"Zhi Zhi, mobil di rumah masih mogok. Bisakah kamu naik taksi untuk pulang hari ini?"
Ketika menerima telepon dari sopir pribadinya, Jiang Lingzhi sedang berjalan keluar dari gerbang SMA Nanyang sambil membawa tas sekolah di punggungnya.
Sekarang sudah sore hari menjelang malam. Awan di sebagian langit mulai berwarna kuning-kuning keemasan, memancarkan cahaya jingga.
Jiang Lingzhi mengenakan seragam sekolah pada umumnya, dengan kemeja putih lengan pendek, rok lipit biru, stoking putih, dan sepasang sepatu pantofel berbahan kulit.
Rambut hitam panjangnya diikat bergaya ekor kuda. Dia memiliki sepasang mata bulat, dengan ujung mata yang sedikit naik. Penampilan tampak seperti siswa cerdas pada umumnya, yang selalu menarik perhatian setiap orang yang melihatnya.
Jiang Lingzhi memiliki paras yang cantik alami dan murni dari lahir. Beberapa helai rambut yang keluar dari kuncirannya bergoyang lembut mengikuti hembusan angin sepoi-sepoi. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri dengan santai, sambil memperhatikan kedua sisi jalan seperti biasanya. "Tidak apa apa, Paman Chen. Aku akan pulang sendiri ke rumah."
Setelah Jiang Lingzhi menutup telepon, Wen Yujing, teman sekelasnya yang sedang berjalan bersamanya keluar dari gerbang sekolah, mulai menyahut, "Ling Ling, apa sopir pribadimu tidak bisa menjemputmu hari ini?"
Jiang Lingzhi mengangguk mengiyakan. Dia sama sekali tidak mempermasalahkan sopir pribadinya yang tidak dapat menjemputnya kali ini. Dia menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas. "Mobilku sedang mogok di jalan."
SMP 1 Nanyang adalah sekolah tingkat menengah yang paling terkenal di Nancheng.
Kedisiplinan di sekolah ini sangat ketat, dan jumlah pendaftar di setiap tahunnya sangat tinggi.
Selain itu, di sinilah tempat banyak anak orang kaya berkumpul.
Bahkan, saat jam pulang sekolah seperti sekarang ini, ada antrian panjang di gerbang sekolah. Semuanya adalah jejeran berbagai jenis mobil mewah.
Wen Yujing, salah satu dari sedikit teman Jiang Lingzhi, menunjuk ke seberang jalan dan menawarkan diri dengan antusias. "Mobil pribadiku ada di sana. Apa kamu mau sekalian aku antar pulang?"
Jiang Lingzhi adalah tipikal anak yang tidak mau merepotkan orang lain. Dia melambaikan tangan untuk menolak niat baik Wen Yujing. "Tidak perlu, aku mau naik bus saja. Sampai jumpa besok."
Dia menunjukkan senyuman lembut nan manis pada Wen Yujing, lalu berbalik dan berjalan menuju ke halte bus.
Sekarang ini adalah jam-jam sibuk, di mana lalu lintas sedang padat-padatnya. Banyak siswa yang juga pulang sekolah dan sedang menunggu bus di sini.
Ini adalah pertama kalinya Jiang Lingzhi naik bus. Biasanya dia pergi dan pulang sekolah dengan diantar jemput oleh sopir pribadinya.
Dia sangat jarang mandiri seperti ini, jadi sekarang dia merasa cukup antusias karena mencoba hal baru.
Namun, suasana hati yang baik ini hanya bertahan selama lebih dari sepuluh menit.
Ketika bus nomor 411 perlahan berhenti di depan halte, kondisi di dalam bus itu masih sangat ramai dan begitu sesak.
Jiang Lingzhi menatap kerumunan di depannya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghadapi pengalaman pertama yang mengerikan ini. Dia naik bus sambil membawa tas sekolah berukuran kecil di punggungnya.
Ada banyak orang di dalam bus. Pengemudi berteriak mengatur para penumpang, "Mundur, mundur, semuanya mundurlah. Isi bagian belakang juga. Jangan hanya berkerumun di depan saja."
Di atas kotak pembayaran, terdapat tulisan yang menunjukkan nominal ongkos naik bus ini, yaitu sebesar dua yuan.
Jiang Lingzhi mengeluarkan dua koin dari tas sekolahnya dan memasukkannya ke dalam kotak koin tersebut. Ada terlalu banyak orang di sini. Dia melepaskan tas sekolah dari punggungnya dan membawanya dengan tangan. Kemudian dia berjalan ke tengah dengan susah payah karena beberapa kali terjepit banyak orang.
Sekarang adalah musim panas. Tentu saja suhu udaranya panas.
Meski AC di dalam bus sudah dinyalakan, namun bau keringat para penumpang tetap saja tercium.
Jiang Lingzhi berpegangan pada pegangan bus yang berbentuk cincin di atas kepalanya dengan agak jijik. Dia merasa sesak napas. Secara keseluruhan, ini sungguh berbeda dengan yang dia bayangkan dulu.
Dia menghela napas berat. Jiang Lingzhi tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya. Dia benar-benar tidak sadar kalau dirinya telah menarik perhatian banyak orang di dalam bus.
Ada suara seseorang yang berbicara di dekatnya. Suara itu terdengar sangat dekat dengannya, rasanya seperti tepat di belakangnya, disertai dengan suara siulan singkat.
Kemudian terdengar suara tawa beberapa orang.
Tapi suasana di dalam bus terlalu berisik. Jiang Lingzhi tidak dapat mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
Ponselnya tiba-tiba berdering.
Ketika Jiang Lingzhi hendak mengeluarkan ponselnya untuk menjawab telepon itu, dia baru menyadari kalau ponselnya dia taruh di dalam tas.
Kebetulan saat itu bus sudah sampai di halte, dan pak sopir menginjak rem untuk menghentikan laju bus.
Jiang Lingzhi baru saja menurunkan tangannya dari pegangan berbentuk cincin di atas kepalanya dan tidak berpegangan pada apapun lagi. Tubuhnya reflek maju ke depan dan kemudian membuatnya tanpa sengaja tersandung kursi hingga terjatuh ke pelukan pria di belakangnya. "Akh …"
Suasana sekitarnya begitu panas dan tidak mengenakkan.
Udara di dalam bus seakan berhenti bergerak untuk sementara waktu. Suara siulan barusan kembali terdengar.
Diikuti dengan suara tawa dan godaan. "Apa aku bilang?"
"Sungguh pas sekali."
"Bagaimana menurutmu, Kak Nan?"
---
Dari 15 Februari 2020, koin yang sudah digunakan untuk membeli buku yang tidak terpilih akan dikembalikan dalam waktu 30 hari. Perlu diperhatikan Fast Pass yang sudah digunakan tidak bisa dikembalikan.
Buku-buku yang terpilih untuk dilanjutkan akan memiliki tanda khusus di pojok sampul dalam 30 Hari untuk menunjukkan kelanjutannya.
Terimakasih atas pengertian Anda.