Dengan wajah berseri-seri, Jevan menaruh dua cangkir Thai tea hangat di atas nakas kamarnya. Sepertinya akhir pekan kali ini sangat berbeda untuk Jevan. Apa lagi kalau bukan karena kehadiran Isyana di apartemennya sejak kemarin?
Rasanya masih seperti mimpi, meski Jevan tak menanyakan lebih lanjut keseriusan ucapan gadis itu saat mabuk. Yang Jevan pahami hanyalah Isyana bersungguh-sungguh karena Ia tampaknya sangat betah berada di kamarnya, bahkan setelah diminta pulang berkali-kali. Belum lagi tadi pagi ketika mereka mendadak pergi ke rumah Tristan, dimana Isyana sama sekali tak melepaskan tangannya.
Ya, sesederhana itu dasar kesimpulan Jevan bahwa Isyana bersungguh-sungguh atas perkataannya. Dirinya juga yakin, bukankah ucapan orang yang setengah sadar itu selalu benar?
"Olahraga Syan, gak capek apa depan laptop terus? Weekend nih weekend." Jevan berlagak membereskan tempat tidur meski aslinya tidak pernah.