Chereads / Anda Yang Luar Biasa / Chapter 2 - Hancur Berkeping-Keping

Chapter 2 - Hancur Berkeping-Keping

Keberadaan di rumah sakir benar membuatkan dengan sebagaimana kemarin malam sudah cukup begitu berlalu, Bening yang terbangun dia berusaha mencari keberadaan seorang laki-laki dicintainya.

Semua yang menggariskan dengan upaya mencoba menghubungi Bara namun sama sekali tak menjadikan aktif, Bening benar-benar sangat panik karena kondisinya ia masih hamil.

Pengecekan secara rutin telah mengantarkan dengan sebagaimana upaya apa adanya justru mengambilkan langkah hal lain, sejenak pikiran jahat melayangi malah diantara apa adanya menggerakkan hal lain.

"Loh tadi suaminya mbak ke mana? Padahal tadi semalam tidur di dekat mbaknya sampai benar-benar merawat mbaknya."

"Suami?"

"Iya, benar. Suami mbak sendiri yang membawa semalam dan merawat mbak."

"(Mungkin itu Bara, ya ampun beb kamu memang laki-laki idaman aku. Aku enggak sabar pulang dan ketemu sama kamu lagi.)"

Bening sama sekali tak menjadikan cukup tahu mengenai kejadian semalam yang begitu berbeda dengan kenyataannya, beberapa hal adanya dokter juga memberitahu bahwa mengenai kejadian itu bayinya baik-baik saja.

Karena merasa sangat begitu bosan memgambilkan langkah baginya untuk bermain ponselnya, suster yang menjadikan menuju ke dalam kamarnya memberikan sarapan namun sama sekali belum dimakan juga.

Usianya yang sudah berumur membuatkan dengan sebagaimana enggan berdewasa karakternya, Bening beranggapan bahwa orang dicintainya akan datang kembali dan mau menyuapinya bersamaan memanja buah hati dalam perutnya.

Hingga semua mengarahkan dua jam berjalan telah menjadikan belum juga datang, rasa cemas yang berlebihan membuatkan Benimg terus menghubungi Bara untuk datang ke rumah sakit.

Kedalaman pemikiran apa yang ada membuatnya enggan diketahui siapapun mengenai kehamilan itu, semuanya apa yang dikendalikan tiba saja masuklah seorang laki-laki mendatanginya.

"Papa?"

"Sudah, kamu enggak usah kabur lagi dari papa. Kamu beneran kelewatan Bening, kamu tahu kan kalau papa itu bisa aja mati kalau kamu main kabur begitu saja."

"Mati apaan sih, pa? Bening enggak suka kalau papa bawa kata mati begitu, tapi bagaimana papa tahu kalau aku di rumah sakit?"

"Bukan papa Leo kalau enggak mengetahui keberadaan anak semata wayangnya, sepulang dari rumah sakit kamu harus menikah dengan Banyu."

"Pa? Bening itu udah dewasa emggak mau deh disangkutin begituan, aku ini punya pacar sendiri dan enggak mau dijodohin."

"Terserah deh, pokoknya papa maunya kamu sama Banyu."

"Kalau papa maunya begitu lebih baik aku enggak kenal sama papa."

Bening telah menjadikan dengan sebagaimana keras kepalanya selalu saja diunggulkan, dia sama sekali enggan melakukan selama ia tak menyukainya.

Orang tuanya yang sangat sudah menyiapkan jodoh terbaik untuk dirinya namun tetap menolaknya, keras kepala yang membuatkan dia dijaga oleh kepercayaan papa Leo sama sekali tak bisa melakukan apa-apa.

Sangat memberikan apa yang ada cukup membuatnya kesal hingga melibatkan hanya duduk di ranjang sembari bermain ponsel, Bening terus saja menghubungi pacarnya namun sama sekali tidak ada yang tersambung juga.

Perempuan itu pun meminta kepada orang kepercayaan papanya untuk membelikan makanan kesukaanya, dijadikan dalam perkara kebingungan dalam kendali tak bisa ditinggalkan.

"Ayolah aku mau siomay, kalau kamu enggak belikan bakalan aku minta papa untuk memecat kamu."

"Baik, baik mbak Bening. Saya izin mau mencari keberadaan siomay buat mbak."

"Bagus, buruan ya!"

Bening telah menjadikan dirinya kembali sendirian hingga mengambil sebuah kesempatan untuk keluar mencari keberadaan kekasihnya, ia yang memberanikan diri dalam mencabut infus tak memedulikan situasi lebih lanjut lagi.

Mencoba terus menerus menghubungi membuatnya sama sekali tak menjadikan sebuah jawaban, beberapa hal akan apa adanya ingin menuju ke tempat kerjanya Bara.

Dengan memesan taxi online sudah cukup berhasil hingga meninggalkan tanpa ketakutan ancaman papanya nanti, setiba di sana dirinya malah justru bertemu dengan badut yang paling dirinya takuti.

Perempuan itu sangat menjadikan benar-benar ketakutan hingga apa yang ada dirinya menangis, seorang badut itu sangat bingung hendak melakukan apa dan diantaranya langsung melepaskan aksesorisnya.

"Hey udah, kamu enggak usah menangis."

"Pergi, pergi enggak! Aku takut sama kamu."

"Takut sama siapa? Aku kan enggak gigit coba deh tengok."

"Enggak, aku enggak mau. Badut itu jahat tahu, pergi kamu pergi!"

"Coba deh lihat dulu."

Bening itu telah menjadikan dengan sebagaimana upaya apa yang ada perlahan-lahan mengikuti orang tersebut, melirik perlahan dirinya benar ketakutan langsung memeluk laki-laki itu yang dirasanya menjadi andalan untuk ketenangan.

Berhenti untuk menjadikan menangis membuat seorang laki-laki itu mengajak menuju ke depan tempat syuting, Bening pun mengikutinya tanpa memikirkan tujuannya terlebih dahulu.

Pikirannya masih begitu kacau hingga diantara pemesanan bakso justru lebih dari tiga mangkok sekaligus, laki-laki itu sama sekali tak peduli dan apa yang ada melihat satu mangkok sambal tanpa sisa dituang oleh Bening.

"Pak, baksonya dua ya lengkap. Kamu suka baksokan?"

"Iya, suka banget."

"Namamu siapa, kamu itu takut badut ya?"

"Pak nambah dua mangkok lagi."

"Yeh dicuekin."

"Namaku Bening Permata, ya aku takut sama badut. Bentar aku makan dulu, aku laper banget."

Bening benar-benar menjadikan cukup kenyang hingga diantara apa yang ada dia sama sekali juga tidak menyisakan minuman di gelas air putih itu, dirinya pun bercerita mengenai ketakutannya terhadap badut waktu dulu.

Sebuah cerita yang tiba saja menjadikan dimana baru saja dimulai tiba-tiba berhenti ketika seorang laki-laki selesai syuting, Bening itu pun berteriak memanggil sebuah nama.

"Bara!" Teriak Bening yang langsung berlari ke arah orang dicintainya itu.

Bening itu pun sangat senang bertemu dengan seorang laki-laki yang dicintainya hingga apa yang membuatkan meminta pertanggung jawaban janin tersebut.

Bara sangat begitu malu karena mungkin saja dirinya diperhentikan hingga apa yang ada datang seorang perempuan duduk di pangkuan laki-laki itu, hati Bening benar-benar hancur hingga apa yang ada ungkapan pacarnya itu tambah menyakitinya.

"Bara, ini siapa? Kamu kok terima dia sih?"

"Dia itu pacar baru gue, kan gue sudah bilang sama lo. Lo itu cewek murahan yang gue kenal, sekarang lo pergi aja deh sono jauh-jauh."

"Tapi aku itu mengandung anak kamu Bara, aku enggak mau tahu kamu harus tanggung jawab."

"Anak gue? Mikir dong lo, lo itu mau sama gue hal itu dan kemungkinan lo bisa juga mau sama lainnya."

"Brengsek kamu Bara! Kamu juga resek jadi cewek."

Hal apa yang ada Bara telah mendorong akan keberadaan perempuan di hadapannya itu, Bening yang terjatuh benar-benar tak tahu harus melakukan apa-apa.

Bening yang terus saja memanggilkan nama orang dicintainya sama sekali tak menjadikan cukup ditoleh maupun dihampiri lagi, perempuan itu terus saja menyalahkan dalam perutnya.

"Ini gara-gara kamu, lihat sekarang dia sekarang pergi."