'Gha, kamu di mana?'
'Gha hubungin aku balik ya'
'Gha, angkat telepon aku'
'Gha, kita udah harus berangkat ke bandara. Kamu di mana sekarang?'
Megha duduk terpaku pada ponselnya. Didapatinya puluhan kali panggilan tak terjawab dari Alvan, dan beberapa pesan singkat yang mengikutinya. Hati wanita itu kini pilu. Air matanya menetes dalam keheningan.
Ada dua janji yang memenuhi kepala Megha. Satunya janji dengan Alvan, satunya janji dengan Papi Darma. Megha sudah bulat pada keputusannya. Ia akan lebih memilih memenuhi janjinya pada Papi Darma. Ia tidak mau tega hati untuk membiarkan pria paruh baya itu kesepian dan sedih karena ditinggal oleh anak kandungnya sendiri.
Megha menyadari bahwa Alvan adalah salah satu belahan jiwa Papi Darma. Setelah Tante Hanum pergi, tentu Alvan dan Rakolah yang menjadi pengisi hatinya. Megha tidak mau Papi sampai kehilangan belahan jiwanya lagi apa lagi ia yang menjadi penyebabnya.