Setelah selesai pulang kuliah, Michella menyempatkan diri untuk mampir ke cafe langganan nya. Seperti biasa Michella memesan secangkir kopi dan juga 2 buah sandwich. Tak lama kemudian pesanan Michella datang, Michella langsung menyeruput kopinya secara perlahan.
Setelah itu Michella langsung menyantap sandwich pesanannya, untung saja hari ini ia sedang off bekerja. Jadi ia bisa menikmati harinya dengan santai. Ketika akan mengigit sandwich nya untuk kedua kalinya, Michella tersentak kaget karena tiba-tiba saja seseorang duduk di hadapannya.
Orang itu adalah Ben Stone, CEO yang tempo lalu ia temui di kantornya. Michella terpaku dan sampai tidak jadi mengigit sandwich nya, Michella tampak bingung kenapa Ben bisa tau di mana ia berada.
"Ben! Ah, Tuan Ben. Kenapa kau bisa ada di sini?" tanya Michella bingung.
"It's okey, panggil Ben saja. Lagi pula kita kan lagi di cafe bukan di kantor" ujar Ben antusias.
Michella mengerutkan keningnya. "Apa kau datang untuk menangkap ku karena wawancara itu?"
Ben tersenyum kecil sambil memiringkan bibirnya. "Apa kau merasa begitu? Bagus lah kalau kau merasa begitu"
Michella terbelalak, ia langsung meletakkan sandwich nya di piring. Setelah itu Michella memundurkan kursinya secara perlahan, ketika Ben tengah lengah. Michella langsung beranjak dari duduknya dan kabur dari dalam cafe tersebut.
Ben sedikit tersentak ketika mendapati Michella kabur dari hadapannya. Michella terus berlari, sementara Ben terus mengejarnya. Sampai pada akhirnya Ben berhasil mendapatkan Michella, Michella terus memberontak namun cengkraman tangan Ben begitu kuat.
"Tuan! Lepaskan aku, apa yang ingin anda lakukan?" teriak Ben.
Ben langsung menarik Michella ke sebuah lorong. "Michella, tenang lah. Kalau kamu bereaksi seperti ini malah bikin orang-orang berpikir kalau kamu ini orang yang kurang waras" tegas Ben.
Michella langsung terdiam ketika mendengar ucapan Ben. "Lalu apa mau mu, Tuan? Aku benar-benar takut. Soal wawancara itu bukan aku yang membuatnya, aku mohon jangan sakiti aku, Tuan"
"Aku tidak ada niatan sedikitpun untuk menyakiti kamu, Michella. Aku hanya ingin dekat dan lebih mengenal kamu"
Michella mengerutkan keningnya. "Untuk apa? Aku tidak ada urusan dengan anda Tuan Ben" sergah Michella dan berusaha melepaskan genggaman Ben.
Ben langsung melepaskan tangan Michella, sementara Michella mendengus pelan dan langsung pergi dari hadapan Ben. Sementara Ben hanya terdiam melihat Michella yang berlalu dari hadapannya.
Ben menghela nafas, ia tidak menyangka jika Michella adalah orang yang tidak bisa sembarangan di dekati. Maka dari itu Ben berusaha lagi mencari cara agar Michella mau mendengarkan perkataannya.
"Astaga, keras kepala sekali anak itu" gumam Ben lirih.
Tak lama kemudian supir pribadinya datang, Ben langsung masuk ke dalam mobil dan bergegas pergi dari tempat tersebut.
Sementara itu di lain tempat, Laura yang berhasil melarikan diri langsung berhenti sejenak di samping toko bunga. Ia langsung menghela nafas panjang, namun ia lupa jika ia sebenarnya alergi bunga.
Tak lama kemudian ia langsung bersin-bersin tidak henti, dan ia menyadari jika ia sedang berada di toko bunga. Michella langsung bergegas menjauh dari toko tersebut dan bergegas kembali ke apartemennya.
Sesampainya di rumah, Michella langsung masuk ke dalam apartemennya. Namun ia tetap berhati-hati melihat situasi apakah ada yang mengikutinya atau tidak.
Setelah itu barulah ia masuk dan mengunci pintunya, Michella benar-benar shock dengan kejadian tadi. Karena ia benar-benar tidak habis pikir jika Ben akan mengikutinya seperti ini.
Keesokan harinya, Michella bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Hari ini ia tidak ada jadwal kuliah pagi, sehingga ia harus pergi ke kantor di pagi hari. Michella berpamitan pada Kate yang masih memeluk guling, hari ini Kate libur kuliah dan juga cuti kerja. Maka dari itu Kate masih bersantai dan tidak mau beranjak dari tempat tidurnya.
"Kate, aku pergi dulu ya" ujar Michella antusias.
"Kau hati-hati ya Mic, kalau Tuan Ben mencari mu lagi kau tidak perlu takut. Sepertinya ia menyukaimu"
Michella mengerutkan keningnya. "Omong kosong Kate" gerutu Michella yang langsung menutup pintu kamar Kate.
Michella segera bergegas berangkat menuju kantornya, sesampainya di kantor Michella tersentak kaget ketika melihat sebuah lunch box berada di atas mejanya.
Michella langsung duduk dan melihat isi kotak tersebut, ternyata lunch box tersebut berisi makanan kesukaannya. Nasi, ayam goreng mentega, egg roll, salad sayur, saus sambal dan juga mayonaise untuk teman makan egg roll.
Michella tersenyum manis, ia pikir makanan ini berasal dari kantor tempatnya bekerja. Namun ketika Michella membaca isi surat tersebut, ia tidak menyangka jika makanan ini di kirim oleh Ben.
"Semoga kau menyukainya Michella, makan siang mu harus bervariasi dan sehat. Makan siang dengan sepotong sandwich dan juga secangkir kopi itu tidak baik untuk kesehatanmu"
Michella mengerutkan keningnya, ia merasa penasaran siapa yang mengirimkan makan siang untuknya. Michella langsung bertanya pada temannya, namun temannya tidak mengetahuinya. Karena yang mengantar makanan tersebut adalah seorang kurir, ketika di tanya siapa pengirimnya sang kurir tidak mau memberitahu.
Michella hanya menghela nafas, ia tampak bingung. Namun ia sangat berterimakasih pada orang tersebut, karena sudah sangat baik hati mau memberikan makan siang untuknya.
"Siapapun kamu yang memberi makan siang ini, aku yakin kamu pasti orang yang baik. Aku sangat berterimakasih karena kamu sudah memberikan ini" gumam Michella antusias.
Michella langsung menyalakan komputernya dan memasukkan lunch box tersebut ke dalam laci mejanya. Ia begitu bersemangat untuk bekerja, karena sebentar lagi adalah ulang tahun Ibunya. Michella sudah menabung untuk membelikan hadiah dan mengajak keluarganya makan malam di restoran mewah.
Sementara itu di lain tempat, Ben baru saja menyelesaikan berkas laporan yang akan ia berikan pada staff keuangan. Tak lama kemudian pintu ruangannya terdengar di ketuk, Ben langsung meminta orang tersebut untuk masuk.
Di lihatnya Leon yang datang, Ben tersenyum antusias karena ia tau jika Leon pasti membawa kabar baik untuknya. Ben langsung memerintahkan Leon untuk duduk, Leon segera mengeluarkan kamera nya dari dalam tas. Dan memperlihatkan hasil jepretan foto yang telah ia ambil.
"Tuan, ini hasil foto yang anda mau." ujar Leon antusias sambil memberikan kameranya pada Ben.
Ben segera meraih kamera tersebut dan melihat satu persatu foto hasil jepretan Leon. Ben tersenyum melihat Michella yang begitu senang mendapatkan hadiah makan siang darinya.
"Bagus, Leon! Hasil jepretan kamera mu memang benar-benar bagus, aku sangat menyukainya" seru Ben antusias.
"Terima kasih Tuan! Syukurlah jika anda puas dengan hasil foto saya. Tadi perempuan itu sempat bingung dan bertanya pada temannya, tentang siapa yang memberikan lunch box tersebut. Namun sayangnya ia tidak mendapatkan jawaban dari temannya, kelihatannya ia wanita yang baik ya Tuan." sahut Leon.
Ben tersenyum. "Michella memang terlihat lugu, aku baru kali ini melihat wanita selugu Michella." ujar Ben.
Ben tersenyum dan akan memikirkan kejutan apalagi yang akan ia berikan pada Michella, karena Ben ingin melindungi Michella dari jauh. Ia tidak akan membiarkan seorangpun untuk menyentuhnya apalagi menyakitinya.