aroma harum dari meja makan dan asap yang mengepul menyambut kepulangan Mo yanran. meskipun itu hanya hal kecil namun itu sudah cukup untuk menyentuh hati yang telah lama beku itu.
"jangan menangis, aku memasaknya sendiri!" jari-jari yang sedikit kasar menyeka lembut air mata Mo yanran. suara itu mungkin dingin seperti biasa, namun jika seseorang mendengar kan dengan cermat akan ada sedikit kekhawatiran dan sakit hati didalamnya.
Mo yanran menatap pria tampan yang sedikit membungkuk tepat didepan kursi rodanya. mungkin itu karena penyesalan, sehingga air mata yang akan berhenti kembali mengalir lebih deras. terhadap pria ini, dia berjanji akan menebus semua cinta yang telah ia abaikan dikehidupan pertamanya. dia, Mo yanran hanya akan mencintai pria ini, Jin Yan.
"aku akan membuangnya, berhentilah menangis!" sinar Dimata Jin Yan meredup. bahkan belum satu jam sejak ia merayakan permintaan gadis itu namun ia kembali harus menerima kenyataan. ya, gadis ini bagaimanapun tidak akan pernah melihatnya apalagi bersikap manja padanya. mungkin bahkan ia salah mengiranya sebagai orang lain beberapa saat yang lalu.
"suami,,," sadar bahwa tangisannya membuat Jin Yan salah paham, Mo yanran segera menyeka air matanya dan menarik sudut kemeja pria itu, menghentikannya berbalik menuju meja makan. "aku lapar, beri aku makan!"
"tuan muda, nona hanya makan semangkuk bubur pagi ini.." sela bibi Wang untuk mengakhiri kebingungan Jin Yan.
"suami, jangan salah paham! aku menangis karena terlalu lapar. orang-orang hampir mati kelaparan." tambah Mo yanran merengek seraya menjulurkan tangannya, mengisyaratkan Jin yan untuk menggendongnya dari kursi roda. Jin yan menatap gadis yang ada dihadapannya dengan rumit, bertanya-tanya apa yang harus ia lakukan tentang kelakuan istrinya ini. perubahan nya benar-benar terlalu mengejutkan.
"aku akan mengurus sisanya, kau bisa istirahat." ujar Jin Yan pada bibi Wang. dengan senyum tipis, bibi Wang meninggalkan dapur.
"suami,,,"
"bukankah kakimu baik-baik saja? aku bau asap. jadilah baik dan makan pangsit mu!"
"suami,,," rengek Mo yanran yang enggan menurunkan tangannya. tanpa pilihan, Jin Yan hanya bisa menunduk dan menggendong gadis itu seperti anak kecil. membawanya menuju kursi meja makan namun sayangnya gadis itu malah menempel padanya seperti gurita. benar-benar tidak memberinya ruang untuk menurunkannya.
"lepaskan, aku akan memberimu makan"
"tidak, aku sangat kurus, kau bisa memberiku makan tanpa menurunkanku."