***
April 2010 ~
Dijam kosong, Arin terlihat berada diperputakaan sekolahnya sendirian mencari buku kumpulan puisi karena ia belum mengerjakan tugas yang harus dikumpulkan hari ini dari guru stastra. Sebenarnya ia bisa saja mencarinya di internet tapi entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencarinya dibuku hanya untuk referensi saja. Matanya yang terus melihat kesana kemari mencari judul yang sudah ia cari sebelumnya berhadap buku itu ada disini.
" ahh .. ketemu .." ucap Arin sambil mengambil buku itu dari rak yang cukup tinggi dari tinggi badannya, tapi ia berusaha untuk mengambilnya dengan menjinjintkan kakinya hingga akhirnya dengan sepuh tenaga Arin mendapatkannya.
Beberapa buku sudah ia dapatkan, Arin pun berjalan menuju bangku kosong. Didekat sebuah jendela, dimana meja tersebut terlihat seseorang yang sedang tertidur dengan kedua tangan yang dilipat diatas meja. Arin merasa binggung dan ragu untuk duduk disana, tapi sudah tidak ada banggku yang kosong. Dengan perlahan agar tidak menganggu orang yang sedang tidur itu.
Arin mulai menyalin beberapa pusisi yang ia rasa cukup mengispirasinya untuk membuat satu puisi. Dengan focus dan hening. Tiba-tiba.
" lagi ngapain ..?".
Arin pun terkejut mendengar suara yang ia kenal itu, perlahan Arin mendenggakkan kepalanya dan melihat seseorang yang tepat dihadapannya.
" Eung ? Kok bisa ada disini ?" tanya Arin yang binggung dengan keberadaan Brian yang ternyata orang yang tadi tertidur.
" Gue duluan yang nanya kenapa malah nanya balik ...?" ucap sinis Brian kemudian ia melihat buku-buku yang ada didepannya.
" buku puisi ..?".
Setak Arin langsung menyembunyikan tulisan tangannya karena tak ingin Brian melihat puisinya.
" ini tugas ..".
" Ahh .. tugas itu .. huff .. 5 menit juga gue bisa nyelesain .. udah cepetan dikerjain .." ucap Brian sambil meletakkan wajahnya pada salah satu tanganya yang tergak lurus diatas meja.
Kemudian Arin melanjutkan tugasnya dan mengabaikan keberadaan Brian yang membuatnya merasa tidak nyaman. Tapi entah mengapa Ia merasa bahwa Brian sepertinya sedang memandanginya, tapi sekali lagi Arin mencoba agar tidak terusik oleh tingkah aneh Brian.
" lagi ngapain ?"
Tiba-tiba seseorang muncul dari hadapan Arin yang sentak terkejut, saat melihat Fathan yang sudah duduk disamping Brian yang juga tersentak menengok kearah Fathan.
" Ohh ? ohh ini lagi ngerjain tugas sastra " jawab Arin.
" aku carin kemana-mana ternyata ada disini .." ucap Fathan membuat Arin binggung bagaimana ia merespon ucapan Fathan.
Karena kesal dengan kehadiaran Fathan, Brian pun menghadapkan tubuhnya kearah Fathan dengan wajah yang sedang menantang. " lu suka Arin ?" tanya Brian dengan tiba-tiba membuat Fathan terdiam beberapa saat.
Sama terkejut dengan Fathan, saat mendengar ucapan Brian yang bisa saja terdengar oleh orang sekitar dan bisa membuat sebuah kesalahpahaman. Arin mencoba melihat kesekitar karena panik, tapi untungnya sepertinya tidak ada yang mendengarkan ucapan Brian.
Arin melihat ekpresi wajah Fathan yang termengun. Arin tidak bisa membaca apa yang sedang dipikirkan Fathan saat ini. Tiba-tiba sorot mata Fathan melihat kearahnya dengan tatapan yang penuh dengan keyakinan.
" Iya, gue suka Arin" jawab Fathan yang kemudian menatap kearah Brian yang terlihat terkejut dan menatapannya dengan tatapan tajam.
Aura mencekam mulai memenuhi sekitar mereka. Bahkan Arin merasakan udara dingin diantara Brian dan Fathan. Mereka terlihat seperti seekor harimau dan singa yang sedang merebutkan makanan. Berada ditengah-tengan suasana ini membuat Arin binggung dan juga terkejut dengan apa yang ia dengar dari mulut Fathan.
" TENG TENG TENG ... TENG TENG TENG .."
Bel pelajaran pun berbunyi.
" ayo kita masuk kelas !" ajak Fathan yang langsung merubah ekspresi tersenyum canggung pada Arin yang masih terkejut.
" eung .." jawab Arin tanpa pikir panjang mengikuti Fathan dari belakang meninggalkan Brian yang masih terdiam ditempatnya.
Selama jam pelajaran, Arin masih memikirkan percakapan Brian dan Fathan yang masih membuatnya tidak percaya. Binggung, cemas, bersalah, bercampur dalah pikiran hingga membuat hatinya tidak terarah. Dadanya yang terasa seperti ada yang mengaruknya. Entah itu terasa geli atau penih, dirinya tidak bisa menebaknya. Hanya bisa menghela nafas berharap rasa tidak nyaman ini bisa cepat hilang.
Selesai jam pelajarana Arin langsung bersandar pada tangannya yang ia letakkan diatas meja dengan lemasnya. Dengan pikiran yang penuh, menghela nafas pun tidak membuat hatinya masih belum merasa tenang.
" Lu kenapa sih ? dari tadi resah banget ? kenapa ? ayo cepet bilang !! bikin orang ikut resah, ayo cepat kasih ..!" kesal Mina yang tak bisa menahan rasa penasaran. Ia sudah memperhatikan tingkah aneh Arin sejak pelajaran dimulai, hanya menghela nafas seperti orang yang kehilangan arah.
" nggak apa-apa kok .." ucap Arin dengan suara murung dan lemas, tapi itu membuat semakin merasa kesal melihat Arin yang terus murung tanpa alasan.
" kenapa ?? ada apa ? kalau lu gak bilang gimana gua bisa bantu ?" kesal Mina sambil menggoyang-goyangkan tubuh Arin yang tidak berdaya.
" Mina !! Arin ..!! nggak ganti baju ?" tanya salah Anisa yang baru saja datang dengan berpakaian olehraga sambil berjalan kebangkunya meletakan baju seregamnya, bahkan beberapa siswi lain juga berdatangan, kerena memang pelajaran selanjutnya ada pelajaran olahraga.
" kalian belum ganti baju juga ?? cepetan ...!!" ucap Yena yang juga baru saja sampai mejanya bersama dengan Elvina.
" iya iya .. ini juga mau ganti baju .." ucap Mina sambil mengambil baju olahraga nya dan juga milik Arin. Kemudian ia langsung menarik tangan Arin yang masih enggan untuk beranjak, dengan sekuat tenaga Mina terus menarik Arin dengan paksa dan pergi meninggalkan kelas.
" mereka kenapa ..?" tanya Yena sambil menengok kearah Elvina yang sama-sama menunjukkan wajah binggung melihat kelakukan aneh kedua temannya.
***