Pasokan nafas sudah mulai habis, langkah mulai melambat, pandangan pun kini mulai sayu. Ingin sekali rasa nya berhenti sejenak dan mengatur debaran seluruh organ tubuhnya.
Harus sampai kapan dirinya dikejar oleh pasukan Bersekers atau biasa disebut pasukan berserk.
Pasukan Berserk sendiri sekumpulan prajurit barbar yang mendiami kerajaan Larkdenfyl. Dimana kerajaan para penghuni Nars, kerajaan bagi para mahkluk kejam yang pernah di kenal oleh sejarah. Nars sendiri mempunyai rupa yang aneh. Kulit putih pucat, mata merah, mempunyai tindikan telinga yang besar, dan paling menjijikan dari semua itu, bangsa mereka suka meludah berupa lendir yang membuat mata kita but ajika ia menargetkan tepat di wajah kita.
Bukan tanpa sebab dirinya di kejar oleh pasukan gila satu ini. Dan menjadikan dirinya buronan seketika di wilayah kerajaan Larkdenfyl. Ia hanya mengambil gulungan kertas kuno yang ternyata sangat penting bagi kerajaan ini.
Tapi ini juga bukan salah dirinya. Dirinya mana tau kalau sebuah kertas usang ini ternyata sepenting itu. Ia hanya mencuri untuk melanjutkan kelangsungan hidup nya. Dan hal itu tidak ada salahnya kan. Semua mahkluk disini pasti juga melakukan hal serupa jika di ibaratkan untuk melangsungkan hidup nya sendiri.
Tapi untuk dikejar pasukan sebanyak ini?! Sudah pasti bukan.
"Sial" sarkas pemuda ini ketika melihat ketas langit. Berbondong bondong langit tiba-tiba diselimuti asap hitam dan tak lama menyambarlah petih yang menggelegar.
Ini Thos, dimana ketika suatu wilayah di selimuti kekejian dimana mana, maka kegelapan yang dinamakan Thos akan mengikuti dimana kekejian itu melanda. Sudah pasti Larkdenfyl akan diselimuti Thos, hanya dirinya yang bodoh ini melupakan hal sepenting itu.
'Kematian aku datang' kata hati pemuda tersebut tanpa menghentikan langkah kaki nya berlari. Sungguh bodoh dan malang nya dirinya jika benar harus disambut kematian di wilayah Larkdenfyl. Wilayah dengan penuh kutukan dan kegelapan menyelimuti.
Ialah Elfeth Watner, pemuda lincah dengan tas besar di punggung nya yang berisi banyak sekali barang curian. Elfeth sendiri hanyalah pemuda sebatang kara miskin. Sehingga dirinya menjadikan seorang pencuri yang dimana hadil curian tersebut akan dijualnya kembali ke pelelangan di pasar.
Namun sebentar lagi sepertinya barang curian yang sudah dikumpulkan nya akan menjadi rongsok tak berguna, dan dirinya akan meratapi nasip sepeninggalan nya.
Samar namun pasti, Elfeth mendengar suara air yang mengalir sangat deras. Kaki lincah nya mengikuti arah pendengaran nya dan membawa dirinya di ujung air terjun. Rasa dingin air dapat ia rasakan dari sini.
Sungguh ia tak tau harus apa! Tidak mungkin ia akan melompat ke bawah sana, sudah dapat dipastikan dirinya tak akan selamat dari ketinggian ini.
Semakin lama langkah kaki berat terdengar dari arah belakang nya. Tak cuma satu, namun berbondong bondong suara langkah kaki. Dan ya! Itu pasti pasukan Berserk.
"Aku tak menyangka ajal ku akan secepat ini" Sarkas Elfeth kepada dirinya sendiri. Pasukan Berserk sudah terlihat di mata memanda. Dan kini ia hanya menunggu dirinya diseruduk pasukan Berserk dan berakhirlah sudah perjalanan hidup nya.
"Pengangan dengan kuat"
Apa? Dan ugh!
Elfeth menahan sakit tepat di bawah perut nya seketika sebuah lengan melayang dan menyambar tubuhnya hingga terangkat.
Nymph atau identik dengan peri. Sungguh terkejutnya Elfeth akan tertolong oleh bangsa peri. Rupa cantik namun kepribadian prajurit. Itulah Nymph.
Beberapa menit Elfeth terpaku oleh Nymph yang menolongnya ini, hingga ia tak sadar bahwa Nymph yang menolong nya sudah melepaskan genggaman tangan nya dan Elfeth terjatuh ke permukaan tanah di hutan seberang air terjun barusan.
Satu atau mungkin dua tulang rusuk nya rasanya patah. Sungguh ia tak mengerti dengan Nymph tersebut. Beberapa detik yang lalu ia menolonya namun kini dia menjatuhkan dirinya. Sungguh hari yang sial baginya!
Secara perlahan ia mendudukan dirinya dan mengusap usap lebut bagian punggung belakangnya menahan rasa sakit.
"Terima kasih, untuk pendaratan yang mulus ini" balas Elfeth kepada Nymph yang kini mendaratkan dirinya ke tanah tepat dihadapannya. Sayapnya yang berkilau dilipatnya kebelakang, tersembunyi di balik tubuhnya.
Sungguh mempesona bangsa Nymph jika dilihat dari jarak dekat. Dan ini adalah pertama kalinya bisa berhadapan dengan bangsa Nymph sedekat ini bahkan ditolongnya.
Wajah bersih berseri, rambut indah, kulit yang bersih, wajah rupawan tanpa cacat sedikit pun dan bahkan bangsa Nymph mengeluarakan aroma khusus dari tubuhnya. Aroma yang sungguh memabukan. Dan lagi mereka merupakan bangsa dengan harta yang melimpah. Jadi bisa bayangkan seberapa banyak kekayaan bangsa Nymph.
"Berikan!" Kata Nymph tersebut sambil mengulurkan lengannya meminta sesuatu.
Elfeth sunggu tak mengerti apa yang dimaksud Nymph dihadapannya ini. Ia hanya mengerutkan kedua dahinya tanda tanya. Tapi sang Nymph tetap mengulurkan lengan nya.
"Aku bilang berikan" balasnya kembali
"Apa yang harus aku berikan kepadamu?" Tanya Elfeth tak mengerti apa yang diminta kamu terhormat ini ke dirinya yang hanya seorang gelandangan miskin.
"Yang kau ambil! Serahkan kepadaku" Dan kini ia mengerti apa yang diminta Nymph depan hadapannya ini.
"Tidak bisa" Titah Elfeth tegas. Jika barang yang diambilnya bisa sepentinng ini, maka harganya pun pasti sangat menguntungkan baginya.
Nymph dihadapannya seketika terlihat geram. Langsung saja Nymph tersebut menyerang Elfeth hinnga terjungkal jatuh kebelakang.
Kini posisi dirinya tepat tertindih di bawah Nymph. Dilihatnya Nymph tersebut yang sudah mengacungkan pedang peraknya yang tajam tepat di hadapannya.
Ia tak bisa berkutik sedikit pun. Gerak sedikit saja sudah di pastikan pedang perak Nymph ini menebass batang lehernya. Karena seorang Nymph tidak akan pernah ragu untuk mendapatkan apa yang ingin mereka capai.
"Aku bilang serahkan!" Tegas Nymph tersebut menatap tajam ke dirinya.
Entah kenapa nafasnya seperti tercekat. Dirinya seperti merasa pasokan udara tiba-tiba menipis. Apakah ini karena tekanan dari tatapan Nymph tersebut? Atau ia merasa tempat ini tiba-tiba terasa aneh.
Nymph dihadapannya kini terlihat seperti menyerngitkan dahi. Melihatnya seperti itu berarti memang ada sesuatu yang aneh.
Tempat ini seketika terasa lebih sunyi dan gelap. Ia mengalihkan pandangannya kanan dan kiri. Tepat ketika pendangannya terjatuh ke kanan, terlihat seperti ada pergerakan menuju ke sini. Tapi terassa aneh ketika ia tidak mendengar suara langkah apa pun.
Daun beserta ranting pun mulai berjatuhan. Namun masih belum ada pergerakan bahkan suara langkah apa pun. Tapi dirinya yakin perasaan ini mengatakan bahwa ada sesuatu yang menuju kemari dengan cepat.
Tunggu!
Itu dia! Daun dan ranting berjatuhan! Secara spontan Elfeth mengalihkan pandangan nya keatas melihat pepohonan. Nymph yang melihat reaksi secepat itu ikut mengalihkan tatapan nya mengikuti kemana arah tatapan Elfeth tertuju.
Kini daun dan ranting lebih banyak berjatuhan ketimbang dari yang sebelumnya.
"Lari!" Teriak Nymph kepada dirinya dan mulai mengepakan sayap terbang keatas meninggalkan dirinya seorang diri.
"yang benar saja" Balas teriak nya kepada Nymph yang sudah terbang jauh.
Ia kembali mengalihkan tatapannya mencari apa yang sedang mengejarnya kini.
Itu! Bayangan gelap! Ia langsung berusaha bangkut dan berlari meninggalkan tempatnya kini.
Bayangan gelap yang selalu tinggal dihutan bukan sembarangan bayangan biasa. Namun bayangan gelap lah yang harus di hindari ketika ingin pergi ke sebuah hutan dimana pun.
Sungguh sial dirinya harus terjebak di hutan bayangan ini. Jika sadari awal ia tau ini hutan bayangan, sudah pasti ia akan lebih cepat untuk meninggal tempat ini.
Siapa pun yang tertangkap bayangan gelap, pasti akan berubah menjadi gila hingga ajal menjemputnya. Bayangan gelap sendiri ada karena terlahir dari sifat buruk semua mahkluk hidup. Hingga menjadikannya sebuah hasrat yang kini hidup dan dikenal bayangan gelap.
Rasa sakit secara perlahan menyerang tulang nya akibat terjatuh tadi. Tapi hal itu tidak bisa membuat menghentikan langkahnya atau ia akan celaka.
Bayanga itu sekarang menampakan wujudnya mengejar Elfeth, melihat hal tersebut ia menambah kecepatan langkah nya. Rasa sakit sebisa mungkin ia lupakan.
Semakin ia paksa secepat itulah tiba-tiba pandangan nya mulai kabur, hingga ia tersungkal jatuh oleh sebuah akar pohon. Pasokan napasnya mulai menipis, tubuhnya tak bisa di gerakan sama sekali, dadanya sudah sangat sesak dan bayangan gelap itu pun sudah tepat di belakangnya.