Chereads / O N E / Chapter 11 - O N E -11

Chapter 11 - O N E -11

Setelah kejadian itu ayah Nadhif marah besar, bahkan tak segan segan menampar pipi putranya dengan sangat keras.

ia merasa kecewa pada nadhif dan pada dirinya sendiri yang menurutnya gagal mendidik anaknya untuk menjadi laki-laki yang baik.

karna aturan sekolah yang tidak boleh ada kasus bullying atau kekerasan pihak sekolah terpaksa mengeluarkan Nadhif dari sekolah.

sangat di sayangkan sebenarnya karna Nadhif murid berprestasi di sekolahnya, apalagi dia masih kelas 10 masih banyak prestasi yang akan Nadhif bawakan untuk sekolahnya. namun sayang sepertinya memang sekolah milik kakek Marcell tidak jodoh dengan Nadhif.

Friska pun turut di keluarkan dari sekolah setelah Nadhif.

Marcell membujuk kakeknya agar mengeluarkannya.

tapi sebelum Friska benar-benar keluar dari sekolahnya Marcell ingin sedikit 'bermain' dengan gadis ular itu.

dengan memasang layar besar di lapangan basket yang berada di indoor. agar tidak terkena cahaya matahari dan membuat siapapun kesulitan untuk melihatnya.

setelah itu ia mengumumkan menggunakan speaker sekolah agar semua siswa/i berkumpul di lapangan basket.

Marcell bilang dia akan memberi kejutan untuk seseorang dan untuk semua mungkin.

seseorang itu tengah duduk di bangku yang telah Marcell siapkan dengan murid suruhan Marcell untuk menjaga nya agar tak kabur.

dia Friska. yup! Marcell akan memberi kejutan untuk Friska, dengan menyuruh kakak kelasnya yang berpura-pura akan menyatakan cintanya.

Friska yang memang ganjen dengan bangganya menerima dan dia berniat akan mempermalukan kakak kelasnya dengan penolakan. dia belum tau saja apa yang akan terjadi selanjutnya. poor.

karna penasaran akhirnya mereka berkumpul dan berdesakkan agar melihat apa yang akan Marcell lakukan terhadap layar besar yang entah sejak kapan telah terpasang.

bahkan kakak-kakak kelasnya ikut serta mengintip apa yang akan di lakukan adik kelas sekaligus cucu pemilik tempat mereka menimba ilmu.

zulfar dan Naya berada di samping marcell mereka menurut saja saat Marcell membawanya ke ruang cctv dan menyuruh nya menonton apa yang akan ia tunjukan.

katanya sih tontonan seru.

saat di rasa sudah cukup. Marcell mulai memutar video di layar laptop nya yang otomatis terputar juga di layar besar yang berada di lapangan basket.

awalnya mereka bersorak ketika melihat Zulfar yang tengah berdiri di atap sekolah tidak lama Friska datang.

Friska membelalakkan matanya melihat apa yang ada di layar besar itu. 'tidak mungkin' batin nya.

dia sudah tau apa yang akan terjadi. dan dia sudah bisa menebak ini perbuatan siapa.

Marcell. ya pasti dia karna tidak ada yang berani padanya kecuali cucu dari pemilik sekolahnya.

saat hendak kabur untuk mencari Marcell. kakak kelas yang telah di bayar oleh Marcell menahan agar Friska tidak bisa pergi kemanapun.

Friska memberontak tapi tenaganya kalah kuat dengan kakak kelasnya. akhirnya dengan menahan amarah dia duduk kembali.

bisikan bisikan dan tatapan tidak percaya tertuju pada Friska saat mereka melihat bagaimana keukehnya Friska agar Zulfar mau menjadi kekasihnya. karna untuk kata 'menerima cintanya' tidak cocok untuk Friska yang sepertinya hanya terobsesi pada Zulfar.

dan para siswi makin bersorak melontar kebencian pada Friska ketika melihat seringai dari bibir Friska saat Nadhif tengah memukuli Zulfar. apalagi melihat gadis itu sengaja membuka kancing seragamnya.

karna sudah tidak tahan lagi Friska segera pergi dari sana saat melihat kakak kelasnya turut menonton. kesempatan.

dan sorakan berupa umpatan makin terdengar saat Friska mencoba menerobos kerumunan.

meskipun di dorong beberapa kali oleh siswa/i usahanya berhasil dan segera mencari keberadaan Marcell.

tujuan utama yaitu ruang cctv. ia yakin Marcell berada disana tengah menertawakan dirinya.

Friska mengepalkan tangannya menahan amarah yang sudah di ujung.

belum sempat sampai ke ruang cctv ia di cegat oleh guru BK .

"Friska Arumi Ningsih. ikut bapak ke ruang kepala sekolah"

"t-tapi pak"

"tidak ada tapi-tapian ini perintah dari kepala sekolah langsung"

mau tidak mau Friska mengikuti guru BK nya itu menuju ke ruang kepala sekolah.

Friska menunduk begitu sampai di ruang kepsek dan mendapati kepala sekolahnya sedang menatap nya tajam.

menyuruh Friska untuk duduk didepan nya lalu menyodorkan sebuah amplop

"i-ini apa pak?" tanya Friska

"surat pengeluaran mu dari sekolah ini" Friska terkejut mendengar pertanyaan dari kepala sekolah.

"tapi pakde.." yang merupakan 'pakde' (kakak dari ayahnya) nya. dan alasan itulah Friska berani semena-mena di sekolah ini.

"meskipun saya pakde mu bukan berarti saya akan membelamu, justru itu lebih baik dari pada saya ikut menanggung malu disini. orang tua mu sebentar lagi datang dan setelahnya silahkan langsung pergi dari sekolah ini"

Friska ingin sekali menangis. kenapa semuanya jadi berantakan begini sih?

ya.. semua karna Marcell. kalau bukan karna nya semuanya akan berjalan dengan mulus.

lihat saja, meskipun dirinya di keluarkan dari sekolah ini jangan harap semuanya akan kembali seperti semula.

wajah ingin menangis Friska terganti dengan smirk.

'lihat saja nanti tanggal main nya' .

.

2 hari setelah kejadian itu Friska menyuruh Nadhif untuk menemui nya di cafe biasa mereka nongkrong.

Friska memeluk Nadhif begitu mereka bertemu, berlagak seperti kasihan dan tidak enak.

menyalahkan dirinya sendiri di pelukan Nadhif .

Nadhif mencoba menenangkan memberitahu jika semua sudah jalan nya dan Nadhif tidak menyesal karna semua itu adalah kebenaran . -halah Lo gatau aja nad *suara hati author dan pembaca-

"aku mau pamit dhif, 3 hari lagi aku pindah ke luar negri karna papa ada bisnis disana. mungkin kita enggak bakal ketemu lagi jadi jangan lupain aku ya? aku pasti bakal balik lagi kesini kok, kamu harus tetap stay sama aku. ya dhif?"

Nadhif yang mendengarnya agak sedih sebenarnya tapi mau bagaimana lagi? diapun tidak bisa berbuat apa-apa untuk menahan Friska agar tidak pergi.

dengan begitu Nadhif hanya mengangguk patuh

"aku gak akan lupain kamu, aku tetep disini nunggu kamu"

Friska tersenyum lalu kembali memeluk Nadhif.

"ah iya dhif, itu... em.. aku mau cerita"

"apa?"

"tapi janji jangan marah ya? ini.. soal sahabat-sahabat kamu"

"mereka bukan sahabat aku lagi" meskipun terdengar datar tapi entah kenapa di dalam hati Nadhif sedikit nyeri saat menyebutnya seperti itu.

"sebenarnya dif... Naya dan Zulfar sekongkol untuk menjebak ku"

"maksudnya?" bukan apa-apa meskipun mulut Nadhif bilang jika mereka bukan sahabat nya lagi tapi Nadhif tau betul bagaimana sifat baik dari mereka.

mereka bukan tipe seseorang yang suka bersekongkol.

apalagi sekongkol kejahatan.

"kamu tau kan kalo Zulfar suka sama aku? dan kejadian di rooftop saat itu, Naya ikut serta untuk menjebak ku. menyuruh Zulfar agar berbuat lebih sama aku" Friska menunduk kan kepalanya seolah olah sedang menahan kesedihan.

"kata siapa kamu?" tanya Nadhif datar. sedikit tidak percaya karna bagaimana pun dia adalah sahabat Naya yang sudah bertahun-tahun bersama dan Nadhif tau betul bagaimana sifat Naya.

Friska sempat kaget akan respon nadhif. 'tidak. Nadhif harus percaya sama kata-kata ku' dalam hati Friska sambil memikirkan cara agar Nadhif percaya padanya.

"i-itu ... kamu kan udah di keluarkan dari sekolah aku liat mereka kaya ketawa puas banget waktu tau kalo kamu udah gak ada di antara mereka, dan.. dan aku juga sempat denger mereka lagi ngomongin ttg kejadian di rooftop. kalo mereka enggak sengaja buat ngejebak aku terus Naya dapat kayu dari mana buat mukul kamu? sedangkan di rooftop enggak ada benda-benda kaya gitu"

Nadhif tertegun mendengar ucapan Friska, mau tidak percaya tapi melihat wajah Friska yang penuh dengan kesedihan ia jadi tidak tega dan entah pergi kemana rasa tidak percaya itu meluap begitu saja di gantikan dengan kepalan tangan yang menandakan jika ia sedang menahan amarah.

Friska yang melihatnya tersenyum senang dalam tundukan nya.

.

.

.

.

.

.

.