"Lo kenapa?" tanya Alvan.
"Mm? Enggak. Enggak pa-pa."
"Terus kenapa muka lo –"
"Gue bilang nggak pa-pa ya nggak pa-pa!" ketus Megha. Lalu mendahului Alvan untuk segera sampai di meja makan. Namun tiba-tiba langkahnya terhenti. Ia menengok kiri-kanan.
"Sebelah sini, Gha."
Megha berbalik. Di lihatnya sebuah daun pintu yang ingin Alvan masuki.
"Ke ruang makan bisa lewat sini."
"Udah tau! Tadi juga mau ke situ." Megha kembali menghampiri Alvan.
"Ngomel-ngomel aja lu," balas Alvan. Lalu kembali meraih tangan Megha.
"Apaan nih?!"
"Biar nggak nyasar!"
"Segede apa sih ini rumah?! Sampai gue harus kesasar cuma buat makan doang! Kalo kayak gini keburu pingsan duluan gue nahan laper!"
Alvan menarik nafasnya dalam-dalam. Ia semakin yakin emosi Megha yang meletup dikarenakan ada sesuatu yang terjadi dan sedang ia sembunyikan. "Nanti gue kasih peta!" balasnya singkat lalu langsung menariknya ke ruang makan.