Setelah selesai berbincang dengan Tino, Alexa dan Melvin segera kembali ke rumah. Mereka duduk berdampingan, namun hanya saling diam. Sesekali sang suami melirik istrinya yang tampak galau menata ke arah jendela, kemudian dia meraih tangan kanannya, meletakkan ke pahanya.
"Apa yang mengganggu pikiranmu?" tanya Melvin.
"Aku tidak percaya pada preman sialan itu," jawab Alexa dengan gusar. "Rasanya terlalu mudah dia mengaku tentang siapa bosnya, terlalu mudah segalanya terbongkar."
"Bukankah itu hal yang baik?" tanya Melvin.
"Ya," singkat Alexa. "Bu Siska memang orang yang payah, tapi aku tau dia tidak akan berbuat kriminal hanya karena masalah perseteruan ringan denganku. Masalahku dengan dia tidak lah penting ... Tidak mungkin dia menyewa preman untuk menteror dan menyerang kita sedangkan resikonya akan sangat tinggi ... Termasuk bisa merusak reputasinya dan namanya jika tertangkap," lanjutnya.