Mo Yangyang benar-benar terpana. Otaknya langsung kosong dan tidak tahu cara untuk bereaksi atas ucapannya itu.
Samar-samar ia mendengar tawa seseorang dengan suara rendah di telinga. Suara rendah itu terdengar manis, seperti bisa bergema di hatinya.
"Masih sangat bodoh. Jadi sebenarnya bagaimana caramu bisa bertahan selama lima tahun ini?"
Tanpa berpikir, Mo Yangyang tanpa sadar menjawab, "Anakku saja yang memang pintar!"
"Ya, bisa dibilang dia memang berguna."
Mo Yangyang berpikir, anaknya sangat berguna dengan baik!
Tiba-tiba, bibirnya tampak melunak. Ia seperti disambar petir dan tanpa sadar membuatnya hampir hancur.
Ketika Mo Yangyang sadar dari lamunan, Xie Xize sudah lama menghilang.
Angin dingin bertiup, Mo Yangyang pun menggigil. Ia jadi teringat dengan rubah yang berlari di tengah malam pada sebuah cerita karya Liao Zhai.
Xie Xize pasti, pasti...
Mo Yangyang menggetarkan betisnya dan perlahan naik ke atas.