Sosok lelaki yang sebelumnya berdiri di dekat jendela, kini berjalan tenang ke arah Qiran. Ia tersenyum ramah dan menepuk pelan bahu Qiran.
"Bagaimana kabarmu, Qiran? Kenapa sekarang jadi jarang pulang ke rumah lagi, eum?" tanya CEO Rendi, ramah.
Qiran mengalihkan wajahnya. Ia tersenyum sinis mendengar ucapan pimpinan yang tak lain adalah ayahnya sendiri.
"Apa tempat itu masih pantas disebut rumah, huh? Bukannya itu sekarang menjadi tempat penampungan kucing juga?" gumam Qiran. Ia masih tersenyum mengeringan di sisi ayahnya.
CEO Rendi, mengernyit. Ia sama sekali tidak tahu arah pembicaraan anak sulungnya itu. "Apa maksudmu, Qiran?" lirih CEO Rendi.
"Tempat itu layaknya tempat penampungan, Ayah. Bagaimana bisa aku hidup di tempat seperti itu, eum?" Qiran menjeda ucapannya. "Kecuali ... kalau ayah membuang kembali anak pungut itu ke tempat asalnya."
Plak!!