Chereads / Menjadi Istri Sang Bintang Film / Chapter 22 - Kenapa? Aku Tidak Boleh Pulang?

Chapter 22 - Kenapa? Aku Tidak Boleh Pulang?

Dengan pisau bedah Direktur Pei sendiri, operasi sudah berhasil setengahnya.

Guan Xiaodong menghela napas panjang.

"Hei, aku masih punya waktu satu tahun penuh sebelum magangku berakhir!"

Dengan kata lain, dalam kurun waktu setahun ini, Guan Xiaodong masih belum punya kesempatan untuk melakukan operasi. Tentu saja, jika direktur masih ada dokter lain yang bersedia mengambilnya, ia bisa menjadi asisten kedua dan ketiga.

Jiang Tingxu juga menghela napas panjang.

"Aku masih … belum sebulan."

Dalam sekejap, kebencian ini sudah cukup.

Guan Xiaodong meliriknya dengan tatapan marah, lalu berjalan pergi meninggalkannya.

Hhh ...

Di sisi lain.

Seorang aktor yang masih belum tahu bahwa dirinya menduduki posisi berita terhangat di dunia maya keluar dari vila Tan. Di belakangnya, beberapa pengawal tampak mengekor.

"Tuan Muda Mo, Anda hendak pulang ke mana?"

Anggur akan datang dan itu membuatnya sakit kepala.

Mo Boyuan menggosok alisnya dengan kasar dan menjawab, "Kita kembali saja ke Gunung Zichen."

Vila termahal yang tak ada duanya di Yuncheng ada di sebelah barat Gunung Zichen.

Orang yang tinggal di sana bukan hanya orang kaya, tapi juga orang terpandang dan terhormat.

Semua orang di luar sana tahu bahwa Tuan Muda Mo si raja film, sekaligus Putra Mahkota Mo, Mo Boyuan, tinggal di sana.

Namun, sayang sekali, meskipun semua orang mengetahui kenyataan ini, tapi tak ada seorang pun yang bisa menyelinap ke sana.

Sejauh ini, rekor Mo Boyuan belum terpecahkan!

Namun, banyak orang yang tidak tahu bahwa seluruh wilayah Gunung Zichen adalah milik keluarga Mo. Area vila itu juga dibangun oleh keluarga Mo.

Lidahnya mati rasa. Sepertinya ia benar-benar mabuk.

Setelah Mo Boyuan masuk ke dalam mobil, seorang pengawal dengan cepat menyerahkan sebuah iPad kepada seseorang yang duduk di belakang mobil.

"Tuan Muda Mo, Anda dan ratu film Lu baru saja masuk dalam berita terhangat."

Pria yang menggosok alisnya itu berhenti saat mendengarkan kata-kata pengawalnya.

"Aku dan siapa?" Tanyanya dingin.

Pengawal itu segera menjawab, "Si ratu film, Lu Yanlan, seorang aktris yang berkolaborasi dengan Tuan Muda di film sebelumnya."

"Hapus berita itu," katanya. Ia tidak perlu menanyakan secara spesifik mengenai berita itu.

"Baik!"

Orang luar tentu tidak mengenal tuan muda mereka. Namun, sebagai pengawal, mereka tahu persis karakter Mo Boyuan.

Tuan muda mereka sangat tidak suka jika ia terlibat dengan wanita-wanita itu. Namun, seringkali hal itu tak bisa dihindari. Ini memang risiko berada di lingkungan selebriti. Bahkan Putra Mahkota Mo saja tidak akan berhasil!

Tak lama kemudian, sebuah mobil Rolls-Royce berhenti di sebuah gerbang di bagian yang lebih dalam dari Gunung Zichen.

Pintu yang secara otomatis dipindai dengan induksi inframerah terbuka dan mobil Rolls-Royce itu melaju masuk ke dalam vila.

Saat ini, pria yang duduk di kursi belakang itu membuka matanya.

"Besok pagi kau tak perlu datang menjemputku." Ia memberikan perintah.

"Baik, Tuan Muda Mo."

Mobil berhenti dan pria itu turun.

Pengurus rumah keluarga Mo mendengar suara yang akrab di telinganya itu dan segera menyambutnya.

"Tuan Muda."

Tatapan pria itu terhenti.

"Siapa yang datang?" Tanyanya.

Uhuk.

Pengurus rumah itu terbatuk.

"Tuan Muda Kecil datang dua jam yang lalu. Tuan Besar yang mengirim orang mengantarnya kemari."

Meski pria itu mengerutkan kening, tapi ia tidak berkata apa-apa lagi.

Semua orang datang ke tempat ini, apakah mereka akan keluar?

Di lobi vila, begitu Mo Boyuan masuk, ia mendengar suara bos di dalam film kartun dan raungan yang bersemangat dari karakter-karakter film kartun itu.

"Ayo, Kakarot! Kau adalah orang nomor satu di dunia!"

Wajah yang acuh tak acuh sepanjang tahun itu berubah menjadi dingin dalam sekejap.

Si kecil tidak memperhatikan gerakan atau aktivitas di belakangnya. Matanya tetap tertuju ke arah televisi dengan bersemangat.

Tiba-tiba ....

"Mo Zhining, apa yang kau lakukan?"

Saat mendengar suara itu, si kecil yang duduk di atas sofa berguling ketakutan. Beruntung, lantai ruangan itu ditutup oleh selimut tebal, sehingga ia tidak sakit saat terjatuh.

Anak itu bangkit dari atas tanah. "Ayah, Ayah sudah pulang?" Kepanikan dan keterkejutan terpancar dari wajahnya.

"Kenapa? Aku tidak boleh pulang?"