Chereads / "When You Love Someone" / Chapter 75 - Pine Tree (3)

Chapter 75 - Pine Tree (3)

***

Setelah berjalan-jalan cukup lama disebuah mall dan membeli ponsel baru untuk Ibunya, mereka memutuskan untuk berhenti disebuah restoran makanan khas Solo. Melihat Ibunya yang makan dengan lahap membuat Arin ikut senang. Ini pertama kalinya yang mengajak Ibu-nya makan diluar seperti ini.

Karena keduanya sama-sama sibuk jadi tidak pernah sempat untuk menghambiskan waktu berdua seperti ini.

" Ririn kapan pulangnya ?" tanya Arin.

" Besok dia pulang, katanya temannya itu punya fila didiajak kesana " ucap Ibu.

" Bu ..".

" emm ".

" Ibu kapan balik ke rumah ?" tanya Arin membuat Ibunya langsung berhenti dan meletakkan sendok makannya.

" mungkin setelah bibi balik keindonesia, sekitar bulan depan .. Ibu juga udah mulai mencari pekerjaan disini, Ririn juga udah dapet kerjaan didaerah bekasi, jadi mungkin dibakal ngekos disana" ucapnya.

Arin terdiam karena merasa bersalah, karena sebenarnya ia ingin mengatakan akan keluar dari tempat kerjanya untuk beristirahat beberapa bulan sambil bekerja paruh waktu. Tapi mendengar adik dan Ibunya akan kembali mencari pekerjaan membuat Arin tidak tega karena bersikap egois.

" Arin ...!" sautnya yang sentak membangunkan lamunan Arin.

" eung ?".

" kalau kamu mau istirahat dan melakukan apa yang kamu sukai, lakukanlah jangan pikirkan yang lain .." ucap Ibu yang sentak membuat Arin terkejut tanpa kata dengan mata yang mulai berkaca-kaca seakan Ibu mengetahui apa yang sangat ingin ia katakan.

" maafkan Ibu karena tidak memperhatikanmu .. Ibu tidak pernah menyadari betapa sulitnya kamu, Ibu hanya sibuk dengan agar kita bisa tetap hidup, tapi Ibu malah membuatmu merasa terbebani maafin ibu .. Ibu selalu percaya bahwa kamu anak yang kuat tapi Ibu salah .. maafin ibu " ucapnya dengan suara yang sedikit bergemetar dengan mata yang sedikit berkaca-kaca, tapi ia langsung mengalihkan kesedihnya dengan melanjutkan makannya.

Sedangkan Arin hanya terdiam meneteskan air matanya memadang Ibunya. Perasaan yang selama ini yang membuat dada sesak dengan perlahan menghilang seyara air mata yang ia teteskan. Ini bukan air mata karena merasa bersalah tapi karena bahagia. Kesalahpaham yang membuat hubungan yang renggang kini kembali seperti semula.

Kini aku merasa dari satu hal yang membuatnya tersadar akan hal yang selama ini karena ketidakingintahuanku yang membuat kesalahpaham ini terjadi. Terkadang kita harus jujur pada diri sendiri barulah kita bisa jujur kepada orang lain termasuk dengan keluarga.

Aku selalu memandang Ibu dengan sebelah mata dimana aku selalu berfikir dan merasa Ibu hanya ingin aku membantunya mencari uang, kamu harus mandiri, kamu harus menjadi tulang punggung keluarga. Tapi aku melupakan satu yang seharunya tidak boleh aku lupakan, dimana saat aku tidak bisa apapun Ibu bekerja keras seorang diri hanya untuk aku bisa hidup dengan nyaman tanpa melihat seberapa terluka dirinya.

Amarah yang selalu terpendam hanya tinggal menunggu seperti bom waktu yang sewaktu-waktu akan meledak dan pada akhirnya amarah itu bukan hanya melukai orang-orang disekitarmu tapi pada dirimu sendiri. Walau terkadang keluarga yang membuat kita terluka tapi pada akhirnya keluarga tempat kita kembali. Keluargalah tempat satu-satu yang menerima semua luka dan kesalahan kita.

Keesokkan harinya, Arit terlihat sibuk merapihkan baju Ibu yang akan kembali ke Bandung untuk menyelesaikan beberapa urusan sebelum kembali rumah lamanya. Arin membukakan pintu sambil membawa tas yang bersisi baju milik Ibunya.

" sini biar Ibu aja yang bawa" ucapnya sambil mencoba tasnya dari tangan Arin yang langsung menolaknya.

" nggak apa-apa..".

Saat Arin sudah kembali menutup pintu tiba-tiba dari depan, Brian pun juga terlihat baru saja keluar dari dalam rumahnya yang sentak membuat mereka terdiam beberapa detik. Arin terlihat canggung saat Brian melihat kearahnya yang perlahan menghampiri Ibunya.

" ohh .. Brian".

" Ibu udah mau pergi ?" tanya Brian.

" iya, ini mau berangkat ke stasiun " ucapnya.

"kalau gitu, biar saya antarakan sampai stasiun .."

" NGGAK !" " Boleh".

Dengan bersamaan Arin dan Ibunya berucap dengan ucapan yang berbeda membuat Brian binggung. Arin dan Ibunya hanya saling menatap binggung satu sama lain, Arin memberikan tanda pada Ibu agar tidak usah meminta tumpangan pada Brian yang akan membuat merasa canggung dan bersalah, tapi sepertinya Ibu tidak mengerti code apa yang diberikan Arin.

" boleh kok, Ibu akan sanagt berterima kasih sekali .." ucap Ibu.

" ahh .. nggak usah nggak usah, bukannya lu sibuk, udah sana pergi aja, makasih atas tawarannya .." ucap Arin yanga tidak berani menatap mata Brian.

" nggak kok, gua nggak sibuk kok !" tolok Brian yang sentak membuat Arin terdiam binggung melihat Brian yang mengabaikan dirinya dan langsung memberikan tangannya pada Ibu.

" ayo Bu !" ajak Brian.

" waoh .. ibu dengan sennag hati, ayo .." ajak Ibu sambil menggandeng lengan Brian yang tersenyum meledek kearah Arin yang tidak bisa berkata-kata dnegan sikap Ibunya.

Dengan pasrah Akhirnya Arin pun ikut bersama dengan Ibunya yang menaiki mobil Brian. Arin duduk dibelakang sendirian, sedangkan Ibunya duduk didepan terlihat akrab sekali mengobrol dengan Brian.

" sejak kapan mereka akrab ?" gerutu Arin dengan tatapan sinis.

" Waohh .. nggak disangka sekarang kamu seorang arsitektur yaa" ucap Ibu yang tidak berhenti memuji Brian yang seperti wajahnya memanas dan memerah karena merasa malu.

" sebenernya saya awalnya nggak tau mau jadi apa ? tapi kalo dipikir-pikir menggambar gedung nggak membosankan juga" ungkap Brian.

" nggak kok, kamu udah melakukan yang terbaik, pasti Ibu mu akan bangga melihatmu .." ucap Ibu yang sentak membuat wajah Brian sedikit termenung saat mendnegar kata 'Ibu'. Bahkan Arin langsung menengok kearah Brian.

" aku harap begitu .." ucap Brian sambil tersenyum.

" nggak usah khawatir, jika kamu perlu teman curhat kamu bisa datang pada Ibu, nanti Ibu bakal bikinin kamu makanan yang enak " ucapnya yang sentak membuat Brian merasa tersentuh mendengarnya.

Untuk pertama kalinya ada seseorang yang mengatakan hal itu padanya setelah Ibunya meninggal dunia.

" Ibu nggak tahu apa seperti apa hubungan kalian .. walau kalian canggung tapi Ibu harap kalian bisa cepat berbaikkan yahh .." ucap Ibu yang sentak kembali membuat Arin dan Brian saling memadang satu sama lain.

Arin dan Brian tampak hanya terdiam dengan suasana canggung didalam mobil setelah mengatarkan Ibu hingga masuk kedalam bus.

" Ibu nggak tahu apa seperti apa hubungan kalian .. walau kalian canggung tapi Ibu harap kalian bisa cepat berbaikkan yahh ..".

Perkataan itu terus teringat ditelinga Arin seakan terputar otomatis diotaknya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dengan ucapan itu. Hanya saja begitu berat melakukan hal itu, berbaikan dengan Brian. Bahkan dirinya dan Brian tidak bertengkar sama sekali. Ketidakjelasaan ini membuat perasaan seakan menggantung.

" nggak usah khawatir, jika kamu perlu teman curhat kamu bisa datang pada Ibu, nanti Ibu bakal bikinin kamu makanan yang enak "

" Ibu enggak tahu apa seperti apa hubungan kalian .. walau kalian canggung tapi Ibu harap kalian bisa cepat berbaikkan yahh ..".

Kedua kelimat yang begitu melekat dipikiran dan hatinya membuat Brian merasa senang sekaligus bersalah akan Arin tapi dirinya tidak tahu apa yang harus ia lakukan untuk mengapai hati Arin yang sudah menjadi dingin.

***