Alvan memekur sendiri di ruang kerjanya. Pikirannya sibuk mencari-cari cara untuk bisa melindungi Megha dari Alvan. Di lain sisi keputusannya tentu saja akan membuat adiknya semakin tidak menyukainya. Dalam perenungan itu, tiba-tiba saja Alvan dikejutkan oleh pemberitahuan Setepen bahwa Rako datang ingin menjenguk Megha.
"Tau dari mana dia, Pen. Kalau Megha pingsan?"
"Saya juga kurang paham Mas. Tapi tadi saya sudah bilang kalau kalau Mbak Megha sedang tidur istirahat. Eh, Mas Rako tetap maksa mau lihat katanya. Gimana ini, Mas? Dia masih nunggu di ruang tamu." Terdengar ada nada kecemasan dari Setepen. Ia memang tidak terlalu mengenal Rako, tetapi ia sedikit tahu tentang sifatnya yang suka memaksakan kehendak setelah pertemuan mereka di apartemen beberapa kali.
"Biar saja yang temui dia," ujar Alvan. Membuat perasaan Setepen lega karena bosnya sudah mau turun tangan.