Chereads / SKANDAL ARTIS / Chapter 2 - 2 | SKANDAL ARTIS

Chapter 2 - 2 | SKANDAL ARTIS

Dua kaki Jared melangkah menuju pintu restoran De' Levagna. Tak lupa menutup wajahnya dengan masker, berjalan mencari sosok gadis muda bernama Genevieve. Pakaiannya sudah rapi, lapis kemeja hitam, dan seluruh apa yang dipakainya saat ini bewarna sama. Walaupun ia berkeringat di ujung dahi, auranya bisa dibilang cukup berkharisma.

Malam ini adalah termasuk kencan yang dimata-matai. Otaknya berpikir, spot tempat mana yang mudah mengawasi dan titik buta dari kamera cctv. Jared langsung menemukan seorang gadis yang tengah duduk di bangku tengah lantai dua. Gadis itu cukup familiar dari segi rambut dan pakaian.

Sebelum Jared kemari, Oma memberikannya foto seorang wanita. Ciri-cirinya sama seperti yang saat ini lelaki itu lihat. Tanpa menunggu aba-aba, Jared duduk di kursi. Kedua alisnya naik turun setelah melihat gadis itu terkejut ada yang duduk di tempatnya tanpa bilang permisi.

"Jared," ucap Jared membuka masker. Gadis itu seketika beroh, mengangguk angguk. Wajahnya cukup anggun, terlihat begitu sopan dan terlalu lunak bila menatap lawan bicaranya. Seakan dia lebih senang dengan orang jenaka.

"Aku, Gene. Senang berkenalan denganmu, Jared. Aku, ah. Gini," katanya kaku memandang Jared tanpa menoleh ke mana-mana. Walaupun gadis itu terlihat salah tingkah, dia cukup profesional.

"Aku ..., perkenalkan, aku Genevieve."

"Aku, tahu." Jared menggangguk.

"Aku sempat dengar tentangmu. Mengapa ingin dijodohkan?" Genevieve bertanya. Wajahnya terlihat seperti anak kecil. Takut bila omongannya salah di mata Jared.

"Yah, kau ingin mendapatkan jawaban yang jujur dariku atau yang membuatmu senang?" balik Jared bertanya. Alisnya mengangkat satu.

"Kurasa jujur itu perlu. Aku tidak ingin ada sesuatu yang membuatku janggal." Genevieve menaikan kedua tangan di meja.

"Baik," balas Jared tersenyum.

Sebelum ia melanjutkan, kedua matanya menangkap seorang laki-laki berkeprawakan kurus ceking berdiri di sebelah tembok menatap ke tempat mereka. Dandanannya agak kampungan, memakai dasi, topi koboi dan kumis yang terlalu lebat. Jared menduga, itu adalah mata-mata dari Oma. Atau bisa saja sepupunya mengirimkan orang untuk mengawasi mereka.

Jared menoleh ke wajah Genevieve.

"Aku bukan orang yang mau dijodohkan. Hanya karena kasihan pada Omaku yang sudah tua. Bila kamu kecewa dengan kalimatku, aku maaf. Itulah fakta sebenarnya."

Genevieve bergeming. Matanya serius memandang Jared. Beberapa detik selanjutnya tersenyum lebar.

"Aku, juga," balasnya dengan senang. Jared mengerutkan kening. Ia bingung dengan sikap Genevieve yang tidak tersinggung.

"Kau? juga?" Genevieve mengangguk.

"Perjodohan ini membuatku gerah. Aku bahkan sudah menolak beberapa kali, aku menolak mereka karena kurasa ketidak cocokan kita dalam bergaul atau kupikir karena selera mereka terlalu tinggi. Pun, aku tidak suka adanya kekangan." Genevieve nyengir lagi.

"Baguslah kalau begitu. Kita tidak perlu menjadi orang asing begini. Aku tidak perlu lagi menolakmu secara halus. Situasi kita ternyata sama," ungkap Jared senang.

"Betul. Aku juga malas basa-basi. Aku ingin berkarir dulu. Terlibat dalam organisasi, serta menentukan hidupku sendiri."

"Omong-omong," kata Jared melirik ke sebuah bayangan yang memata-matai mereka. "Apa ada laki-laki yang sedang dekat denganmu? Di tembok yang tak jauh dari pintu toilet ada seorang laki-laki pendek berkumis yang sedang melihati kita di sini."

"Ah .." Genevieve ingin menoleh. Namun Jared menahan tubuh gadis itu untuk tidak membuat pergerakan.

"Jangan melihat ke belakang," katanya. Kemudian Jared berdiri dari duduk, berjalan perlahan-lahan menuju tempat lelaki itu berdiri.

langkahnya mirip pencuri, tak ada suara, mengendap-endap sampai tangannya berhasil mencengkram bahu lelaki itu dan menariknya ke dalam toilet.

suara lelaki itu melengking tiba tiba. dia memukul-mukul lengan Jared tanpa henti. namun, Jared membawa lelaki muda itu dengan kasar dan menghempaskannya ke lantai. lelaki muda itu meringis.

"Ugh!" keluhnya.

"Mau cari perkara, ya." Jared berjongkok. Dia menatap lelaki muda itu intens.

"Bukan! Anda salah."

"Wanita?" pekik Jared mengernyit.

Lelaki muda yang barusan Jared hempaskan adalah sosok wanita. Bahkan Jared terlihat kebingungan.

"Ssst! Jangan keras-keras. Tolong dengar. Aku sedang membuntuti Papaku yang sedang bermesraan dengan cewek. Kamu mending minggir dari sini. Jangan buat aku ketahuan."

"Tapi matamu selalu tertuju ke arahku."

"Tepat di dekat jambulmu dari sini, adalah Papaku! Sudah cukup, jangan banyak omong. Tolong minggir. Kamu mengganggu ketenanganku!" ucapnya berdesis.

Tapi sayangnya kejadian itu terdengar begitu berisik. Membuat pasang mata melihat ke arah dua orang anak yang berada di dekat lantai.

"Ada apa ini?" terdengar suara laki laki yang begitu berat. Pantulan matanya kebingungan. Lantas gadis yang menutupi tubuhnya dengan berpenampilan laki-laki itu pun berdiri. Spontan menutup mulutnya.

"Odith!" Laki-laki itu tertegun melihat penampilan gadis di hadapannya. "Kamu ngapain di sini!"

Jelas ia tahu gadis yang menyamar itu. Alhasil Jared yang berjongkok itu langsung ikut berdiri. menilai keduanya dari sisi orang ketiga.

Kedua mata orang itu sama, dengan postur yang begitu berbeda. Ketika mengerti posisi Jared itu terlalu dekat, alih-alih ia mundur beberapa langkah.

"Pakai-pakaian begini untuk menyamar? Odith, Papah tidak suka kamu seperti ini. Pulang!" perintahnya lumayan cukup membuat pasang mata menoleh ke arah mereka. Kemungkinan besar pemandangan ini langka.

Gadis yang menyamar itu akhirnya membuka mulut, membeo. Tapi, sayangnya ia langsung bungkam karena terlalu jengkel. Kemungkinan terbesar untuk membuntuti ayahnya yang selingkuh saat ini gagal total. Ia memandangi Jared lalu keluar dengan pipi yang memerah.

"Kamu tak apa?" Genevieve tiba-tiba datang di sebelah Jared. Gadis itu memandangi sosok laki-laki yang barusan memarahi seorang anak laki-laki jadian itu.

"Aku tak apa. Ayo, lanjutkan perbincangan kita. Tadi sampai mana?"

"Kurasa kita perlu pergi, karena perasaanku tidak nyaman setelah adanya insiden ini terjadi," balas Genevieve.

"Oke. Kita pindah tempat atau mungkin lain waktu dapat bertemu?"

"Kemungkinan, lain waktu. Terima kasih, Jared atas jamuan makannya. Aku harus pergi."

"O.. Ya, sampai jumpa, Gene."

**

"Kok cepat? Kita baru saja ingin menikmati tanpa kehadiranmu, Jared." Jordan membuka suara memandangi wajah Jared yang tengah termenung.

"Hmm .. Kau tahu?"

"Tahu apa?"

"Tentang seorang wanita bernama Odith?"

"Odith?"

"Ya. Kurasa namanya terlalu familiar. Tapi, di mana aku menemukannya ya?"

"Entahlah. Yang Kamu katakan belum tentu aku mengenalnya. Bukan kah kamu berkencan dengan Genevieve? Kenapa nama itu yang kamu katakan."

"Aku hanya penasaran," balas Jared menyandarkan tubuhnya di bahu kursi. "Jangan dikatakan lagi. Kurasa aku butuh dua gelas es teh untuk mendinginkan kepala."

"Apa nama itu mengganggumu?"

"Ah tidak. Aku hanya asal sebut. Sudahlah, Jo. Lebih baik kita pulang."

"Ya, benar. Kita perlu pulang."