Chereads / Gadis Tomboy Penakluk Hati CEO Lekong / Chapter 2 - Jalani hukum atau hobi?

Chapter 2 - Jalani hukum atau hobi?

Muti tampak tersenyum senang bahkan sangat bersemangat memoles cat pada karya seni lukis yang sebelumnya telah berbentuk pola yang walaupun tidak terlalu jelas tapi dengan mudah Muti membuat lukisan abstrak tersebuat seakan menjadi hidup, sangat berkualitas serta memiliki nilai jual yang pastinya sangat tinggi.

Muti Memang memiliki hobi melukis sejak kecil, dan Ibu dan Ayahnya selalu saja membelikan apapun yang diinginkan olehnya. Mereka sangat memanjakan Muti sejak kecil tapi dengan semua limpahan kasih sayang tersebuat tidak membuat Muti menjadi seorang yang malas Muti justru suka menggambar, Akting dan Bela diri adalah salah satu keahliannya yang tentunya hanya diketahui oleh orang tuanya saja.

Jika Ibu Arum yang sangat mendukung Putrinya dalam bidang menggembar maka Ayah Muhidin malah sangat bersemangat menjadikan Muti seorang atlit taekwondo sama sepertinya.

Sehingga sikap Muti yang memang dulu sangat manja dan manis mulai sedikit berkurang setelah mendapat banyak ilmu beladiri dari Ayahnya langsung. Muti diajarkan untuk menjaga sholat, bertanggung, berlaku adil dan hanya akan memakai ilmu bela dirinya jika dalam keadaan benar-benar terdesak dan terancam.

"Kamu ingin pergi kemana, hukuman mu belum selesai?" ucap Davin yang menatap kesal kearah wajah perempuan dengan Rambut ungu yang terlihat santai setelah menyelesaikan hukum pertamanya.

"Aku harus melakukan kewajiban ku pada Tuhan ku...., apakah kalian non Islam?" tanya Muti pada kedua seniornya.

"Tentu saja kami Islam, iyakan Vin?" ucap seorang pria yang selalu berada disamping laki-laki bernama Davin itu.

"Baiklah kalau begitu aku tidak perlu menjelaskan." ucap Muti yang pergi meninggalkan kedua seniornya itu dan pergi kearah mesjid yang kebetulan adalah didekat kampus.

Muti sebenarnya sehari sebelum Masa Perkenalan telah survey tempat yang akan digunakannya untuk menimba ilmu untuk jenjang S1. Dengan beberapa teman baru yang kebetulan ngekos di sekitar lingkungan kampus sehingga memudahkan dalam berteman.

"Bagaimana dia tau lokasi masjid terdekat bukanya dia adalah murid baru?" ucap laki-laki yang berada disamping Davin.

"Seno itu tidak penting. Ayo kita ke masjid." ucap Davin.

"Ngapain, ngawasin tu anak baru bos?" ucap Seno.

"Salat dodol ini dah masuk waktu zhuhur, habis sholat baru kita lanjutkan berpikir ngasih hukum apa lagi ama tu cewek Es." ucap Davin.

Tentunya Seno merasa heran karena memang Davin jarang solat di mesjid atau lebih tepatnya Davin lebih sering solat di kosan mereka atau tempat lain yang lebih sedikit orangnya dibandingkan dengan masjid.

"Tapi cewek calon mahasiswa baru itu walaupun terlihat sangat preman ternyata seorang muslimah yang taat juga ya, dia bahkan menyatakan kita untuk solat Zuhur tepat waktu." ucap Seno.

Davin tidak menanggapi ucapan Seno dan segera untuk mengambil air wudhu dan kemudian masuk ke mesjid yang sangat jarang dilakukan olehnya jika bukan hari-hari penting seperti hari Jum'at dan hari raya mungkin.

Selesai melaksanakan sholat Zuhur tentu saja David dan Sean menunggu, calon murid baru perempuan yang belum sempat menyebutkan Namanya tersebuat. Melihat keberanian perempuan itu Davin yakin tidak mungkin perempuan itu kabur dari hukumannya.

"Lihat Bos itu dia." ucap Seno yang terdengar bersemangat saat melihat sosok perempuan berambut Ungu sedang meliput Mukena yang berwarna senada dan memasukannya kedalam tas.

"Kita samperin dia." ucap Davin.

Sebenarnya Davin hanya penasaran dan ingin mengetahui nama perempuan yang sangat unik dan berbakat tersebuat, Karena mamang Calon mahasiswa baru Ospek Selma tiga hari dari pagi sampai sore dan itu berarti Mutia tidak bisa pulang siang ini dan baru mengetahui hal ini dari teman barunya tadi saat dia baru selesai solat.

"Bos kita dipanggil oleh dekan saat ini juga, sepertianya berkaitan beberapa lomba dan pentas seni dari UKM kita dalam penyambutan mahasiswa baru dia hari lagi." ucap Seno.

Karena mendengar ucapan dari Seno tersebuat terpaksa membuat Davin menunda rasa penasarannya untuk segera mengetahui siapa nama waniata berbakat yang telah melukis dengan sangat baik itu.

"Mut.. yuk kembali ke gedung GSG," ucap perempuan yang merupakan teman baru Mutiara.

"Aku lagi ngejalanin hukuman, kamu duluan aja ya Lucy nanti aku nyusul setelah hukum ku selesai." ucap Mutia yang baru saja selesai memasang sepatunya.

Karena takut terkena hukum akhirnya Lucy pun menyetujui ucapan dari Mutia, walaupun sebenarnya Lucy sebenarnya tidak tega untuk meningkatkan teman barunya itu. Seorang Lucy sangat berbeda dengan Mutia jika Mutia terlihat sangat pereman dan pemberani, Lucy malah adalah seorang perempuan berkaca mata yang kebetulan memiliki hobi menyanyi dan menari tapi tidak berani tampil didepan umum.

"Ya udah aku duluan ya...., hati-hati..." ucap Lucy yang segera pergi meninggalkan Mutiara karena semua mahasiswa baru telah pergi ke gedung GSG karena mereka hanya diberikan waktu yang singkat untuk istirahat sholat dan makan.

"Iya...." ucap Muti yang tersenyum ramah pada teman barunya yang sepertinya terlihat sangat mencemaskannya.

Saat jika bukan karena beberapa hari yang lalu Muti telah berjanji pada bundanya untuk tidak berbuat ulah dihari pertama masuk kulaihnya pastinya Muti akan bersikap santai dan tidak akan keberatan sama sekali jika harus membolos.

"Aww.... heh bocah klo jalan Hati-hati....," ucap seorang laki-laki yang suaranya terdengar merdu di kuping Muti.

Karena terburu-buru untuk kembali ketempat yang sebelumnya Muti dihukum, mengakibat Muti tanpa sengaja menabrak seseorang yang sepertinya terlihat seperti seorang penjahat atau orang penting dari penampilannya.

"Maaf Om gak sengaja...," ucap Muti yang berniat untuk pergi setelah meminta maaf.

Lagi pula seorang Pria dewasa yang ditabraknya baik-baik saja bahkan bisa berdiri dengan tegak dan benar dihadapannya saat ini. Tapi sepertinya Pria itu tidak terima jika Muti meninggalnya.

"Bocah Terong..... aku belum memaafkan mu.., lihat handphone ku jadi rusak karena ulah mu. Sekarang ganti." ucap pria dewasa itu yang sepertinya berniat untuk memeras Muti.

"Gak mau, itu kecerobohan Om Pink sendiri yang pegang handphonenya terlalu lembek." ucap Muti yang tidak diterima jika harus diperas oleh orang yang terlihat kaya dari pakaian tapi minim seperti akhlak karena berniat ingin memerasnya.

"Bocah Terong asal kamu tahu.... berbagai jadwal, bisnis dan pekerjaan ku ada di handphone ini. Yang sayangnya saat ini telah rusak karena kamu yang tadi telah menabrak ku!" ucap Pria dewasa itu dengan dingin, hampir meledakan amarahnya tapi masih berusaha bersikap lebut.

Tentu saja Muti tidak terima panggilan dengan seorang pria asing yang dihadapinya saat ini telah menyebut dirinya sebegai bocah terong. Bagi Muti dirinya selelu terlihat imut dan menggemaskan mana mungkin mirip dengan terong sayur.

"Om Pink gue gak peduli dengan urusan Lo gue udah minta maaf tadi..., minggir atau gak jangan menyesal nanti klo aku banting." ucap Muti yang sangat ini udah hampir habis stok kesabaran.

"Bocah perempuan mungil sepeti mu, berani mengancam ku?" tanya pria dewasa itu dengan remeh.

Karena sudah merasa benar-benar kesal dan terdesak, dengan enteng Muti bisa membanting tubuh pria dewasa yang memiliki ukuran tubuh dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya.

"Aakh... aku rasa punggung ku sepertinya patah.... aaakh... bocah terong sialan... jangan kabur kamu!" ucap laki-laki dewasa itu yang tidak lain adalah Aditya Satyawan yang saat ini berteriak, karena merasa kesal pada wanita mungil yang telah membanting dan meninggalkannya pergi begitu saja.

"Ayah, Ibu maafkan aku yang telah Tampa sengaja membuat ulah. Tapi aku tidak sepenuhnya salah Om Pink ini sendiri yang berniat ingin memeras ku di parkiran masjid pula." Batin Muti.