Sesuai dugaan, keheningan tercipta diantara Tristan dan Gia. Keduanya tak saling bicara, malah Tristan sibuk berbicara dengan beberapa orang melalui telepon. Baru saja setengah jam pria itu meninggalkan Laboratorium Forensik dengan izin, Andreas sudah menghubunginya meminta konsultasi. Mau tidak mau Gia diabaikan sejenak karena itu dirasanya lebih penting.
"Yaudah Dre, Saya gak lama kok."
Panggilan berakhir, Tristan memasukkan ponselnya kembali ke saku. Di depannya Gia sudah menatapnya agak tajam sembari terus memakan cake. "Kita kok jadi gini sih Mbak?"
"Hahh gini gimana?" Gia menghela nafasnya berat, memberikan sepotong kue dari piringnya untuk Tristan, "Kamu yang galak, Mbak jadi takut."
Tristan terkekeh geli, "Galak? Aku ngapain Kamu emangnya? Adanya Kamu yang overthinking duluan kali tuh."
"Ya kan Aku tau sifat Kamu."
"Gimana sifatku?"
"Gitu lah."