Chapter 12 - Pacar dadakan

Melvin terdiam menatapi Alexa dan Gea yang kembali asik menonton aksi Joey yang memukau bahkan para penonton memberi tepuk tangan begitu meriah. Pria itu tetap menatapi gadis yang ada di depannya seolah sedang memikirkan sesuatu atau merencanakan sesuatu.

'Dia cantik. Tidak ada salahnya jika aku mengakui bahwa dia adalah pacarku,' batin Melvin sambil terus menatap Alexa dari belakang.

"Dia tidak pergi. Dia masih di belakang mu," bisik Gea mendekati wajahnya ke telinga Alexa.

"Itu karena dia masih ingin nonton, atau malah sedang menunggu dia yang sedang tampil," sahut Alexa kemudian menoleh ke belakang dan saat itu juga matanya bertemu dengan mata Melvin yang terus menatapnya begitu ambisius. Seketika dia balik menoleh ke arah Joey yang masih berdansa sambil meluncur di atas arena.

'Tatapannya seperti macan siap menerkam. Apa mungkin dia marah karena aku menjawab panggilan gadis itu hingga dikira pacarnya? padahal yang terpenting gadis itu tidak tau bahwa aku yang menjawab panggilan itu. Seharusnya dia bersikap santai.' Alexa berkata dalam hati, hingga tidak lagi fokus nonton dan tidak menyadari Melvin semakin mendekatinya dan mencengkeram tangan kanannya.

"Hey lepaskan aku!" serunya dengan bersungut-sungut.

"Tidak bisa. Kamu harus bertanggung jawab!" sahut Melvin dengan ketus.

Gea memilih untuk menyingkir beralih ke sisi kanan Alexa dan berbisik. "Aku tidak bisa terus di sini. Aku menunggumu sambil belanja. Nanti hubungi aku jika sudah selesai urusanmu dengannya."

"Gea,tidak bisa begitu! Kamu harus tetap di sini!" seru Alexa panik.

"Tidak bisa. Bastian ingin bertemu sekarang karena istrinya yang cerewet itu sudah tidak di mall ini," sahut Gea kemudian meninggalkan Alexa tanpa menunggu tanggapannya.

"Astaga, Gea!" Alexa kesal menatap kepergian Gea, kemudian beralih melirik Melvin yang masih memeganginya. "Lepaskan aku!"

"Tidak akan! Gara-gara kamu, adikku menyangka aku memiliki pacar, bahkan akan memperkenalkan ke orangtuaku, maka kamu harus bertanggungjawab!" Melvin ngeyel dan beralih menatap ke arah pertunjukan ice skating yang masih berlangsung. Ada pasangan dansa lain yang mulai mengikuti Joey dan partnernya.

Alexa terdiam bersungut-sungut melirik Melvin yang tidak membiarkannya lepas samasekali. Dia merasa hari ini terlalu sial karena berurusan dengan Melvin yang sebenarnya memang menarik, tapi sikapnya sungguh tidak menyenangkan karena seenaknya sendiri.

Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya Joey selesai tampil. DIa bergegas melepas sepatu seluncurnya, kemudian menyimpannya ke dalam tas khusus. Gadis berwajah kebulean bertubuh langsing itu bergegas membawa tas itu dan menghampiri Melvin yang masih bersama Alexa.

Alexa tampak nervous saat melihat Joey hampir mendekati. "Melvin, lepaskan aku!"

"Diamlah! kamu harus mengikuti ku karena kamu yang memulai semua ini!" seru Melvin makin mencengkeram tangan Alexa.

Melvin malah beralih merangkul Alexa dari samping dan tersenyum ke arah Joey yang kini sudah di dekatnya. "Hai ... penampilanmu selalu keren, bahkan hari ini lebih keren dari biasanya," ucapnya.

"Karena aku sedang bahagia," sahut Joey dengan tersenyum cerah. Dia beralih menatap Alexa yang tampak gugup dirangkul oleh Melvin dari samping. "Apa dia pacarmu?" tanyanya.

"Iya," jawab Melvin kemudian berkata, "dia ingin melihatmu tampil. Makanya aku mengajaknya ke sini."

Seketika Alexa menggelengkan kepalanya namun Melvin mengeratkan rangkulannya seolah pertanda dia harus mengikuti sandiwara ini.

"Ah kamu sangat cantik. Pantas saja Melvin bertekuk lutut padamu setelah tidak ada satupun gadis yang mampu menyentuh hatinya." Joey menatap Alexa dengan senyum ramahnya kemudian mengulurkan tangannya. "Aku Joey, saudara Melvin ... tepatnya, adik Melvin."

"Eh, aku Alexa." dengan tersenyum canggung Alexa menyalami Joey.

"Apa kamu ingin segera pulang sekarang?" tanya Melvin menatap Joey. Sementara Alexa memanfaatkan kesempatan itu untuk melepas rangkulannya namun tidak bisa pergi karena Melvin menginjak kakinya.

"Aduuhh Sialan, kamu menginjak kakiku!" Alexa menyingkirkan Melvin dari sampingnya..

"Melvin! kamu ini gimana sih. Kenapa kaki pacar diinjak?" Joey menatap Melvin dengan kesal kemudian beralih menatap Alexa yang menunduk melihat kakinya yang memerah.

"Maaf, aku tidak sengaja."

"Ini sangat sakit apalagi dia pakai sepatu!" Alexa pura-pura sangat kesakitan supaya Melvin terlihat buruk di mata Joey. 'Itu akibatnya memaksaku untuk mengikuti kemauan mu!' batinnya.

"Kami keterlaluan. Punya pacar sekali saja malah diinjak kakinya!"

"Aku tidak sengaja!" Melvin menegaskan, menatap kesal pada Alexa yang seakan sengaja terlihat kesakitan, bahkan sekarang malah duduk di lantai. "Baiklah kalau begitu. Sebagai tanggungjawab, aku akan menggendongnya dan kita antar dia pulang."

"Hah, gendong?" Alexa terkejut dan saat itu juga Melvin membopongnya dan menatapnya begitu dingin.

"Kita antar dia pulang sekalian," ucap Joey membawakan paper bag milik Alexa.

"Eh ... turunkan aku. Aku masih sanggup berjalan sendiri!" seru Alexa menatap Melvin, tangannya secara refleks berpegangan pada pundaknya.

"Sayang, aku baru saja membuat kesalahan fatal dengan tidak sengaja menginjak kakimu. Sekarang biarkan aku menebusnya," ucap Melvin dengan tersenyum meyakinkan karena Joey memperhatikannya.

"Hah ..." Alexa terkejut karena Melvin memanggilnya dengan sebutan 'Sayang' dan sekarang mulai berjalan sambil terus membopongnya menuju eskalator dengan diikuti oleh Joey.

Selama di gendong Melvin, Alexa hanya terdiam dengan menundukkan wajahnya karena menyadari mulai menjadi pusat perhatian.

"Melvin aku malu, turunkan aku!" seru Alexa menepuk dada Melvin.

"Sayang, aku mencintaimu. Aku tidak akan membiarkan mu kesakitan. Aku benar-benar merasa bersalah karena sudah menginjak kakimu," ucap Melvin dengan sendu. "Jangan meronta atau kita akan terjatuh bersamaan."

"Alexa. Kamu nurut saja dan jangan pedulikan orang lain yang memperhatikan mu," seru Joey dengan tersenyum geli. Bukan tanpa alasan, karena baru kali ini dia melihat Melvin memiliki pacar bahkan terlihat begitu perhatian hingga menggendong di tempat umum seperti ini.

Alexa menghela napas pasrah, menundukkan wajahnya namun melirik Melvin dengan horor sedangkan yang dilirik hanya menanggapi dengan tersenyum hangat. 'Dasar gila!' batinnya.

Gea yang sedang berjalan menuju tempat perhiasan bersama Bastian, melihat Alexa yang dibopong oleh Melvin. "OMG, mereka ..!" Gea menutupi mulutnya dengan kedua tangannya.

"Apa kamu juga mau digendong sepertinya?" tanya Bastian.

"Tentu saja tidak. Aku lebih berat daripada Alexa. Lagian, aku malu," jawab Gea kemudian lanjut berjalan mendekati Alexa sementara Bastian memutuskan untuk menunggu di dekat pilar berbentuk bulat berwarna putih berhiaskan lampu warna-warni.

"Alexa ... kamu kenapa?" tanya Gea saat sudah di dekat Alexa yang masih dibopong oleh Melvin sementara Joey sudah berjalan terlebih dahulu keluar mal.

"Kakinya sakit karena tidak sengaja aku injak," jawab Melvin. "Sekarang aku akan mengantarnya ke apartemen mu. Kamu tidak apa-apa kan jika pulang sendiri?"

"Eh ..." Gea berpikir sejenak, melirik Alexa yang tampak bad mood dan diam saja digendong oleh Melvin. "Tidak apa-apa. Kamu antar saja karena dia juga butuh waktu untuk istirahat."

"Baiklah kalau begitu, kami pulang duluan," pamit Melvin kemudian lanjut berjalan menuju keluar mal.

Saat tiba di depan mal, Melvin menurunkan Alexa sebentar dan meminjam ponselnya. Dia menghubungi nomor ponselnya sendiri, kemudian mengembalikannya pada Alexa.

"Mulai hari ini kita pacaran," ucap Melvin lanjut menggendong Alexa lagi tanpa aba-aba.

"Pacaran?" Alexa tercengang, menatap wajah tampan Melvin. Pria menggendongnya tanpa merasakan beban dan tatapannya kembali datar. 'Sebenarnya kenapa dia ingin aku jadi pacarnya? Apa dia tidak mampu mencari pacar secara sehat, bukan dengan cara dadakan seperti ini?' batinnya heran.