"Tapi gue salut sama lo, Gha." Alvan kembali memulai ucapannya.
"Salut kenapa?"
"Ya salut aja, dalam situasi kayak tadi lo tetap tenang hadapin sindiran Mama."
"O, itu. Iya lah gue tenang. Gue sama Metha kan udah damai. Jadi gue nggak mau aja rusak acara makan malam kita.
"Kalau belum damai gimana? Cakar-cakaran? Hahaha."
"Ngaco lo. Kalau belum damai ya nggak mungkin dia undang gue makan, lah."
"O iya, ya. Tapi nyokap tuh kenapa sih? Dari tadi nyindir terus? Masa lalu gue lah dibawa-bawa. Pelakor lah dibawa juga. Ada masalah apa sih nyokap?"
"Kalau soal itu gue juga enggak tahu. Mungkin... Mama masih mendam kesal kali ya sama gue karena udah rebut elo dari anak kesayangannya."
"Rebut-rebut! Emang gue barang. Gue aja nggak ngerasa lo rebut gue dari dia."
"Tapi... emang benar kan omongan Mama."
"Omongan yang mana nih?"