Di lain tempat, usai bermain golf. Alvan dan Papi Darma sedang menikmati minuman segar mereka seraya duduk melepas lelah di sebuah kafe tempat mereka berolah raga mahal itu.
"Sebetulnya aku tadi juga gak enak Pi, karena harus bohong sama Megha. Kalau aja bukan karena Kakek yang minta waktu khusus untuk jalan berdua sama Megha. Pasti aku enggak akan mau."
"Ya... maklumin ajalah. Kakek kamu itu orangnya teliti sekali. Dia selalu ingin mengenal orang yang masuk ke dalam keluarganya dengan lebih dekat."
"Semoga Megha nyaman ya Pi, jalan sama Kakek."
"Papi pikir sih Megha akan nyaman-nyaman saja. Kamu bisa lihat kan, bagaimana responsnya dia tadi pagi. Tidak mempermasalahkan kita ikut atau tidak."
"Iya, Pi."
"Atau, coba aja kamu kirim pesan ke Megha. Tanya lagi di mana dia sekarang."
Alvan tersentak. Ia menyadari sesuatu. "Ya ampun! Aku lupa nyalahin hapenya lagi, Pi. Jangan-jangan Megha hubungin aku."