Michella semakin dalam menikmati ciumannya bersama Ben, ia sangat yakin jika yang ada di dalam hati Ben hanya dirinya seorang. Ben mulai menurunkan tangannya ke arah pangkal leher Michella, namun setelah itu Ben menghentikan ciumannya pada Michella.
"Ada apa Ben? kenapa berhenti?" tanya Michella lirih.
Ben menghela nafas. "Aku tidak kuasa untuk melakukannya, Mic." tegas Ben.
Dengan cepat Michella langsung meraih kedua tangan Ben, kemudian meletakannya di buah dadanya. Hal itu membuat Ben terperangah, Ben masih seperti mimpi. Karena ini pertama kalinya Ben merasakan waktu yang intens dengan Michella.
"Michella, apa kau yakin?" tanya Ben penasaran.
Michella tersenyum. "Tentu saja, aku akan melakukannya."
Tanpa pikir panjanng Ben langsung mengecup Michella, suhu tubuhnya meningkat dengan drastis. Keduanya sudah tidak bisa lagi menahan gejolak cinta yang ingin dengan cepat tersalurkan.
"Michella, aku menginginkannya." ucap Ben lirih.
"Lakukanlah Ben, aku juga menginginkannya." sahut Michella tak beraturan bercampur dengan suara desahan yang keluar dari bibirnya.
Tanpa pikir panjang, Ben langsung menggendong Michella dan membawanya ke dalam kamar. sesampainya di dalam kamar, Ben langsung membuka kancing baju Michella. Kini keduanya sudah dalam keadaan tanpa busana.
"Apa kau yakin akan melakukannya?" tanya Ben memastikan.
Mendengar ucapan Ben seperti itu, membuat Michella langsung merebahkan tubuh Ben di ranjang. Ben sedikit tersentak kaget, karena Michella yang akan melakukannya terlebih dahulu.
Dengan cekatan, Michella mulai melepas kancing baju milik Ben. Setelah itu, Michella langsung melepaskan pakaiannya. Ben terperangah melihat keindahan yang ada di hadapannya, ia belum pernah melihat pemandangan seperti saat ini.
Walau ia pernah tidur bersama wanita yang di sewanya, namun melihat tubuh Michella terasa ada yang berbeda. Kedua buah dada milik Michella terlihat masih kencang dan sangat berbeda dengan wanita lainnya.
Kulit putih bersih dan juga aroma tubuhnya begitu harum, membuat Ben begitu tergila-gila pada Michella. Michella menundukkan kepalanya dan mulai mengecup Ben dengan lembut. Merasa sudah tidak kuat lagi menahan, Ben memutuskan untuk mengambil alih permainan Michella.
Ben langsung merebahkan tubuh Michella, kemudian langsung menancapkan benda miliknya ke bagian pusat Michella. Michella sedikit merintih kesakitan karena ini pertama kalinya ia melakukan hal itu.
"Apa itu sakit?" tanya Ben lirih.
"Iya, sangat sakit." gumam Michella lirih.
"Aku akan melakukannya perlahan, nanti kau juga akan terbiasa." bisik Ben lirih di telinga Michella.
Ben langsung menggerakan tubuhnya secara perlahan dan hal itu membuat Michella mengeluarkan desahannya. Kini Michella sudah mulai terbiasa, karena sejak tadi ia mencoba untuk rileks.
Ben makin menaikan ritme permainannya, karena ia sangat bergairah ketika melakukan ini bersama Michella. Sementara Michella sudah mulai terbiasa saat Ben semakin keras membenamkan miliknya ke dalam tubuhnya.
"Ben, bisa kah kau lebih cepat lagi." pinta Michella lirih, sementara Ben semakin menaikan ritme permainannya.
Michella benar-benar tidak mengerti, perasaan apa seperti ini. Karena merasa seperti melayang dan Puncak kenikmatan semakin terasa, tak lama kemudian Ben mencabut benda miliknya dari pusat tubuh Michella. Dah hal itu membuat Michella sedikit mengejang dan mengeluarkan cairan seperti orang sedang pipis.
"Ben, kenapa aku seperti ini." tanya Michella bingung.
Sementara Ben hanya termenung sambil melihat Michella yang tengah orgasme, namun di sprei terdapat bercak darah yang keluar dari pusat tubuh Michella.
"Ben, ada apa? Apa ada masalah?" tanya Michella bingung.
Ben menatap Michella, mata itu terasa seperti mata elang yang hendak menerkamnya. Dan hal itu membuat Michella bingung dan sekali lagi menanyakan pada Ben.
"Ben, ada apa? Apa kau marah? Apa semuanya bermasalah dengan ku?" tanya Michella.
Ben mendekati Michella dan menanyakan hal yang lebih intim lagi padanya. "Michella, bolehkah aku bertanya sesuatu?" bisik Ben lirih.
"Tentu saja! Katakan Ben, apa yang salah denganku?"
"Tidak ada yang salah denganmu, hanya saja ada yang bikin aku penasaran."
Michella mengerutkan keningnya. "Apa? Cepat katakan padaku Ben."
Ben menghela nafas. "Apa kau belum pernah melakukan hal ini sebelumnya?"
Michella menelan salivanya dengan susah payah. Ia takut jika ada yang salah dengan dirinya. "Iya, aku belum pernah melakukan hal ini sebelumnya. Apa aku melakukan kesalahan?" Michella berkali-kali bertanya karena ia sangat bingung dengan pertanyaan yang Ben maksud.
"Tidak, kau tidak melakukan kesalahan apapun. Hanya saja aku merasa bersalah telah melakukan ini padamu, Michella." Seru Ben lirih dan hal itu membuat Michella tambah bingung.
"Maksudmu bagaimana Ben? Aku sama sekali tidak mengerti."
"Michella, kau masih perawan. Seharusnya aku tidak melakukan hal ini padamu." Seru Ben sedih.
Michella tampak shock melihat ekspresi Ben, ia tidak menyangka jika Ben memiliki perasaan bersalah padanya. "Ben, jangan sedih. Ini bukan salahmu, tapi ini adalah keinginanku. Aku memberikannya semua padamu, karena sepertinya aku juga mencintaimu. Setelah ini tetaplah menjadi Ben yang aku kenal, jangan pernah berubah. Karena aku adalah milikmu sekarang."
Ben tersenyum dan kembali mengecup Michella dengan lembut. "Michella, aku janji. Aku akan selalu menjagamu, aku tidak akan membiarkan orang lain menyentuhmu." Seru Ben antusias.
Michella tersenyum dan kembali mengecup bibir, Ben. Kali ini Michella sudah tidak merasa canggung lagi seperti tadi pagi, karena Michella percaya jika Ben tidak akan macam-macam di luaran sana. 1 jam sudah mereka berdua memadu asmara, Ben senang karena Michella sudah terbiasa dan bisa mengimbangi permainannya.
Ben terkulai lemas di pelukan Michella, mereka berdua saling bermandikan keringat. Setelah itu Ben langsung ambruk di samping Michella, Michella mencoba untuk menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh Ben.
Sementara ia bergegas menuju kamar mandi, karena tubuhnya terasa lengket dan Michella tidak betah dengan kondisi seperti ini. Michella begitu terpana saat melihat suasana kamar mandi yang ada di kamar Ben, sungguh apartement ini memang di desain untuk kamar VIP. Bahkan semua peralatan mandi yang tersedia merupakan produk mewah yang tidak mungkin seorang sepertinya dapat membelinya.
Michella langsung mengisi bath tub dan menuangkan sabun beserta garam mandi ke dalam bath tub. Ini baru pertama kalinya Michella merasakan sensasi mandi yang menyegarkan seperti ini, karena ia tidak mendapatkan semua ini di apartemen miliknya.
1 jam sudah Michella menghabiskan waktunya di kamar mandi, Michella sedikit tersentak kaget saat mendapati kamar Ben telah rapi. Bahkan sprei yang terkena bercak darahnya sudah terganti oleh sprei yang baru, tak hanya itu Michella juga di kagetkan dengan suara seseorang yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya.
"Nona Michella" sapa perempuan paruh baya tersebut.
"Ya, anda siapa? Di mana Ben? Apa ia sudah pergi?" tanya Michella penasaran.
"Aku Maria, aku merupakan asisten pribadi Tuan Ben. Dan mulai hari ini, aku siap untuk melayani anda, Nona Michella."
Michella mengerutkan keningnya. "Terima kasih, Maria."
Maria membuka lemari yang ada di belakang Michella, lalu memberikan sebuah dress selutut pada Michella. "Nona, pakailah dress ini. Dan temui Tuan Ben di ruang makan." Perintah Maria.
"Tapi pakaian ku yang tadi di mana?" tanya Michella bingung.
"Aku sedang mencucinya, kalau begitu aku permisi dulu." Maria bergegas keluar dari kamar Michella. Sementara Michella bergegas mengenakan pakaiannya, ia sangat menyukai dress yang di berikan oleh Maria. Setelah itu baru lah ia menemui Ben di ruang makan.