Chereads / Istri Rahasia / Chapter 2 - 1. Awal Mula

Chapter 2 - 1. Awal Mula

Seorang gadis cantik dengan rambut panjang kecokelatan terganggu oleh alarmnya yang berisik. Mata cokelat gelap itu terbuka perlahan lalu melirik ke langit-langit. Matahari sudah mulai membumbung dari ufuk timur, cahayanya menembus tirai kamarnya.

Setelah menyadari bahwa pagi itu ia harus pergi ke kantor untuk hari pertamanya bekerja dengan posisi barunya, gadis itu langsung bangun dan mandi. Kemeja putih serta rok hitam panjang sudah ia persiapkan. Riasan natural pun juga telah dipoles ke wajah cantiknya. Tak lupa rambutnya yang panjang ia ikat dengan gaya ekor kuda.

Namanya Juwita Mahadewi dan teman-temannya memanggilnya Tata. Dia adalah seorang anak yatim piatu. Hidup seorang diri bukanlah masalah baginya. Orangtuanya telah meninggal karena kecelakaan pesawat beberapa tahun yang lalu ketika dia berusia tujuh belas tahun. Sejak hari itu, ia tinggal sendirian di apartemennya. Sebelumnya, dia menemukan keluarga barunya di kampus. Sahabatnya yang selalu membantunya dan tidak pernah mengungkit-ungkit siapa keluarganya.

Hari ini adalah hari pertamanya bekerja di Prime X Company. Salah satu perusahaan properti terkenal di kota. Dia akan bertemu CEO-nya pagi ini. Memperkenalkan dirinya sebagai sekretaris baru pada usianya yang ke dua puluh empat.

"Ini ruangan CEO kamu. Kamu akan bekerja dengannya mulai hari ini," kata seorang pria berjas hitam rapi serta kacamata bertengger di hidung mancungnya.

"Terima kasih, Pak Manajer," jawabnya sembari tersenyum.

"Sama-sama. Panggil saja aku jika kamu membutuhkan sesuatu. Pak William akan segera datang," tambahnya.

"Oke, terima kasih."

Kemudian, gadis cantik itu memasuki ruangan sang CEO. Ada dua meja di sana. Yang satu adalah meja milik sang CEO dan satunya di sudut ruangan adalah miliknya. Kakinya yang panjang berjalan ke mejanya. Menunggu CEO-nya. Sebelumnya, dia telah mencari profil sang atasan. CEO-nya adalah seorang pria misterius dan hanya beberapa orang yang pernah bertemu dengannya. Tetapi dia mendengar bahwa CEO-nya juga adalah seorang pengusaha sukses.

Tiba-tiba pintu dibuka secara perlahan, Juwita mempersiapkan diri untuk bertemu dengan William. Ia berdiri di depan mejanya untuk menyambut sang atasan. Kemudian, seorang pria tampan berjalan memasuki ruangan. Dia melirik ke arah Juwita dan menyadari bahwa gadis itu merupakan sekretaris barunya. Ia melangkahkan kakinya ke meja kerjanya. Suasana dingin tiba-tiba tercipta di ruangan itu.

"Selamat pagi, Pak." Dengan tersenyum, Juwita berusaha tetap tenang.

"Ya."

Respon dingin itu diberikan, menyadarkannya bahwa pria itu adalah tipe orang yang sulit untuk didekati. Namun, Juwita tidak akan menyerah begitu saja. Dia adalah gadis yang sangat berbakat. Itulah sebabnya dia dipromosikan sebagai sekretaris baru CEO-nya. Dia menatap bosnya. Juwita awalnya mengira bahwa sang CEO adalah pria yang sudah tua, tapi ia salah. CEO-nya masih muda. William adalah seorang pria tampan dan tinggi, dengan rambut hitam dan mata biru yang indah. Alisnya tebal, bibirnya tipis, dan ada sedikit rambut di dagunya, membuatnya terlihat sangat seksi. Ditambah lagi ia memiliki tubuh yang proporsional.

"Jadi, kamu sekretaris baruku?" tanya William. Dia menatap sekretarisnya. Seorang gadis cantik dengan rambut panjang cokelat tua dan kulit putih. Dia sudah membaca profil Juwita. William telah mendengar kemampuannya bekerja. Namun, pria itu ingin tahu yang sebenarnya.

"Ya, Pak." Juwita menjawab dengan senyuman hangatnya.

"Oke. Sekedar informasi, aku tidak mau ada satu kesalahan apapun! Jika kamu melakukan kesalahan, kamu akan tahu konsekuensinya." William mengancam gadis itu dengan intonasi yang dingin.

"Ba-baik, Pak. Saya akan melakukan yang terbaik," jawabnya.

"Oke. Kembali ke tempat dudukmu dan lakukan pekerjaan pertamamu!" Sebuah dekrit telah diucapkan.

"Baik, Pak."

Segera setelah itu, Juwita duduk di kursinya. Kemudian ia membuka dokumen di atas meja dan menyalakan komputernya. Mendengar suara William yang dingin dan menekan membuatnya merasa ngeri. Bosnya sangat sombong. Juwita berharap dia bisa menangani situasi tekanan ini.

'Tidak diperbolehkan membuat satu kesalahan? Apakah ini lelucon? Kita kan hanya manusia biasa. Membuat satu atau dua kesalahan adalah hal yang wajar.' Juwita menggerutu dalam hati.

Hanya kesunyian di ruangan itu, sungguh berbeda dengan ruang kerja yang sebelumnya, yang penuh dengan kehangatan, tidak sedingin ruangan CEO sombong itu.

Setelah beberapa jam, Juwita telah menyelesaikan pekerjaan pertamanya. Ia segera memberikannya kepada bosnya. William langsung saja memeriksa hasilnya. Alisnya berkerut dan mata birunya terfokus pada layar komputernya.

Pria itu tiba-tiba menatap sekretarisnya dengan tatapan dingin. "Tidak buruk juga untuk pekerjaan pertamamu."

"Terima kasih, Pak."

Juwita tersenyum pada bosnya. Kemudian ia kembali ke mejanya dan melanjutkan apa yang masih perlu ia kerjakan. Sunyi kembali. CEO-nya sangat pendiam. Juwita bahkan takut untuk sekedar memulai obrolan.

.

.

.

Keesokan harinya, Juwita sedang mempersiapkan diri. Hari ini ia mengenakan kemeja dan rok berwarna biru. Dia terlihat sangat cantik dengan pakaian apa pun yang ia kenakan. Di kampusnya dulu, ia adalah gadis yang tak terlalu populer. Ia pun tak ingin menjadi populer dan mendapatkan begitu banyak perhatian. Karena ketika mereka tahu tentang hidupnya, mereka akan memberikan tatapan kasihan. Bahkan, dia sudah begitu tegar dalam menjalani hidupnya sendiri. Hanya Sarah, sahabatnya, yang tidak pernah melihatnya seperti orang lain. Bagi Sarah, Juwita adalah gadis yang kuat dan hebat meski usianya masih muda.

"Kamu! Periksa dokumen-dokumen ini! Masih banyak kesalahan di sana," perintah William dengan intonasi tajam.

"Baik, Pak." Juwita menerima dokumen-dokumen itu dan mulai memeriksanya dalam diam.

"Lakukan secepatnya! Aku ingin menggunakannya pada pertemuan berikutnya! Jangan melakukan kesalahan seperti pria sebelum kamu!"

William berjalan keluar dari ruangannya, meninggalkan Juwita sendirian.

"Ya Tuhan. Dia sangat menakutkan," gumamnya sambil duduk di kursinya.

William dikenal sebagai bos yang arogan, tegas, dan kaku di Prime X Company. Ada begitu banyak karyawan yang dipecat sebelumnya. William juga seorang pengusaha yang misterius. Hanya beberapa orang yang cukup dekat dengannya yang tahu siapa dia dan bagaimana keluarganya. Juwita berharap dia tidak dikeluarkan. Posisi ini adalah pencapaiannya yang tertinggi, menjadi wanita karir yang melayani orang-orang dengan jabatan yang lebih tinggi adalah impiannya. Itulah sebabnya, gadis itu akan mengurangi kesalahan seperti apa yang dikatakan CEO-nya.

***