Michella baru saja tiba di apartemen nya, ia langsung melenggang masuk lobby dan menuju lift yang berada tidak jauh dari lobby. Michella masih kesal mengingat wawancaranya yang harus menanyakan tentang Mr. Stone yang merupakan seorang gay atau bukan.
Michella benar-benar malu dan ingin sekali menyembunyikan wajahnya dari hadapan Mr. Stone. Kate benar-benar menyebalkan, apakah harus pertanyaan seperti itu di buat untuk mewawancarai orang sekelas Mr. Stone. Padahal dari awal wawancara di mulai, Michella sudah sangat antusias, karena menurutnya Mr. Stone adalah orang yang sangat baik.
"Menyebalkan sekali Kate, ingin sekali aku memarahinya" gumam Michella kesal.
Ting..
Suara lift berbunyi dan tak lama kemudian pintu terbuka dengan lebar. Michella langsung keluar dari dalam lift dan bergegas menuju kamarnya. Michella langsung meraih kunci akses untuk masuk ke dalam apartemen nya, Michella sedikit terkejut ketika Kate menyambut nya dengan meriah sambil meniupkan terompet untuk Michella.
"Selamat datang Princess Michella" ujar Kate antusias.
Michella sedikit terkejut, ia langsung meletakkan tas miliknya di atas sofa. Kemudian mencuci tangannya di wastafel, sementara Kate menghampiri Michella dan langsung memberikan rentetan pertanyaan yang membuat Michella pusing mendengarnya.
"Michella, bagaimana interview mu hari ini? Apakah semua berjalan lancar? Bagaimana menurutmu Tuan Stone? Bukankah ia tampan?" seru Kate antusias.
Michella menghela nafas dan langsung meraih sebotol air mineral di dalam kulkas. Ia segera kembali ke ruang tengah dan menyandarkan tubuhnya di sofa.
"Michella jawab aku, aku ingin mendengarnya" gumam Kate penasaran.
Michella langsung menenggak air mineral tersebut hingga setengah, setelah itu ia meletakkan air mineral tersebut di atas meja. Michella menghela nafas, ia langsung menjawab semua pertanyaan Kate.
"Apa kau benar-benar ingin mendengarnya?" tanya Michella.
Kate menganggukkan kepalanya. "Tentu saja, ayo ceritakan padaku Kate.
"Apa maksudmu memberikan pertanyaan seperti itu pada Tuan Stone?"
Kate mengerutkan keningnya. "Maksudmu? Pertanyaan yang mana?" Kate mulai bingung.
Michella menghela nafas. "Kate, aku beritahu padamu ya. Tuan Stone itu orang yang baik, ketika aku sudah merasa nyaman dan cukup akrab mendengarkan penjelasan dari nya. Lalu kau tutup dengan pertanyaan yang membuat ku sedikit canggung" protes Michella.
"Pertanyaan terakhir?" Kate mencoba mengingatnya.
"Kau benar-benar tidak mengingatnya?"
Kate menggelengkan kepalanya. "Tidak Mic"
Michella menghela nafas. "Apakah anda seorang gay?" seru Michella ketus.
Mendengar ucapan Michella, membuat Kate tertawa dan baru mengingatnya. "Oh iya aku ingat, lalu apa jawaban Tuan Stone? Aku sangat penasaran dengan hal itu"
"Kate, kau benar-benar menyebalkan. Aku sangat tidak enak hati dengan Tuan Stone, kau bisa mendengar sendiri percakapannya" gumam Michella yang langsung pergi dari hadapan Kate.
Sementara Kate hanya terpaku mendengar ucapan Michella, Kate masih bingung apakah hal itu benar-benar sebuah kesalahan. Karena menurutnya pertanyaan tersebut adalah hal yang wajar.
Kate langsung meraih berkas dan audio tape miliknya, ia langsung memutar recorder percakapan antara Michella dan juga Tuan Stone. Kate senang karena Michella melakukan interview tersebut dengan baik, Kate langsung menghampiri kamar Michella untuk berterima kasih.
"Mic, boleh aku masuk?" tanya Kate sambil mengetuk pintu kamar Michella.
"Ya masuk saja" seru Michella.
Kate langsung membuka pintu kamar Michella. Ia langsung merebahkan tubuhnya di samping Michella.
"Michella, aku sudah mendengarkan semua wawancara mu dengan Tuan Stone. Aku menyukainya Mic, terima kasih kau telah melakukannya dengan baik" ujar Kate antusias.
Michella menghela nafas. "Wawancara ku pasti sempurna jika kau tidak membuat pertanyaan konyol seperti itu" gerutu Michella.
"Mic, aku minta maaf. Tapi pertanyaan itu benar-benar membuatku penasaran, karena selama ini aku tidak mendengar gosip Tuan Stone mengencani seorang wanita. Justru dengan terjawabnya pertanyaan ini benar-benar membuat ku lega dan tidak lagi penasaran"
"Tapi pertanyaan itu benar-benar tidak adil untukku Kate, karena seharusnya kau saja yang menayakan pertanyaan seperti itu. Bukan aku, kalau Tuan Stone tidak terima lalu mencari aku, bagaimana?"
"Itu tandanya Tuan Stone menyukaimu, Mic" gumam Kate sumringah.
"Astaga Kate, kau benar-benar menyebalkan. Silahkan keluar dari kamar ku Kate, karena aku istirahat. Oh ya jangan lupa £500 kau transfer ke rekening ku" seru Michella.
"Sudah ku transfer sejak aku selesai ujian matematika, kau bisa mengeceknya langsung"
"Benarkah? Baiklah terima kasih Kate" gumam Michella yang langsung membenamkan wajahnya ke bantal.
"Sama-sama Mic" ujar Kate antusias dan langsung keluar dari kamar Michella.
Sementara itu di lain tempat, Ben masih termenung mengingat kembali tentang Michella. Ia berusaha mengingat kalung yang di kenakan oleh Michella.
Karena seingatnya kalung yang dikenakan Michella sangat mirip dengan gadis kecil yang orang tuanya meninggal akibat kecelakaan yang di sebabkan olehnya. Tak lama kemudian terdengar sebuah ketukan pintu di ruangannya, Dylan yang tak lain sekretaris pribadinya datang dan memberikan berkas mengenai Michella.
"Permisi Tuan, ini berkas yang anda minta. Jika masih ada yang kau butuhkan, tinggal panggil saja aku" ujar Dylan.
"Baiklah, terima kasih Dylan" guman Ben.
Ben langsung membuka isi berkas tersebut dan membacanya dengan teliti, dan benar saja Michella adalah orang yang selama ini ia cari.
"Michella Claire, ya benar sekali. Selama ini kamu yang aku cari" gumam Ben lirih sambil menatap foto milik Michella.
Ben langsung mengatur rencana untuk menemui Michella, karena ia sudah lama mencari Michella selama ini. Ben berharap Michella bisa memaafkannya karena telah menghilangkan nyawa kedua orang tuanya di masa lalu.
Ben langsung merapikan berkas-berkas miliknya, ia begitu antusias untuk kembali ke rumah. Karena ia akan menelusuri lebih lanjut tentang Michella sesampainya ia di rumah.
"Dylan, sebaiknya kau pulang sekarang. Karena aku juga akan pulang cepat" gumam Ben.
"Tapi pekerjaan saya belum selesai Tuan" sahut Dylan.
"Apa kau tidak menginginkan pulang cepat? Kau bisa melanjutkan nya lagi besok"
Dylan tersenyum. "Baiklah, Tuan. Terima kasih" gumam Dylan antusias.
Dylan langsung bergegas merapikan berkas miliknya, sementara Ben langsung menuju lift untuk menuju lantai basement. Sesampainya di rumah, Ben langsung bergegas menuju ruang kerjanya. Ia kembali membuka laptopnya dan berselancar di dunia maya untuk mencari tentang Michella.
Dan akhirnya Ben menemukan sosial media milik Michella, yang mana di sana terdapat foto-foto sejak Michella kecil hingga ia beranjak dewasa.
"Cantik sekali Michella" gumam Ben.
"Siapa yang cantik, Ben" ujar Amora yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya.
Ben menghela nafas panjang. "Amora bisakah kau mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk? Aku tidak suka caramu seperti itu" ujar Ben kesal.