Suara musik yang terasa begitu asing memenuhi seisi tempat yang dipenuhi lampu kelap-kelip itu, bau alkohol pun terasa begitu menyengat hingga membuat kepala seseorang pusing jika menciumnya. Terlihat seorang gadis cantik tengah duduk disebuah kursi kosong di ujung dengan mata yang jelalatan kesana-kemari. Malam ini dia diperintahkan oleh sang ibu untuk menemui seseorang lelaki yang tidak Camelia kenal. Tanpa pikiran negatif, gadis ini pun menerobos tempat yang tentu saja sangat asing bagi Camelia.
Beberapa pasang mata terus menatap ke arahnya, seolah menginginkan tubuh mulus yang sangat indah untuk ditatap itu. Camelia merapatkan kedua kakinya sembari menutupi dengan tas kecil yang dia pegang, sudah hampir satu jam dia masuk ke tempat ini namun belum ada tanda-tanda lelaki itu. Seketika Camelia berfikir apakah ucapan sang ibu hanya lelucon? atau taktiknya saja. Dia pun tidak tahu.
"Apa aku pulang saja?!"
Karena merasa tidak ada gunanya, Camelia berdiri dari tempatnya duduk itu lalu berjalan dengan kepala menghadap ke bawah, tanpa sadar dia menabrak seseorang yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ma--afkan saya pak." ucap gadis itu gugup.
Lelaki tinggi bertubuh kekar itu mengerutkan alisnya, dia merasa tersinggung dengan panggilan yang dilontarkan gadis asing dihadapannya. "Kau bilang aku pak?"
Camelia menatap ke asal suara, dia melihat seorang lelaki tampan berjaket kulit dengan wajah yang mirip seperti artis-artis Korea di televisi. Kulitnya putih bersih dengan hidung yang mancung, orang itu bagaikan sebuah karya seni yang sangat indah sekali untuk dipandang. Namun seketika Camelia tersadar dan kembali menundukan kepalanya, dia tidak boleh memandang orang asing begitu saja.
"Maaf saya kira bapak-bapak, maaf juga sudah menabrak anda saya benar-benar ceroboh, permisi Tuan."
Ketika Camelia hendak pergi, lelaki tampan nan rupawan itu menarik lengannya dengan kasar. Dia menatap dari ujung kaki hingga ujung rambutnya secara detail, gadis ini mirip sekali dengan seseorang yang hendak dia temui. Namun Camelia sudah merasa risih terlebih dahulu karena secara tiba-tiba orang asing menyentuhnya seperti ini.
"Tuan tolong lepaskan tangan anda!" ucap gadis itu dengan nada sedikit meninggi.
Lelaki tampan itu tersenyum sembari memperkuat cengkeramannya. "Iya sepetinya ini benar kau, bukan begitu nona Camelia?"
Camelia menelan ludahnya kasar, tangan mungil itu sedikit gemetar. Dari mana lelaki arogan ini mengetahui namanya?! seketika Camelia pun merasa sangat curiga lalu memundurkan langkahnya. Dia sangat takut jika orang ini memiliki niat buruk yang tidak disangka-sangka.
"Dari mana kau tahu namaku?!" tanya gadis itu dengan mata yang membulat.
Tanpa banyak bicara lagi, lelaki itu langsung memanggil kedua anak buahnya kemudian menyeret Camelia ke tempat yang lebih tenang. Lebih tepatnya disebuah ruangan khusus yang sering digunakan orang-orang VIP untuk menikmati waktu private mereka. Gadis ini sangat ketakutan, dia mencoba untuk melawan dengan meronta-ronta namun sayangnya cara itu tidak akan pernah berhasil. Karena kedua orang suruhan itu tenaganya jauh di atas Camelia.
Brakkk !
Pintu ruangan kedap suara itu ditutup dengan sangat kencang setelah berhasil mendorong Camelia ke dalamnya. Disana sudah duduk seorang lelaki tampan yang dari tadi sudah berjalan terlebih dahulu, dia menatap selembar poto yang ada ditangannya sembari melirik sesekali gadis yang tengah duduk dilantai itu.
"Katakan, kau Camelia benar?" tanya si lelaki tampan dengan wajah serius.
Gadis itu mengangguk. "Iya namaku benar Camelia, tapi dari mana kau tahu? apa kita pernah saling mengenal sebelumnya?"
Ekspresi lelaki itu langsung berubah seketika, dia berjalan menghampiri Camelia lalu membelai wajah cantik itu dengan sedikit rasa jijik. Postur tubuh, wajah yang polos dan nada bicaranya itu benar-benar tidak dia sukai.
"Berani sekali wanita tua itu menawarkanku harga yang sangat mahal untuk seorang gadis menjijikan sepertimu." ucap lelaki itu dengan senyum kecil dibibirnya.
Camelia termohok. "Apa maksud ucapanmu itu Tuan?" tanya gadis itu sedikit geram.
"Apa ibu yang materialistis itu memintamu untuk menemui seseorang?" tanya lelaki itu.
"Iya, dia memintaku untuk menemui seseorang." jawab Camelia dengan wajah polosnya.
Lelaki tampan itu mengangguk. "Iya orang itu adalah aku, jadi bagaimana apa kau puas Nona?"
Camelia terdiam, jika orang yang dimaksud sang ibu adalah lelaki brengsek ini maka hidup Camelia dalam bahaya. Entah rencana buruk apa lagi yang akan menimpanya saat ini, yang jelas pasti akan sangat merepotkan. Pertemuan pertama yang sangat mengejutkan dan juga meresahkan, ketika seorang lelaki tampan yang awalnya dia anggap sebagai seorang malaikat rupanya adalah orang suruhan sang ibu. Tidak mungkin tanpa sebab wanita paruh baya itu meminta Camelia untuk menemui seorang lelaki jika tidak ada maksud lain. Karena sebelumnya pun dia hampir diperkosa oleh seorang lelaki tua yang memaksa untuk menjadikan Camelia sebagai istri keduanya.
Nasib buruk terus berdatangan tiada henti, apalagi ketika keuangan keluarga semakin hancur. Sang ibu seperti memperalat putri bungsunya itu sebagai lahan untuk mencari uang, dia bahkan tidak perduli bagaimana perasaan gadis malang itu.
Camelia pulang kerumahnya dengan berlinang air mata, memang tidak ada hal yang terjadi ketika dia bertemu dan mengobrol sedikit dengan lelaki bernama Rey Ardiansyah itu. Hanya saja perasaannya tidak bisa untuk dibohongi, apalagi ketika lelaki sombong itu mengatakan tentang masalah utang piutang sang ibu yang sampai sekarang belum dibereskan. Padahal selama ini Camelia sudah bekerja sangat keras, banting tulang untuk memenuhi segala keinginan sang ibu dan juga kakaknya. Namun tetap saja bagi mereka uang selalu saja kurang, apalagi kak Johnny. Di umur yang sudah menginjak dewasa, dia masih saja mengandalkan sang ibu dan adik perempuannya untuk mendapatkan uang.
Lelah, sudah pasti jelas terlihat dari wajah gadis cantik ini. Namun demi membahagiakan keluarga kecilnya itu Camelia harus kuat.
"Ya Tuhan tolong kuatkan hatiku, semoga hal buruk yang sedari tadi memenuhi pikiranku adalah salah."
Camelia berjalan menyusuri gelapnya malam, sebelah tangan yang sempat dicengkeram hebat oleh lelaki itu terasa begitu perih. Dia sangat kasar dan juga memiliki tatapan yang dingin, tidak ingin Camelia berurusan dengan orang seperti itu lagi. Sungguh sangat mengerikan.
Karena merasa sudah terlalu malam, gadis ini pun menghentikan sebuah taksi lalu pulang kerumah. Camelia berusaha untuk melupakan hal yang sudah terjadi malam ini, dan mengubahnya dengan senyuman palsu. Walau pun banyak rintangan serta cobaan yang datang tiada henti setiap harinya, gadis ini tetap yakin jika dibalik itu semua pasti ada hikmah yang tersimpan. Suatu saat nanti, walau pun entah kapan Camelia yakin pasti ada kebahagiaan yang sedang menantinya. Dan semoga saja semua itu bisa merubah hidupnya menjadi lebih berwarna.