Rehuel dan Arin melangkah cepat masuk ke Markas Kepolisian memenuhi panggilan Tristan pagi menjelang siang, sekitar jam sepuluh. Identifikasi jejak pelaku di ruangan berlapis-lapis itu telah selesai dilakukan. Tim forensik dikerahkan lebih banyak, kecepatan kerja lebih intensif, laju investigasi diakselerasi sekian kali lipat. Emosi Tristan sebagai Ketua Tim Penyidik sekaligus 'potensial korban' turut andil dalam terciptanya tensi genting penyidikan. Amarah detektif itu seolah dirasakan oleh seluruh anggota tim.
Ya, dalam arti lain, tidak hanya Tristan yang dipenuhi amarah. Melainkan semua orang yang sejak lama bekerja keras mengusut kasus sulit nan misterius itu.
"Kapten Isyana? Dimana Kapten Tristan?" tanya Rehuel begitu berpapasan dengan Isyana di depan lift menuju lantai tiga ruangan Tristan.
