mereka berdua pun segera bergegas untuk naik keatas kereta gerobak itu. Memang agak sempit karena ada beberapa karung rempah yang tersandar disana. Mereka berhati hati agar tidak menginjak atau menduduki karung rempah yang telah tersusun rapi.
Vlatsh yang mereka tunggangi melalui jalur jalan utama kota Myrana, dengan bebatuan yang terususun rapi ditanah. Eldred menutupi kepalanya dengan tudung begitu sinar matahari menyoroti kepalanya. Tapi kulit putihnya seolah tidak terbakar, justru malah bersinar pucat layaknya kulit kaum Elfair lainnya. Berbeda dengan Kenley, ia harus mati-matian menyembunyikan kedua tangannya dibawah dada agar tidak terbakar oleh sinar matahari langsung.
Ia memperhatikan sekitarnya, orang-orang yang sedang melakukan rutinitas mereka seperti biasa. Kota itu begitu asing bagi mereka berdua. Dengan pemandangan bangunan-bangunan sederhana yang berdiri di kanan kiri. Banyak toko roti, ikan, rempah ataupun kedai yang sering mereka jumpai sebelumnya kemarin.
"Ada perlu apa kalian ke ibukota?" tanya orang tua yang mengendalikan Vlatsh didepan itu, memecahkan keheningan. "Tidak ada, kami hanya ingin mencari info penting tentang-" belum selesai Kenley bicara, Eldred memotongnya.
"Kami ingin menuju ke kerajaan Gracylia karena urusan penting" Jawab Eldred buru-buru. "Begitu rupanya." orang tua itu mengangguk percaya. "Apa Elfair itu temanmu?" sambungnya seraya menoleh kebelakang.
"Ya. Dia adalah temanku sejak kecil." kata Kenley barusan. "Ohya? Hahaha. Itu Bagus sekali. Padahal jarang sekali aku melihat hubungan pertemanan antara kaum Hamoursh dengan kaum Elfair." kata Orang tua itu seraya membenarkan posisi topi jeraminya yang nyaris tersapu angin. Kenley dan Eldred saling pandang kebingungan.
"Elfair ini pasti umurnya jauh lebih tua darimu, kan?" tanya nya lagi. "Aku tahu banyak tentang kaum Elfair, karena aku juga dulu sama percis seperti mu"
Orang tua itu tidak melanjutkan kata-katanya. "Aku juga mengenal Kenley hanya karena kebetulan saja" jawab Eldred memasang senyumnya yang ramah. "Kalau kami boleh tahu, siapa nama anda, tuan?" Kini giliran Eldred yang bertanya.
"Astaga, aku lupa sekali. Hahaha." ucapnya dengan renyah. "Namaku Gerrad Crount, kalian bisa panggil aku Paman Gerrad atau apalah terserah kalian, Hahaha" sambungnya dengan tawa.
"Baiklah, paman. Aku sangat berterima kasih padamu." kata Kenley tersenyum pada orang tua yang baik hati itu.
****
Hari menjelang sore, kereta Vlatsh bermuatan rempah yang mereka berdua tunggangi, akhirnya telah keluar dari gerbang kota Myrana. Beberapa ribu meter jauh dari belakang mereka, mereka akhirnya tiba disebuah daerah yang penuh dengan pohon tanpa ada satupun bangunan yang berdiri disana.
Eldred sesekali membuka petanya, mereka melewati jalur yang sesuai di peta itu. Ia berpikir bagaimana Paman Gerrad melewati jalur ini saat pergi sendirian ke ibukota.
Mereka akan tiba di ibu kota sekitar Empat atau Lima kilometer lagi, sedangkan matahari berpamitan lebih cepat. Yang membuat sekeliling mereka menjadi gelap gulita. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. Paman Gerrad menyalakan lampu minyak yang sudah tersedia diatas kereta gerobak.
"Paman, apa kau sudah terbiasa melakukan perjalanan ini sendirian?" tanya Kenley melihat kearah orangtua yang masih sibuk menyalakan lampu minyaknya.
"Tentu saja. Setiap minggu aku sibuk dengan pekerjaan ku ini, mengantar barang ke ibukota." kata Paman Gerrad menggantungkan lampu minyak itu diatas kereta gerobak Vlatshnya.
"Aku sangat hafal sekali dengan rute ini. Sekitar kurang dari Lima kilometer lagi kita akan sampai disana" sambungnya yang kemudian menyalakan perapian.
"Paman hebat" puji Kenley. "Hebat kenapa?" tanya paman Gerrad bingung. "Aku hanya orang tua, Hahaha" sambungnya lagi dengan tawa khasnya.
Kenley berpikir diusianya yang mulai senja, orang tua itu kenapa masih harus bekerja keluar masuk kota? Seharusnya ia menikmati waktu senjanya dirumah saja bersama istrinya. "Dimana istri paman?" tanya Kenley spontan.
Paman Gerrad menarik nafasnya berat lalu menghembuskannya sebelum menjawab. "Istriku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Dia adalah wanita yang hebat." Mendengar hal itu, Kenley menjadi merasa kalau dirinya telah membuka ingatan kelam orang tua itu barusan.
"Aku turut berduka cita paman, maafkan aku" Kenley mengusap pundak rapuh Paman Gerrad berusaha untuk tidak memikirkannya.
"Tidak apa-apa, terimakasih banyak. Ngomong-ngomong kalian tinggal dimana?" tanya Paman tua dengan janggut putih yang menghiasi dagunya.
"Aku Kenley dari Ortania, dan temanku Eldred, dari Eisternd, Wilayah bangsa Elfair." paman Gerrad mengalihkan pandangannya pada Elfair sedang berdiri bersandar dibawah pohon besar. Melihat Eldred, orangtua itu tidak bisa membendung ingatan masa lalunya. Saat ia remaja.
"Istriku dulu adalah seorang dari bangsa Elfair" pernyataan Paman Gerrad barusan membuat Kenley terkejut, apalagi Eldred.
"M..Maksud paman?" ucap Kenley tidak percaya. Mendengar hal itu, Eldred menghampiri perapian, dan ikut berjongkok disana.
"Teman Elfairmu itu selalu mengingatkanku akan kematian istriku, yang mati dibunuh oleh manusia."
"Kenapa kaum Elfair dan Hamoursh bisa saling jatuh Cinta? Bukankah itu dilarang?" kata Eldred masih Belum bisa mencerna kata-kata yang ia dengar dari telinga lancipnya barusan.
'Bangsa Hamoursh dan Elfair bisa saling jatuh cinta?' benak Eldred dalam hati.
"Baiklah, kita harus melanjutkan perjalanan menuju ibukota, jika tidak secepatnya ini akan semakin larut malam." kata Paman Gerrad mematikan perapian lalu bergegas menuju Vlatsh nya yang tidak jauh dari sana.
Mereka menuruti dan menyusul orang tua itu dari belakang. Mereka berdua masih penasaran dan ingin sekali menanyakan banyak sesuatu, tapi mereka tahu, itu hanyalah orang tua yang baru saja mengungkit kenangan masa lalunya. Jadi, mereka berdua mengurungkan niatnya.
Perjalanan mereka menuju ibukota, kembali dilanjutkan. " Apa ada anak atau saudara paman disana?" tanya Kenley. Paman Gerrad menggeleng kepalanya sebelum menjawab. " Aku hanya memiliki kakak ipar disana, dan dia adalah seorang Elfair." kata nya, lagi-lagi membuat mata Kenley dan Eldred membulat sempurna.
"Dia sudah berada beberapa tahun diibukota, dan dia baru saja membuka toko roti gandum disana." ujar Paman Gerrad.
"Apa dia sudah memiliki izin dari kerajaan Gracylia paman?" kini giliran Eldred yang bertanya. Mungkin ini adalah kesempatan emas mereka untuk mencari tahu tentang Crystal Crytilops, yang hanya menjadi sebuah legenda di Benua Magire Kivanal. Karena kesempatan mereka, ada pada seorang Elfair yang dimaksud paman Gerrad disana. Siapa tahu ia memiliki info yang jelas."Ya, itu pasti. Hahaha." lanjut nya lagi.
Malam semakin larut, cahaya remang dari lampu minyak lah yang menjadi cahaya satu-satunya mereka saat berada di dalam kegelapan sekarang ini. Mata Kenley sudah semakin berat. Ia tidak bisa menahan kantuknya lagi. Sedangkan Eldred, Elfair itu masih sanggup menyapu pandangan disekitar yang gelap, padahal ia juga terasa mengantuk. Berharap tidak ada serangan dari penjahat, maupun Demon.
Didepan sana, Eldred melihat sebuah tempat keramaian dengan cahaya disekelilingnya. Ibukota Gracylia sudah lumayan dekat.
Vlatsh itu berjalan mulus, mengantarkan mereka dengan selamat sampai di ibukota yang besar itu. Lampu-lampu minyak menggantung rapi disetiap bangunan. Disepanjang jalan, mereka masih melihat beberapa orang yang masih sibuk dengan aktivitasnya.
"Setelah ini, apa yang akan kalian lakukan?" tanya paman Gerrad. "Kami akan secepatnya mencari penginapan malam ini, paman." ucap Kenley seraya menguap menutup mulutnya yang terbuka dengan satu tangan.
"Penginapan? Kenapa kalian tidak tinggal dikedai roti milik kakak ipar paman saja." kata paman Gerrad berusaha menawarkan sesuatu.
"Yang Elfair itu? Tidak usah paman. Kami sudah terlalu banyak merepotkanmu hari ini" Ucap Kenley menolak dengan mata yang lumayan berat.
"Kenley benar, kami akan mencari penginapan di sini saja" timpal Eldred. Paman Gerrad memberhentikan Vlatshnya, dipinggir jalan. Kenley, dan Eldred melompat turun dari kereta gerobak yang sejak sore mereka tunggangi. "Terimakasih paman, ini ambil Dua Puluh Ruby dari kami." kata Eldred mengambil uang dari kantungnya. Paman Gerrad menggeleng. "Tidak apa-apa. Ambil saja untuk biaya penginapan kalian. Hahaha" katanya langsung pergi meninggalkan mereka berdua.
"Terimakasih paman! Hati-hati!" ucap Kenley seraya melambaikan tangan kearah cepatnya laju Vlatsh yang kian semakin menjauh dari hadapan mereka. Untuk menghindari kecurigaan dari kaum Hamoursh, Eldred kembali menutup kepalanya dengan tudung kain yang selalu ia kenakan dibahunya. Ibukota Gracylia memiliki luas wilayah yang beberapa kali lipat lebih luas dibanding kota yang pernah mereka kunjungi sebelumnya. Mereka berdua berjalan sambil menyapu pandangannya disekitar. Sesekali melihat keseluruh penjuru bangunan yang berdiri disekeliling mereka.
Mereka berjalan melalui trotoar kecil yang tersedia dijalan umum. Banyak bangunan yang telah tutup, namun masih ada juga yang masih buka. Mereka berdua terus melangkahkan kakinya sampai akhirnya tiba disebuah taman kota. Ditaman itu terdapat pohon-pohon yang tumbuh berjejeran dengan rapi, serta kolam ikan ditengahnya. Ada beberapa kursi kayu yang telah dirias dengan cat minyak yang sempurna. Taman itu sangat sepi dimalam hari.
Mereka berdua menghentikan langkahnya dan bergegas duduk disebuah anak tangga yang tersusun dari batu. "Kita harus secepatnya mencari penginapan." kata Eldred. Kenley mengangguk.
"Clevan bagaimana? Aku takut jika nanti dia akan bertindak semaunya dengan pedang yang dia curi itu." Kata Kenley tiba-tiba kembali mengingat Elfair berambut hitam legam yang sedari pagi sudah menghilang.
"Aku juga memikirkan dia sejak tadi, sudah kubilang, kita bukannya memiliki misi yang lebih penting dari Elfair serakah itu?" kata Eldred membuat keyakinan pada Kenley supaya ia tidak memikirkan hal yang tidak perlu. Kenley mengangguk pasrah. Ia menghembuskan nafasnya. Pundaknya terasa sangat berat. "Baiklah, sebaiknya kita cepat bergegas dari sini." kata Kenley seraya berdiri menaruh kedua tangannya diatas pinggang. Mereka berdua kembali melanjutkan langkahnya bergegas dari taman untuk bisa secepatnya mencari penginapan.
Sampai dipertigaan jalan, ada sebuah bangunan yang berdiri diantara bangunan lainnya. Disebuah palang pintu masuk bangunan itu terdapat tulisan 'Penginapan Kedai Malam' mereka akhirnya memasuki kedai itu untuk memesan sebuah kamar tidur.
Didalam kedai itu sangat ramai. Bisa dibilang lebih ramai dari kedai yang kemarin mereka kunjungi di kota Myrana. Baru mereka masuk, orang-orang didalam sana teralihkan dengan kedatangan mereka.
Para manusia, perampok, pelacur, atau bahkan pelayan kedai itu pun memperhatikan mereka berdua, terutama pada Eldred.
Tapi mereka berdua tidak menghiraukan itu semua dan terus berjalan kearah lobi kedai yang penuh dengan beberapa tong berisikan sake didalamnya.
Ada juga beberapa orang yang duduk disana sambil menikmati minuman mereka. "Hey peri! Sedang apa kau disini?!" kata salah seorang pengunjung kedai. "Hahahaha, kenapa bisa ada peri disini?!" begitu pun yang lainnya.
"Nak? Apa dia pacarmu?" kata seorang lelaki tua yang berada tepat disampingnya. "Lumayan juga nih bos, kita jadikan budak saja dia disini. Hahaha tapi sebelum itu aku ingin mencium saja dulu dia. Hahahah!!" . "Bodoh! Dia itu laki-laki". "Maaf tuan tempat ini tidak cocok untuk peri banci sepertimu!" Seisi ruangan tertawa lepas. Begitulah ucapan-ucapan kasar yang kini menerobos masuk kedalam telinga lancip Elfair bertama biru itu.
Telinga Eldred terasa seperti baru saja terbakar. Dia membulatkan tangannya kuat-kuat, dan seolah ingin menghajar para komplotan bajingan yang ada didalam kedai ini. Atau bahkan Ia bisa saja meluncurkan busurnya dengan segera dan berani bertaruh, bahwa itu tidak akan pernah melesat pada sasaran.
Tapi Kenley tahu, jika Eldred meladeni cemo'ohan mereka, ia akan lebih mendapatkan masalah yang lebih besar. Jadi ia berusaha untuk menenanginya, segera merangkul bahunya dan menariknya keluar dari kedai itu.
"Cih, manusia" kata Eldred begitu mereka berdua keluar dari kedai itu seraya melepaskan tangan Kenley dari bahunya dengan kasar. Eldred bergegas berjalan duluan dan Kenley menyusulnya dari belakang. Mereka kini terus menelusuri langkahnya sampai akhirnya tiba didepan sebuah kedai roti yang bertulisan tutup, namun pintu bangunan itu terbuka sepertinya ada seseorang yang akan keluar dari sana. Mereka juga melihat sebuah kereta Vlatsh yang berada disamping kedai.
"Paman Gerrad?!" ucap mereka nyaris bersamaan. Itu paman Gerrad seorang pria paruh baya yang melakukan perjalanan keibukota bersamanya. "Hahaha, kalian lagi. Bagaimana? Apakah kalian sudah mendapatkan tempat untuk menginap?" tanya paman gerrad. "Belum paman, kami merasa lelah sekali." kata Kenley.
"Sudah kubilang pada kalian, menginaplah dikedai roti kakak ipar ku ini." kata Paman Gerrad berusaha menawarkan pada mereka lagi. "Tapi-" paman Gerrad menggoyangkan jari telunjuknya didepan mereka berdua, seolah tidak ingin lagi mendengar penolakan yang sama.
"Kairlt" panggil paman Gerrad kepada seseorang yang berada didalam. Orang itu akhirnya keluar, memakai pakaian yang terlihat seperti seorang penjual roti. Dia seorang Elfair yang tadi pria tua itu maksud. Tingginya semapai dengan Eldred. matanya juga berwarna biru, sama halnya seperti para Elfair kebanyakan. Rambutnya berwarna pirang yang tertata rapi seperti rambut manusia laki-laki pada umumnya.
"Gerrad, sudah kubilang jangan ganggu aku sedang membuat-" perkataan Elfair itu terputus begitu menyadari ada dua orang lelaki yang berdiri didepan kedai rotinya. Yang satu adalah seorang manusia, dan yang satu laginya adalah seorang Elfair.
"Siapa mereka?" tanya Kairlt seraya mengusap tangannya yang kotor akibat tepung. "Mereka adalah orang yang kutemui di Myrana pagi tadi, dan kebetulan sekali mereka juga ingin pergi ke ibukota, makanya aku beri mereka tumpangan, Hahaha" lagi-lagi paman Gerrad tertawa dengan tawa khasnya.
"Namaku Kenley Rhys dan ini temanku, Eldred Carlton." kata Kenley dengan ramah. Ia tahu, jika ia adalah kakak iparnya paman Gerrad, itu artinya usianya lebih tua dari Eldred, dan jauh lebih tua darinya. Tapi wajahnya sama sekali tidak menujukan apa-apa. Wajahnya terlihat muda seperti Eldred. "Aku Kairlt Lounish. Oh kalian sedang mencari penginapan ya? Masuk saja kedalam kedai rotiku, silahkan. " kata Elfair itu benar-benar terlihat ramah sekali.
Ruangan itu lumayan lega untuk sekedar beristirahat satu malam disini, dengan begitu ini akan menghemat persediaan uang mereka. Kairlth menuju kedapur untuk membuatkan mereka teh hangat. Mereka berdua duduk disebuah kursi yang tersedia meja didepannya. Mereka berdua menyapu pandangannya kesegala penjuru ruangan. Ada beberapa lampu minyak yang tergantung disetiap tiang yang ada didalam kedai roti milik Kairlt itu.
Kairlt kembali dengan membawa tiga gelas cangkir teh yang masih panas yang ditaruhnya diatas sebuah nampan. Lalu ia meletakatan nampan itu diatas meja.
"Jadi, apa yang membawa kalian sampai kesini?" kata Kairlt sambil duduk ditempat itu. "Aku mendapatkan sebuah misi penting dari Lord Hardikha." jawab Eldred. "Misi? Misi apa?" pernyataan Eldred membuat Elfair berambut pirang itu menjadi penasaran.
****