Chereads / Unexpected Wedding: Tuan CEO yang Posesif / Chapter 15 - Resmi berpacaran

Chapter 15 - Resmi berpacaran

Melvin mendekati Alexa dengan tersenyum hangat sambil berkata, "Sayang, tolong ambilkan tuxedo ku. Aku baru ingat meninggalkan flashdisk di saku."

"Tapi aku belum mencucinya," sahut Alexa dengan tatapan aneh pada Melvin yang pandai bersandiwara sementara Joey memilih untuk duduk di sofa.

"Tidak apa-apa. Biar maid di rumah yang mencucinya," ucap Melvin tersenyum meyakinkan. Tatapan itu, seperti tatapan seorang pria pada kekasihnya ... Membuat yang ditatap jadi gugup dan hilang kontrol..

"Eh ... Baiklah. Aku akan mengambilnya," ucap Alexa kemudian berjalan menuju kamar dengan perasaan aneh.

Di dalam kamar, Alex mengambil tuxedo hitam milik Melvin yang tergantung pada gantungan pakaian, kemudian menatapinya sambil mengelusnya. 'Ya Tuhan, aku kenapa .. apa ini? Apa aku menyukainya ... Aku tidak memiliki kemampuan untuk mengelak, tatapannya begitu hangat ... Mata biru hazel itu membuatku seakan membeku,' batinnya dengan tatapan kosong.

___

Di ruang tamu, Melvin melirik Joey yang tampak gelisah. "Kamu kenapa?" tanyanya.

"Aku ngantuk," jawab Joey bernada manja.

Melvin menghela napas, melirik ke arah ruang tengah. "Kenapa Alexa lama sekali?"

"Atau jangan-jangan kakinya sakit lagi?" Joey menebak.

"Aku akan menyusulnya," ucap Melvin kemudian segera beranjak berdiri. Dia berjalan memasuki ruang tengah minimalis menuju kamar Alexa. Pria itu teringat pernah membawa sang gadis yang sedang mabuk, jadi dia ingat harus menuju kamar mana.

Setibanya di kamar, Melvin menghela napas saat mendapati Alexa yang sedang duduk di tepi ranjang sambil memangku tuxedo nya dan tampak sedang menelpon seseorang.

"Iya, Bu. Jaga kesehatan ibu juga. Jika ada masa cuti, aku akan pulang menemui ibu," ucap Alexa yang mendadak mendapat panggilan dari orangtuanya yang berada di Jogja.

Melvin mendekati Alexa yang duduk dengan posisi memunggunginya hingga tidak menyadari kehadirannya. Dia bersendekap tangan, memperhatikan gadis yang sedang berbincang melalui sambungan telepon.

"Yasudah kalau begitu. Nanti aku telpon lagi .. aku sayang ibu," ucap Alexa dengan tersenyum hangat membayangkan wajah ibunya yang hampir 6 bulan tidak bertatap muka dengannya. Dia segera memutuskan sambungan telpon itu kemudian meletakkan ponselnya ke atas ranjang.

"Kenapa tadi tidak menjawab panggilan dariku?" tanya Melvin. Tentu saja Alexa terkejut dan secara refleks berdiri menatapnya.

"Melvin. Kenapa kamu lancang sekali masuk kamar perempuan?" tanya Alexa dengan bersungut-sungut.

"Kamu terlalu lama, aku dan Joey jamuran menunggumu," jawab Melvin santai kemudian mendekati Alexa. Sangat dekat, bahkan dia menunduk hampir menyatukan keningnya dengan kening gadis itu. "Kenapa kamu tidak menjawab panggilanku tadi?" tanyanya.

"Ehh .. Aku tidak dengar," jawab Alexa memalingkan wajahnya. "Tadi aku sedang mengobrol dengan Joey," lanjutnya.

"Tolong jangan beritahu yang sebenarnya. Aku tau caraku memang aneh, tapi mungkin kita bisa mencoba menjadi sepasang kekasih. Aku butuh kekasih ...," pinta Melvin.

"Seseorang menjalin hubungan harus didasari oleh cinta, meski itu hanya sekedar berpacaran," gumam Alexa kemudian berjalan hendak keluar kamar namun Melvin meraih tangannya, menariknya hingga berbalik kembali saling berhadapan bahkan badan mereka saling menempel.

"Please ... biarkan aku jadi pacarmu," punya Melvin. Entah kenapa, dia sangat bertekad untuk menjadikan Alexa sebagai kekasihnya, dan membuang jauh-jauh rasanya pada Joey.

"Kenapa sih? Kenapa harus berpacaran. Sebaiknya kita jujur saja pada Joey sebelum akan menjadi kebohongan ... kebohongan dan kita akan selalu berbohong." Alexa tampak kesal dan heran pada Melvin.

"Alexa ... mungkin ini tidak begitu penting untukmu. Tapi ini penting untukku. Aku tidak ingin mengecewakan keluarga ku karena aku payah," ucap Melvin dengan tatapan memohon. "Dan ... mungkin saja kebohongan ini akan berubah menjadi suatu kebenaran."

"Tidak mungkin."

"Kenapa tidak mungkin? kamu dan aku sama-sama single bahkan belum pernah berpacaran. Bisa saja muncul benih cinta di hati kita seiring berjalannya waktu." Melvin terus membujuk..

Alexa menatap Melvin dengan heran. 'Sebenarnya kenapa dia? Apa dia sungguh memiliki ketertarikan padaku hingga bersikeras mengajakku berpacaran?'

'Aku tidak tau kenapa ... aku pikir dia gadis yang tepat untuk membuatku bisa melupakan Joey sebagai satu-satunya gadis yang kucintai,' batinnya terus menatapi Alexa yang melamun menatapinya. Dia memberanikan diri untuk menangkap pipi gadis itu dengan kedua tangannya yang kokoh, kemudian berkata, "please ..."

"Apa kamu sedang merayuku?'" tanya Alexa heran. "Bagaimana bisa seseorang baru berkenalan sehari dengan tidak sengaja, lalu berpacaran? Aku pikir itu terjadi hanya di film saja."

"Semua bisa terjadi ... dan ..." Melvin jadi gugup kemudian mengingat kejadian semalam mengantar Alexa lalu Alexa mengatakan bahwa dia seperti prince bahkan menahannya untuk pulang. "Semalam pun kita sudah bertemu dan kamu ... terlihat mengagumi aku."

Alexa tercengang sejenak menahan segala rasa malunya karena kejadian semalam kembali diungkit. "Itu karena aku mabuk!" ucapnya.

"Dan biasanya orang mabuk selalu berkata jujur," sahut Melvin.

"Entahlah ..." Alexa memalingkan wajahnya dan hendak keluar namun lagi-lagi Melvin menahannya.

"Please ...terima aku jadi pacarmu!" seru Melvin memohon.

Alexa terdiam, seolah mencoba untuk sadar bahwa dirinya sedang tidak bermimpi. Bagaimana bisa pria tampan kaya raya itu menginginkan dirinya untuk mengulurkan menjadi pacarnya sedangkan banyak sekali gadis lebih baik darinya.

Drettt ... drettt ...

Ponselnya yang tersimpan di saku celananya berdering. Melvin segera mengambil ponsel itu dan melihat ada panggilan dari Siska kemudian menjawabnya.

"Hallo, Bu Siska," sapa Melvin.

Seketika Alexa menatap Melvin dengan serius. 'Untuk apa bos cerewet itu menelponnya? Apa dia sedang mencoba merayu Melvin di luar jam kerja?' batinnya bertanya-tanya.

"Tidak masalah. Saya akan datang ke kantor anda besok. Yasudah kalau begitu, saya matikan telponnya," ucap Melvin kemudian memutuskan sambungan telepon itu dan menyimpan kembali ponselnya ke saku celana jeans-nya. Dia kembali menatap Alexa yang masih berdiri di hadapannya.

"Ini untuk pertama kalinya aku memohon pada seorang gadis. Jika aku berhasil mencintai mu, maka kamu adalah cinta pertama ku," ucapnya kali ini lebih santai.

Alexa mengingat bagaimana Siska menghinanya dan selalu merendahkannya karena memiliki hutang. Mungkin dengan menjadikan Melvin sebagai pacar, bos cerewet itu tidak akan berani berbuat hal yang mempermalukan dirinya lagi jika dia menjadi kekasih Melvin yang merupakan klien penanam saham terbesar di perusahaannya.

"Baiklah ... Aku terima," jawab Alexa dengan menekuk wajahnya. Dia masih malu namun akan membuat Siska iri karena dia adalah pacar Melvin. Apalabi, besok Melvin akan datang ke kantornya, bisa jadi kesempatan untuk membuat bos cerewet itu kebakaran jenggot.

"Terima kasih." Melvin tersenyum lega kemudian meraih tangan Alexa dan menuntunnya menuju keluar kamar. Mereka berjalan dengan lambat, saling menatap ke depan dengan rasa canggung dan aneh dengan status baru yang baru saja mereka putuskan.

"Nanti malam jam tujuh. Aku harap kamu sudah siap saat aku datang menjemput," lirih Melvin saat tiba di ruang tengah.

Alexa hanya mengangguk dengan perasaan aneh dalam hatinya berkata, 'aku berpacaran dengan pria tampan ini? Astaga! Perkataan Gea benar-benar seperti sebuah ramalan yang nyata!'