Chereads / Kisah Cinta Tak Biasa / Chapter 21 - Sejak Saat Itu

Chapter 21 - Sejak Saat Itu

Kinar saat ini tengah berjalan di jalanan yang begitu sepi dan juga gelap. Rasanya saat ini juga Kinar ingin mengakhiri hidupnya saja. Dia merasa sudah tidak pantas untuk hidup lagi.

Tak hanya air mata saja yang bercucuran di pelupuk matanya, tapi keringat juga sedari tadi telah membasahi sekujur tubuh Kinar.

Kinar berjalan dengan sedikit tidak nyaman karena menahan sakit di bagian bawah miliknya karena ulah bejat Adit tadi.

Tapi dia teringat kepada ibunya. Kinar ingin bertemu dengan ibunya. Kinar pun kemudian langsung saja berniat akan pulang ke rumahnya.

Saat ini Kinar telah berada di depan rumahnya.

Perlahan Kinar mulai melangkahkan kakinya ke teras rumah. Lalu Kinar dengan segera langsung mengetuk pintu.

"Assalamualaikum," salam Kinar.

"Waalaikumsalam," sahut seseorang dari dalam rumah.

Beberapa saat kemudian, pintu pun terbuka memperlihatkan Bu Kiran.

"Kinar," ucap Bu Kiran.

"Ibu, hiks," tangis Kinar.

"Ada apa, Nak? Mengapa kamu menangis?" tanya Bu Kiran. Sampai saat ini Bu Kiran masih mau menerima Kinar dan sangat menyayangi Kinar meskipun Heru telah mempengaruhi dirinya.

Tidak sanggup untuk menjawab pertanyaan yang ibunya lontarkan, maka dari itu Kinar lebih memilih untuk memeluk ibunya saja dan menangis di balik pelukan tersebut.

"Nak, ada apa, Sayang? Mengapa kamu seperti ini?" tanya Bu Kiran kembali. Bu Kiran kini sungguh sangat mencemaskan Kinar.

"Ibu, apa Ibu membenci Kinar? Ibu pasti benci kepada Kinar, kan? Ibu kecewa sama Kinar kan , Bu? Hiks, maafkan Kinar ya, Bu. Maaf," ucap Kinar.

"Sayang, Ibu memang kecewa karena mengetahui tentang pekerjaanmu itu, Nak. Ibu sangat sakit hati. Tapi meski begitu, kamu tetaplah anak Ibu, Sayang. Ibu mana mungkin bisa membencinmu," ungkap Bu Kiran.

"Jadi Ibu tidak benci sama Kinar?" tanya Kinar.

"Tidak, Nak. Ibu sama sekali tidak membencimu. Tapi Ibu sangat memohon kepadamu, tolong, Nak, tolong kamu tinggalkan pekerjaan itu," pinta Bu Kiran dibarengi dengan tangisan dan tetes air matanya.

'Ibu, sebenarnya Kinar juga sangat ingin meninggalkan pekerjaan itu, Bu. Tapi Kinar tidak bisa. Kinar telah terjebak di sana, Bu. Dan semua ini karena Ayah'. Batin Kinar.

"Ngapain lagi anak durhaka ini ke sini?" marah Heru yang tiba-tiba saja muncul dari dalam rumah.

"Mas, jangan begitu, Mas. Biar bagaimanapun juga, Kinar itu adalah anak kita, Mas. Anak semata wayang kita," ucap Bu Kiran.

"Cuih ... aku tidak akan pernah sudi memiliki anak yang seperti itu. Sekarang sebaiknya kamu usir saja dia dari sini. Cepat usir!" titah Heru.

"Nggak, Mas. Aku ga mau. Aku mau Kinar tetap tinggal bersama kita, Mas. Kinar harus keluar dari kerjaan itu," kekeh Bu Kiran.

'Gawat ... aku ga bisa membiarkan hal itu terjadi. Jika Kinar keluar dari tempat kerja Papih, tak hanya Kinar saja yang akan dibunuh oleh Papih. Tapi aku pun juga akan ikut dibunuh olehnya. Karena aku lah yang bertanggung jawab atas Kinar. Aku yang telah memasukan Kinar ke dalam pekerjaan itu. Aku harus segera cari cara agar Kinar pergi dari rumah ini'. Batin Heru.

"Kinar sayang, anak Ibu, ke mari, Nak," titah Bu Kiran. Tapi Kinar hanya terdiam saja. Dia tidak berani untuk melangkah apalagi mendekat kepada ibunya jika ada Heru.

"Lihat, bahkan dia pun merasa malu. Syukurlah jika kamu masih memiliki rasa malu. Mendingan sekarang juga kamu pergi dari sini!" usir Heru.

"Mas, jangan begitu," kesal Bu Kiran.

Tak sengaja Heru pun melihat sebuah tanda merah seperti bekas gigitan di leher Kinar. Bahkan Heru pun baru menyadari bahwa bibir Kinar membengkak.

'Itu ... apa itu? Apa Kinar telah melakukan sesuatu hal yang dilarang? Astaga, haha ... ini kesempatan bagus bagiku. Tapi aku tidak menyangka Kinar akan seperti itu. Ternyata dia memang orang yang begitu munafik'. Batin Heru.

"Kinar, tanda apa itu di lehermu? Mengapa seperti bekas gigitan? Dan ya, bibirmu juga begitu bengkak Kinar. Jujur kepada kita, kamu pasti sudah berbuat mesum? Iya, kan?" celetuk Heru.

Seketika itu juga, Bu Kiran dan juga Kinar langsung syok.

'Apa maksud Ayah? Apa benar di leherku ada tanda merah seperti bekas gigitan? Dan, apa iya bibirku membengkak? Hiks, ini pasti ulah Adit. Argh ... sialan'. Batin Kinar.

Dengan segera Bu Kiran pun kemudian langsung saja menghampiri Kinar untuk memastikan langsung yang telah diucapkan oleh Heru.

Bu Kiran kemudian memeriksa leher Kinar. Dan betapa terkejutnya Bu Kiran, ternyata yang dikatakan oleh Heru itu memang benar adanya.

Bu Kiran langsung menutup mulutnya sendiri menggunakan telapak tangan kanannya. Matanya juga seketika langsung membulat sempurna.

"Kinar, apa yang telah kamu lakukan? Hiks," tangis Bu Kiran.

"Ibu ... Ibu ... hiks, Kinar," tangis Kinar sampai tersedu-sedu sehingga ia kesulitan untuk berucap.

"Sudah sana kamu pergi saja, Kinar. Pergi!" usir Heru.

Heru pun langsung mengambil tindakan dengan menyered tubuh Kinat dan mendorongnya. Bahkan lutut Kinar sampai mengeluarkan sedikit darah karena terbentur dengan aspal.

"Ibu ... Kinar tidak salah, Bu," ucap Kinar. Tapi Bu Kiran mengabaikan ucapan itu.

Dan tak lama kemudian, Bu Kiran pun langsung dibawa masuk oleh Heru ke dalam rumah.

"Ibu!" teriak Kinar.

Sadar bahwa dirinya hanya diabaikan saja oleh kedua orang tuanya, dengan sangat terpaksa Kinar pun memilih untuk pergi saja.

Tidak disangka, ternyata Kinar kembali lagi ke tempat jembatan cinta itu.

"Argh ... siapa pun, renggutlah nyawaku sekarang juga. Aku sudah tidak ingin hidup. Aku ingin mati saja," teriak Kinar.

Lalu tanpa diduga, Kinar langsung saja bersiap ingin mengakhiri hidupnya dengan cara melompat dari jembatan cinta tersebut.

Saat Kinar tengah melakukan hal tersebut, tidak sengaja ada dua orang pria yang lewat sana.

"Astaga ... apa yang akan dia lakukan?" tanyanya kepada temannya itu.

"Dia ... dia akan bunuh diri."

"Ayo cepat kita cegah dia," ajaknya.

"Jangan! Jangan asal begitu saja. Mendingan sekarang kita panggil warga lain, biar kita tidak tersalahkan," usulnya.

"Tapi, apa kita akan keburu?" bingungnya.

"Ayo kita lari saja. Kita panggil orang," ajaknya.

"Eum ... ya sudahlah, ayo," pasrahnya.

Mereka berdua pun langsung saja berlari untuk mencari warga lain dan meminta bantuan.

Tak berapa lama kemudian, mereka berdua kembali ke jembatan cinta dengan membawa beberapa orang lagi. Tapi saat itu Kinar sudah tidak ada di sana.

"Mana?" tanya orang-orang.

"Astaga ... sepertinya kita telat. Pasti gadis itu sudah mengakhiri hidupnya."

"Ikh ... kok ngeri ya. Mulai sekarang aku ga mau lagi akh ke tempat ini."

"Aku juga."

"Ya aku juga."

Dan sejak saat itu, Kinar telah diduga bunuh diri oleh orang-orang. Semua orang tidak pernah berani lagi menginjakan kaki di jembatan cinta lagi karena menganggap sudah ada seorang gadis yang mengakhiri hidupnya di sana.

Flashback off ....