"Hei, anak gak tahu diuntung! Sini kamu!" ketus Arif dengan wajah yang sudah merah padam.
Dika baru saja pulang ke rumah dan langsung disuguhi oleh pemandangan yang tak sedap. Di sana sudah berdiri sang Ayah dengan berkacak pinggang.
"Kenapa sih, Yah?" tanya Dika.
"Ngapain kamu datang ke tempat itu, hah?!"
"Aku nyari Ayah dan mau ajak pulang. Apa aku salah?"
"Apa gak bisa lihat orang tua lagi senang, ya? Aku di sana merasa nyaman dan bisa hibur diri sendiri. Gak kayak di rumah!" sungut Arif sangat kesal.
"Tapi, kasihan Ibu di rumah nyari Ayah terus."
"Aku gak peduli sama sekali dengan Ibu kamu yang penyakitan itu! Yang penting aku bisa hibur diri aku sendiri."
"Berhenti, Yah, bilang Ibu seperti itu. Ibu sangat baik sama Ayah. Kenapa sih, Ayah gak tahu diri sama sekali?"
Bugh!
Bogem mentah mendarat mulus di pipi Dika. Ia tak menyangka akan mendapat tamparan keras dari ayahnya sendiri. Pria itu menatap Arif dengan melotot.
"Ayah sadar gak sih sama yang udah Ayah lakukan?"