Di depan serambi rumah Raden Mas Wijaya Ngabehi, Halimun dengan ibu nya sedang merasakan takut yang luar biasa. Suara burung menyeramkan membuat Halimun melompat dan memeluk erat badan ibunya.
Mata Halimun dan ibunya melirik ke kiri dan kanan. Mengamati situasi.
Hoammmm !
Woakkk Woakkk !
Suara itu terdengar lagi membuat keduanya ragu meneruskan langkahnya menuju serambi rumah.
Saat itu seorang pria muncul dari dalam rumah memperhatikan Halimun dan ibunya. Lalu pria itu tersenyum. Berdiri di serambi rumah seraya berkata. " Jangan takut,Bu. Terus saja jalan..tadi bukan suara hantu...itu suara Burung Beo ".
Halimun dan ibunya terkejut, " Burung Beo !?".
" Iya ," jawab lelaki itu dengan senyum semakin terkembang.
" Saya mengajari kata-kata woakkkk woakkk dan hoammm pada burung Beo itu."
Halimun dan ibunya menarik nafas, terasa di dada nya tidak berdebar-debar lagi.
Halimun melihat ke arah serambi, lelaki itu sudah duduk di kursi seperti menunggu.
Kemudian Halimun bersama ibunya meneruskan langkah menuju serambi rumah.
" Assalamualaikum " ujar ibu Halimun, setelah ke dua kakinya memasuki lantai serambi.
"Wa'alaikum salam ," sahut lelaki itu, sejenak memperhatikan wajah Halimun dan ibunya.
" Ibu dari mana ? " tanya lelaki itu.
" Saya dari Kampung Setengah ," jawab ibu Halimun.
"Kampung Setengah? Wah jauh juga ya," ujar lelaki itu, lalu mempersilahkan Halimun dengan ibunya duduk.
Halimun dengan ibu nya duduk di sebuang bangku panjang, letaknya sedikit berjauhan dengan kursi yang diduduki lelaki itu.
"Dari Kampung Setengah ada yang sering datang ke sini," kata lelaki itu, sejenak dia memanggil nama seseorang. Setelah itu dia melanjutkan kata-katanya. "Namanya, Juhara. Badannya gemuk, rambutnya ikal...."
" Okh, Juhara ," ujar Roemi.
" Apakah ibu mengenal Juhara ? " Tanya lelaki itu.
"Sangat kenal, dengan Juhara. Dia itu anggota Kelompok Tani Mawar yang diketuai oleh suami saya ," jawab ibu Halimun.
Lelaki itu mengangguk-anggukan kepalanya, dia percaya ucapan Rumi tadi bukan rekayasa.
" Bagus lah kalau ibu kenal dengan Juhara, kali lain kalau mau ke sini lagi ajak dia ", kata lelaki itu lagi.
Seorang perempuan datang dari dalam menghampiri, dia kelihatan sangat menaruh hormat kepada lelaki itu. "Maaf Raden, saya telat datang memenuhi panggilan dari Raden tadi ".
Rumi bengong dengan mulut ternganga, "Orang yang hendak saya temui, ternyata dia ini ," Ujar Rumi dalam hati.
Raden Mas bicara kepada perempuan yang dia panggil bibi itu. "Tidak apa-apa,Bi ", sahutnya dengan lembut.
Kemudian terdengar Raden Mas bicara lagi " Bi, kita kedatangan tamu dari jauh, tolong bibi buatkan air minum buat mereka ".
Wanita yang dipanggil bibi itu kembali ke dalam.
Rumi mengamati Raden Mas, lalu berbisik kepada Halimun. Rumi punya keyakinan besar dengan perantara Raden Mas Wijaya Ngabehi semua yang menjadi keinginannya bisa terkabul.
Tetapi, Halimun tidak begitu percaya dengan hal-hal yang diyakini oleh ibunya, karena pengalamannya yang membuat Halimun kapok berurusan dengan orang-orang seperti Raden Mas.
Rumi bersikeras dengan mengatakan, Raden Mas adalah orang yang tepat untuk bertanya. Orang seperti Raden Mas yang selama ini dia cari.
" Terserah, niat mamah datang ke sini, saya hanya mengantar ," kata Halimun pelan.
Raden Mas tersenyum. Dia bisa mendengar percakapan Rumi dengan Halimun walau dari jarak jauh.
"Jadi kamu ke sini hanya mengantar? ," tanya Raden Mas kepada Halimun.
Mata Raden Mas menatap tajam ke arah
Halimun, seperti menerawang melihat sesuatu yang ada di balik rahasia hati, Halimun perlahan-lahan merasakan getaran aneh di hati nya, lalu dia tersipu malu.
" Tapi , suatu saat kamu akan datang tanpa diantar oleh ibu ini ", kata Raden Mas.
Perempuan bernama Bibi dengan wajahnya yang kaku datang lagi, membawa tiga gelas minuman Bajigur di atas baki, meletakan gelas-gelas Bajigur itu berikut Bakinya di atas meja depan Raden Mas kemudian kembali masuk ke dalam.
" Nah, ini Bajigurnya sudah datang, silahkan dinikmati,jangan dilihatin ", ujar Raden Mas setelah mengambil satu gelas dia menyeruputnya.
Dari cara meminumnya, Raden Mas bisa dibilang penggemar berat minuman yang terbuat dari rebusan gulamerah dan air santan kelapa.
Rumi dan Halimun malu-malu hendak mengambil gelas Bajigur.
Setelah mereka menikmati minuman Bajigur terdengar Raden Mas bertanya maksud kedatangan Rumi.
Akan tetapi, istri pak Suryana masih canggung bicara menyampaikan apa yang menjadi masalah dalam kehidupannya.
" Ibu datang ke Gunung Bohong seperti tidak punya tujuan... ", ujar Raden Mas kepada Rumi.
Rumi masih malu-malu mau bicara. Baru kali pertama berhubungan dengan paranormal untuk meminta bantuan rasanya berat mulut untuk bicara.
Mmmmmmm
Raden Mas memaklumi Rumi dengan perasaan malunya.
Sebentar mulut Raden Mas komat-kamit , seperti membaca sebuah mantra. Setelah itu dia tersenyum karena Rumi langsung lancar bicara mengemukakan persoalan yang menghalangi perjalanan hidupnya.
Halimun terkejut mendengar permasalahan yang diutarakan Rumi kepada Raden Mas, paranormal itu.
Masalah jodoh anak perempuan. Halimun, sudah menjanda. Rumi ingin menjodohkan dengan pria kenalan suaminya bernama Herman.
Pria itu sekarang sering bertamu ke rumah, malu-malu bila melihat Halimun.
" Saya minta batuan Raden supaya lelaki bernama Herman jatuh cinta kepada anak perempuan saya," ujar Rumi.
Dahi Raden Mas berkerut, melihat wajah Rumi seperti sudah tertutup oleh awan persoalan dari kehidupan.
" Setiap hari apa lelaki itu bertamu ke rumah ibu ? ", tanya Raden Mas.
Sebelum Rumi menjawab terdengar Raden Mas bicara seperti memberi sebuah petuah.
Jaman sekarang memang kemauan orang serba bebas,katanya.
Perempuan, maupun laki-laki di desa atau di kota mencari jodoh pun sudah seperti mencari uang, tidak tahu uang milik siapa asal kelihatan nongol langsung diembat.
Dalam urusan hasrat cinta, tidak melihat istri siapa, suami siapa, asal kelihatan murah senyum langsung digoda sampai tergoda.
"Orang sekarang banyak yang senang mencuri, mencuri istri orang, mencuri laki orang ", ujar Raden Mas seperti menyindir keadaan.
" Betul, Pak Raden Mas ", tiba-tiba Halimun menyahut. Status janda yang ia sandang sekarang juga akibat ulah pencuri laki orang.
Kata Halimun, suaminya dulu ganteng dan penuh kasih-sayang, karena murah senyum digaet janda beranak lima.
" Asal memuaskan, tidak ambil peduli terhadap apa akibat dari perbuatan itu dia menari-nari di atas penderitaan orang ", kata Halimun, tanpa direkayasa, kesedihan lama di hati muncul, air mata pun menggenang di kelopak mata.
Ada perasaa iba di hati Raden Mas setelah mendengar perkataan Halimun.
" Ada yang terlupakan oleh mereka, yaitu soal karma. Orang yang suka mencuri istri, atau suami orang lain kelak dia akan mendapat karma ", Raden Mas berusaha menenangkan perasaan Halimun.
Rumi, ibuHalimun tidak mau lagi meneruskan cerita keluhan lagi kepada Raden Mas. Halimun bicara tadi itu sudah cukup alasan buat Raden Mas bila mau membantu jalan keluar dari kesusahan.
Pulang dari Gunung Bohong Rumi membawa sebotol air putih, air itu setengah dicampurkan ke dalam air untuk mandi. Setengahnya lagi untuk persiapan bikin air kopi buat suguhan Herman bila datang bertamu.