"Tuanku raja, semua persiapan telah selesai. semua menantikan perintah anda"
"hahhhh"
sebuah helaan panjang dikeluarkan oleh pria yang dipanggil sebagai raja tersebut. kantung matanya menunjukkan kalau ia beberapa hari ini tidak tidur. kerutan di dahinya bukti bahwa ada pikiran yang sedang berkecamuk di dalamnya.
"jalankan sesuai rencana!"
"baik Tuanku Raja"
____________________________________________
langit cerah tak berawan menghiasi langit diatas istana kekaisaran Astra
"bahkan langit ikut berbahagia dengan anda Yang Mulia"
"..."
ia terdiam, metatap langit biru diatas sana melalui jendela menara istana. aku yakin kini ia metatap pula barisan gunung Kelambu yang memanjang ke arah Utara tersebut. hari ini memang jelas indah, namun entah apa Yang Mulia pikirkan. ia seolah sedang bersiap menghadapi bahaya besar yang akan datang sewaktu-waktu
"badai paling besar, bisa saja hadir di hari paling cerah Panglima"
"tentu Yang Mulia"
aku mencoba menjawab setenang mungkin, tanpa mengeluarkan emosi dan ekspresi apapun
sebagai seorang panglima, pemimpin pasukan udara region Utara, aku tidak setuju dengan apa yang yang ia katakan. aku adalah anggota keluarga burung hantu, Panglima Alba, memahami langit dan fenomenanya merupakan bakat yang kubawa dari lahir. bagaimana mungkin badai hadir dari langit biru tanpa awan ini?
"kirim beberapa pasukan untuk mengamati gunung Kelambu, aku punya perasaan buruk akan tempat itu"
"baik Yang Mulia. Hamba izin pamit untuk melakukannya"
aku berjalan mundur perlahan, sesampainya di luar pintu dan tidak kudapati lagi sosok raja. aku berbalik dan berjalan ke arah tangga bawah
"cih"
di hari sepenting ini, pasukan mana yang mau dikirimkan ke luar? kalau kutanya kan pada mereka satu persatu, tentunya mereka akan menolak semua perintah ini!
ya walaupun sebenarnya mereka tidak bisa menolak perintah seorang Panglima Alba
hal ini dapat merusak reputasi ku! kepercayaan pasukan bisa pudar pada pemimpin yang mengirim pasukannya bertugas disaat pasukan lainnya menikmati pesta besar di istana
"mungkin, kalau mereka... "
tiba- tiba aku mengingat sebuah pasukan yang baru-baru ini berada dibawah Panji armada langit Utara, pasukan sayap kosong
ia seperti namanya, ini satu-satunya pasukan di bawah Panji armada langit utara yang anggotanya tidak memiliki sayap. mereka adalah kumpulan manusia yang dipindahkan dari armada Bumi Selatan. dalih pemindahan yaitu jumlah manusia yang sudah terlalu banyak di armada bumi selatan
"cihh! si Badak sialan itu, selalu menyusahkan" aku mengatupkan rahang ku
akhir dari tangga ini hanya satu, keluar. keluar dari menara bodoh ini, aku disambut pemandangan dari tenda-tenda pasukan berjejer tidak rapih disekitarnya.
beberapa burung hantu turun mendekati.
mereka berdiri diatas salah satu dengkulnya. sebuah penghormatan sederhana atas orang dengan jabatan diatasnya. burung hantu dengan jabatan tertinggi berbicara
"Marsekal Tito memberi hormat pada Panglima Alba"
"Tito, panggil pasukan tanpa sayap. suruh mereka bersiap untuk misi pemantauan"
marsekal tito diam sejenak. tentu ia kaget. kenapa sebuah pasukan dikirim misi pemantauan disaat seluruh istana menikmati pesta besar pernikahan pangeran?
"apakah mereka melakukan kesalahan Panglima? mungkin mereka bisa melakukan pemantauan setelah pesta usai"
"aku bukan orang yang tega, ini perintah raja"
Kutunjukkan raut lelah dan penuh simpati untuk meyakinkan ucapan ku tadi
"Ahhh! atau barangkali, kau dan pasukan mu mau menggantikan mereka marsekal Tito?"
wajahnya menjadi kaku. tentu saja ia tidak akan mau melakukan hal tersebut
"segera saya panggilkan pasukan tanpa sayap marsekal"
"tidak usah! akan aku lakukan sendiri"
sayap yang selama ini terlipat akhirnya bisa membentang. sebuah hentakan kecil di tanah, dan aku sudah berada di udara. kepakan ringan dari bulu-bulu halus dan rapat di sayap ini membuat aku sempurna terbang tanpa suara. seolah suara angin ditelan diantara bulu-bulu tersebut.
marsekal yang congkak dengan menolak perintah ku tadi mulai tak terlihat, tertutup tenda-tenda dan orang-orang lain yang lalu lalang di udara dan tanah.
Aku membayangkan bahwa ia saat ini sedang merasa cemas karena bentakan aku tadi
"hehe, entah bagaimana wajah bodohnya itu saat ini"
aku membayangkannya dalam-dalam. hal ini salah satu kesenangan yang biasa aku lakukan. membuat kondisi yang sulit bagi mereka yang sering menyanggah pendapat dan perintahku. mereka pantas mendapatkan perlakuan ini!
sayap ku menyempit, meningkatkan akselerasi. terbang lurus tanpa hambatan, menuju barisan tenda terakhir. tenda manusia.