"ayah menamparku, demi wanita penggoda ini?"
Akira memegang pipinya yang merah dan memar akibat tamparan ayahnya dengan tangan. Kedua mata akira berkaca-kaca rasa sakit dan panas di pipinya saat ini, tidak lebih sakit daripada rasa sakit yang dirasakan di dalam hatinya. Selama ini ayahnya tidak pernah sekalipun berbuat kasar kepadanya. Apalagi sampai main tangan untuk memukul.
"maafkan ayah, aku tidak bermaksud seperti berbuat kasar kepadamu. Ayah yang membawa jennifer ke rumah ini, bukan dia yang menginginkannya. Jennifer sakit, dan kau yang membuatnya seperti ini. Jadi, ayah harus bertanggung jawab untuk menjaganya. Mulai hari ini jennifer akan tinggal di rumah ini, sampai dia sembuh."
Selama surat wasiat yang berisi pengalihan harta milik jasmine kepadanya belum masih belum ada di tangannya. Jason dan jennifer masih harus bersabar menghadapi akira yang manja dan kasar. Peran dan akting menjadi orang tua yang baik dan penyayang masih harus ia perankan, meskipun Jason sebenarnya sudah muak dengan tingkah laku akira yang manja dan sudah untuk dikendalikan.
"tidak! Aku tidak akan pernah menyetujuinya. Jika dia sakit, bawa saja wanita itu ke rumah sakit. Rumah ini bukan klinik, atau rumah sakit. Jika ayah tidak mau mengusirnya, biar aku yang melakukannya."
Akira bersikukuh menolak keputusan ayahnya yang membawa jennifer untuk tinggal Bersama mereka. Akira tahu, sakit hanya alasan ayahnya saja. Lagipula jennifer hanya mengalami luka lecet-lecet saja, dan bukan sakit yang membuat wanita itu sekarat dan hampir mati. Sekalipun jennifer sekarat, akira juga tidak akan setuju ayahnya membawanya ke rumah ini.
"terserah! Ayah tidak butuh persetujuanmu. Kau setuju atau tidak? Jennifer akan tetap tinggal di rumah ini. Jika kau berani menyakitinya, ayah akan menghukummu." Kata Jason mengancam akira. Jason membantu jennifer bagun dari lantai dan duduk di kursi.
"Ugh… kepalaku pusing." Celetuk jennifer yang berpura-pura sakit kepala kemudian terjatuh pingsan.
"jenny… jenny… ada apa denganmu."
Tubuh jennifer terkulai lemas tidak berdaya. Acting wanita ini sungguh bagus dan meyakinkan.
"cih! Pingsan? Wanita ini sungguh sangat pandai berpura-pura. Mengapa tidak mati saja?" gerutu akira. Kedua tangan akira mengepal erat. Emosinya tidak bisa lagi terbendung melihat ayahnya yang begitu perhatian terhadap jennifer.
Jason yang panik segera menggendong jennifer dan membaringkannya diatas sofa. " anne, cepat panggil dokter." Teriak Jason penuh kekhawatiran akan terjadi sesuatu yang buruk kepada kekasihnya itu.
" baik tuan" anne berlari menuju meja telepon rumah untuk menelpon dokter pribadi keluarga kyle. Tetapi dokter itu sedang berada di luar negeri saat ini. Anne Kembali berlari menuju Jason untuk melapor.
"tuan besar, dokter Robert sedang tidak bertugas ke luar negeri. Beliau tidak bisa datang." Kata anne yang juga ikut panik melihat keadaan jennifer. Anne bukan takut kekasih gelap tuan besarnya itu sakit. Tetapi anne lebih takut, kalau tuan besarnya akan menyakiti nona mudanya. Jika sampai terjadi sesuatu dengan jennifer. Nona mudanya tidak tahu siapa sebenarnya laki-laki yang ia panggil ayah yang memiliki kasih sayang dan sikapnya yang hangat selama ini. Berbeda dengan anne yang sudah mengetahui semua sifat buruk tuan besar Jason di balik topeng manisnya itu.
"bodoh! Panggil dokter lain untuk datang segera." Bentak Jason yang merasa geram kepada pelayan yang lambat dan tidak bisa berpikir dengan cepat itu. Daripada melapor kepadanya, seharusnya anne bisa menelepon dokter lain atau meminta ambulans datang.
Akira hanya tersenyum menyeringai melihat mereka yang sedang kalang kabut karena ulah jennifer. " aku ingin lihat, apa yang direncanakan wanita ini sebenarnya?" gumam akira dalam hati. Ia hanya akan menjadi penonton saja untuk sementara waktu, sambil menunggu kesempatan membalas tamparan yang diterima karena ulah jennifer.
Bibi anne yang bingung masih sibuk membuka buku telepon yang berada di atas meja untuk mencari nomor telepon dokter ryan yang merupakan dokter yang merawat nyonya jasmine sebelumnya.
tut… tut… tut… nomor yang anda hubungi sedang sibuk.
" dokter, tolong angkat teleponnya." Gumam anne yang gugup. Jika dokter ryan juga tidak dapat dihubungi, anne tidak tahu lagi harus menelepon siapa lagi?
Berkali-kali anne mencoba menelepon dokter ryan. Tetapi nomor dokter ryan selalu sibuk dan sulit untuk di hubungi. Anne Kembali lagi untuk lapor, meskipun ia merasa ketakutan dan tubuhnya sampai gemetar memandang kerang tuan besarnya.
" tu-tuan, dokter ryan juga tidak bisa datang." Anne berbicara dengan terbata-bata. Ia bahkan hanya menundukkan kepala, tidak berani melihat secara langsung kedua mata tuan besarnya.
Jason sudah tidak bisa lagi sabar menghadapi pelayannya itu. Ia berjalan ke arah anne dengan penuh amarah, kemudian menampar pelayannya itu dengan keras.