"Cepatlah pijit pundakkku, Bocah!!" Qiran mengulangi perintahnya.
Namun, kali ini suara Qiran bahkan tidak dapat terdengar jelas oleh Yudha. Meski begitu, Yudha masih tetap memijat pundak Qiran seperti yang diperintahkan oleh Nona Muda Pradhika di awal tadi.
Yudha memijat menggunakan tangan kanan. Sedangkan, tangan kirinya kasih ia gunakan untuk menekan pinggang belakangnya, untuk mengurangi sedikit rasa sakit yang mendera.
Mata Yudha mengerjap-erjap agar tetap terjaga. Ia sudah tidak dapat menahan rasa sakit disertai kantuk itu. Bahkan saat ini pun ia seolah tidak dapat mengeluarkan tenaga.
"Yudha! Mana tenagamu, hah?! Kenapa makin pelan memijatnya, hah?!" bentak Qiran dengan suara lantang, agar terdengar oleh Yudha.
Beberapa saat kemudian terdengar bunyi ...
Bruk!!