Alvan memekur di dalam mobilnya. Usai ia menerima telepon dari Megha, perasaan bersalah pun mencuat di hatinya. Ia tahu tidak seharusnya lagi-lagi ia membohongi sang istri. Namun apa mau dikata, ia juga merasa serba salah. Menceritakan bagaimana kerasnya penolakan Papi Darma atas keputusannya hanya akan membuat Megha bersedih.
"Maafin aku, Gha. Aku jadi harus bohong lagi sama kamu," batin Alvan. Ditatapinya lagi rumah besar di depannya. Lagi-lagi hal itu membuat Alvan merasa sedih. Ia tidak mengharapkan perpisahannya dengan Papi Darma akan menjadi seperti ini. Ia ingin membawa senyum Papi, bukan membawa kemarahannya. Apa lagi sampai Papi Darma tidak lagi menganggapnya sebagai anak. Ini sangat menyakitkan buatnya.
