Hari ini adalah hari yang cerah, tak ada apapun yang mengganggu…
Ya, benar-benar hari yang tepat untuk memulai hidup baru. Ini bukan soal memulai hidup baru yang bahagia dengan penuh bunga dan tawa, ini bukan tentang itu…
Bahkan aku yang tak mengerti tentang rasa iba dan khawatir bahwa aku terlahir dengan sifat minor tersebut membuatku sedikit cemas, jika nantinya aku akan menjadi orang yang benar-benar berbahaya. Mungkin aku harus segera memulainya.
Aku masih mencoba untuk melemaskan beberapa pikiranku yang kaku selama beberapa bulan ini, aku berada di Jepang untuk beberapa waktu. Tapi itu bukanlah untuk bersantai, itu adalah perjuangan yang berat untuk bertahan… apalagi cidera yang aku peroleh dari mereka benar-benar lama sembuhnya.
Kami juga tak dapat melakukan upacara pemakaman dengan benar tentang dua orang teman kami, yah tapi setidaknya ada senyuman yang tulus dari keduanya. Aku benar-benar bahagia bisa melihat itu dan membuatku penasaran tentangnya.
Ketika berada di Jepang aku mulai mencari temanku, ah iya. Dia mungkin adalah teman lamaku ketika berada di sebuah desa, desa ini tidak begitu terpencil dan kami secara diam-diam menjalin hubungan.
Ketika itu aku memutuskan untuk berpamitan dengannya, tapi nampaknya ada hal-hal buruk yang menimpaku hingga akhirnya hubungan kami berdua tak ada kelanjutannya. Jujur saja aku agak buruk memperlakukannya, aku merasa bersalah dan ingin meminta maaf padanya. Namun, itu tak bisa begitu saja aku lakukan, aku harus mengatakannya dengan benar dan kita harus bertemu empat mata.
Hari ini adalah hari yang dijanjikan antara aku dan dia, hari yang pantas untuk memulai sebuah hidup baru bukan?
Tapi ini bukan benar-benar baru, karena setiap hal yang baru pasti ada sesuatu disana yang terjadi bebarengan dengan itu…
Ah, tidak-tidak… maafkan aku… seharusnya aku membuka hari ini dengan kata-kata yang lebih bagus.
Oh iya, kebetulan sekali…
Aku ingin memperkenalkanmu dengan dua orang yang telah merawatku dengan baik selama berada di Jepang, dari segi fisik umur mereka tak jauh berbeda denganku. Tapi kau tahu, menanyakan umur pada seorang perempuan sama dengan meminta satu kursi di neraka. Aku tak ingin termasuk ke dalamnya, jadi aku akan diam.
Mereka berdua bernama Yuki dan Alice. Yuki lebih ceria dibandingkan dengan Alice, Alice memiliki beberapa aspek seperti seorang permaisuri yang dapat mengakui kedaulatan negara tanpa bukti. Aku sedikit takut dengannya jika menyangkut masalah uang dan juga hutangnya, yang kebanyakan dihabiskan untuk sesuatu yang sedikit aneh, hobinya mengoleksi barang-barang unik yang mengandung energi magis. Mungkin dia semacam pengoleksi kutukan atau seorang eksorsis.
Yuki selalu melatih diRenattaya dengan benda tajam, oh maaf… maksudku dia memiliki bilah pedang yang selalu diselimuti dengan kain sehingga nampak seperti seorang kolektor senjata masa lampau. Dia banyak mengoleksi jenis pedang, mulai dari katana hingga bilah pendek dari asalku, keris. Tapi aku ragu dia akan menggunakan keris untuk berlatih. Karena dia membutuhkan jarak aman untuk menyerang, keris terlalu dekat untuk itu.
Sejujurnya kami kemari bukan untuk bertemu dengan teman lamaku, tapi kami harus kesini karena kami memahami sebuah peristiwa dan juga bukti kuat untuk itu. Jadi kami memutuskan untuk pergi kemari, disamping itu aku juga ingin mengerti tentang masa laluku sendiri.
Masa lalu yang tak dapat aku recall dalam pikiranku sendiri. Payah bukan?
Yah, ini benar-benar menyakitkan. Resiko tentang kematian dan juga kehancuran akan selalu ada dan membuatku termenung setiap saat. Apakah aku dapat bertahan di tengah-tengah pusaran kekacauan ini? Mengingat bahwa aku memiliki sesuatu yang begitu ingin dimiliki mereka membuatku berada di posisi yang serba sulit.
Maka dari itu, hari ini aku akan mencoba untuk melepasnya dan membuat segalanya lebih lapang untukku. Serta orang-orang yang aku ketahui sebelum aku masuk ke kubangan ini selamat dan tak mengkhawatirkanku.
***
07.45
Setelah melakukan beberapa persiapan untuk hari ini, semuanya akan berakhir hari ini.
Sejauh ini, hanya diRenattaya yang aku ingat baik-baik semenjak lupa ingatanku. Tapi ada beberapa orang yang kuingat dengan baik, bahwa Lee dan Robby mereka berdua adalah sahabatku dan aku juga mengajar di sebuah desa dengan ayahku. Tapi itu hanya sedikit, selebihnya semuanya tidak begitu jelas. Hanya itu yang aku tahu, kenangan di sekolahku dahulu pun tak dapat aku ingat lagi.
Hari ini aku akan bertemu dengan seseorang yang aku dapat temukan semenjak itu, yah mungkin kita pernah berhubungan di sekolah tapi aku berhasil menemukannya secara acak.
Namanya adalah Renatta Winternacht, dia orang yang benar-benar menarik dan kami berhubungan selama kurang lebih setahun. Dia benar-benar wanita yang mungkin terlihat sangat sempurna dengan satu kekurangan jelas, yah itu benar-benar sangat menarik. Tapi aku ingin tahu apa yang sebenarnya daRenattaya.
Akhirnya kami terus berjalan hingga ada sebuah perasaan timbul dari salah satu dari kami, aku hanya ingin tahu perasaan apa yang dapat aku rasakan sampai saat itu tiba.
Kau tahu tentang mitologi Yunani? Ah kau tahu tentang Mnemosyne? Mungkin aku sedang mencaRenattaya saat ini, agar teka-teki masa laluku benar-benar selesai saat ini.
Harapanku hanyalah aku tumpukan pada Mnemosyne untuk menjawab masa laluku, semoga saja ada titik terang setelah pertemuanku bersamanya. Harapanku berada padanya dan keputusasaanku berada pada jawabannya.
Ah… inilah akhirnya dimana semuanya akan terjawab.
Aku akan benar-benar menanti hari ini dengan baik sebagaimana hari-hari yang telah lama kita lalui Renatta. Hari-hari dimana ceritamu yang membosankan itu selalu menghiasi segala hidupku, cerita yang benar-benar membuatku muak dan mencurigaimu. Kau yang hanya menginginkan seseorang untuk mendengarkan ceritamu, segala hal tentangmu, dan seluruh hasratmu yang kau pendam dan kau rencanakan di masa depan.
Seluruh hal membosankan itu, terkadang membuatku muak mendengarnnya. Tapi kau tahu, segalanya benar-benar hampa sebelum kehadiranmu. Terlebih ada beberapa hal yang mulai timbul di dalam diriku, ah iya… ini benar-benar menyakitkan bahwa aku masih tidak bisa mencintaimu sampai sekarang.
Aku lupa untuk mengatakannya padamu, tapi mungkin saat ini… dimana semuanya berakhir, kita akan memperjelas segalanya dipertemuan ini.
***
08.45
Aku telah berada di tempat yang telah dijanjikan, segalanya nampak baik-baik saja hari ini. Aku telah berada di tempat ini kurang lebih sepuluh menit, dan tak ada tanda-tanda yang datang daRenattaya.
Aku ke tempat ini bersama dengan Yuki dan Alice, mereka berdua berada dekat denganku.
Tak berselang lama, sekiranya lima menit setelahnya seorang wanita datang dan bertanya padaku, dia cantik dengan wajah oriental yang masih terlihat di wajahnya. Seperti itulah, aku cukup heran dengannya sampai dia akhirnya mengatakan sesuatu padaku
"Selamat Pagi, kamu Ray kan?"
"Ah, iya benar sekali." Jawabku pendek sembari berdiri menyambutnya.
"Oh, syukurlah ternyata aku benar." Jawabnya dengan senyum tipis.
"Duduklah dahulu, mungkin pelayan akan datang kemari sebentar lagi jadi jangan sungkan."
"Oh, terima kasih. Apakah kamu sudah lama menungguku?"
"Tidak, tidak… aku juga baru saja sampai di tempat ini. Maafkan aku jika tempatnya kurang bagus menurutmu, karena aku sendiri tak tahu tempat yang bagus di sekitar sini."
"Ah, tidak apa… lagipula ini tidak buruk, seleramu juga bagus dan juga nyaman di tempat ini."
"Syukurlah jika demikian, pada awalnya aku ke negara ini bersama temanku. Mereka percaya bahwa aku berasal dari negara ini, namun sepertinya karena masalah ingatanku yang hilang di sana aku tidak terlalu mengingatnya."
"Jadi begitu, ada sebuah tujuan untuk memulihkan pikiranmu ternyata, lantas sibuk apa kau selama ini?"
"Sejauh ini selama aku berada di Jepang setelah kejadian itu aku menulis beberapa karya seperti novel dan juga kumpulan cerita pendek, tidak banyak aku hanya membuat tiga buah. Mereka tak banyak dibaca oleh orang-orang karena tema yang tidak umum."
"Memangnnya cerita tentang apa yang kau buat?"
"Tidak begitu bagus, mungkin terkesan membosankan karena banyak berisi tentang isi pikiranku sendiri. Tapi meskipun demikian aku selalu ingin mengerti lebih banyak tentang manusia, saat manusia disakiti dan juga saat manusia merasakan ketakutan dari hal-hal yang tak ia ketahui, seperti apa itu semuanya, aku ingin mengetahuinya. MempelajaRenattaya dan kemudian memasukkannya ke dalam unsur ceritaku. Terkadang aku memasukkan mitos dan juga sedikit sejarah pada ceritanya."
"Hm, menarik… walau demikian semuanya masih begitu terasa hambar jika kau tak berusaha dengan baik, kau juga seharusnya paham bahwa ceritamu itu haruslah melihat pada sisi aktual tentang anak muda."
"Ah, mungkin itu ada benarnya. Sebenarnya aku ingin menceritakan tentang kisah cinta, namun karena pengalamanku sendiri buruk tentang itu mungkin aku akan gagal untuknya."
"Hm, kau memang benar-benar tak berubah… semenjak awal kita bertemu, kau selalu saja begini, larut dalam kesibukanmu dan ketika ada seseorang yang bertanya tentang itu kau akan menerangkannya dengan penuh semangat dan wajah yang berbinar-binar. Rasanya benar-benar nostalgia."
"Benarkah? Aku tak merasakan hal itu, tapi dibalik itu aku selalu mencoba untuk tulisanku tidak diketahui oleh mereka."
"Hm, jadi begitu… Ray, aku ingin bertanya kepadamu tentang sesuatu, sesuatu yang telah kau katakan padaku saat itu… Ray apa tujuanmu saat ini?"
"Tujuanku ya? Tujuanku selalu sama, mencoba menjadi orang yang lebih baik dan terus berusaha untuk itu, demi memberikan manfaat yang lebih baik pada orang-orang. Aku selalu mencoba untuk menjadi orang yang seperti itu. Walaupun…"
"Walaupun dirimu berakhir dengan kegagalan dan penuh kesulitan, kau akan terus menganggap segalanya adalah pengorbanan yang setara dari tujuanmu! Kau bodoh Ray…"
"…"
"Bagaimana kau bisa mengorbankan segalanya demi orang lain tanpa memperhatikan dirimu sendiri dan kebahagiaanmu… kau… kau benar-benar membuat orang-orang yang menyayangimu terluka di sekitarmu ––––"
"…"
"–––– Seharusnya kau lebih memperhatikanmu dan juga kebahagiaanmu, jangan buat dirimu sendiri martir untuk kebahagiaan orang lain yang pantas untuk dikorbankan. Ray, jadi tujuanmu sebenarnya apa?"
"–––– Sebenarnya aku sangat menginginkan kebahagiaan, entah kenapa orang-orang yang aku sayangi dengan tulus harus berakhir berpisah denganku, aku mulai menetapkan diriku sendiri sebagai seseorang yang dibenci, direndahkan. Aku akan selalu senang ketika orang-orang yang aku sayangi telah menjadi pribadi yang lebih baik dan juga baik-baik saja setelah aku tidak ada. Begitulah sekiranya tujuanku yang sebenarnya."
–––– Eh? Kata-kata yang tiba-tiba saja terlintas dariku ketika merespon perkataannya, aku mungkin sedkit mengingatnya tapi ini mungkin saat ketika aku masih kecil dahulu ya, ketika aku masih kecil ketika berada di sebuah desa aku memiliki seorang teman, perempuan yang mungkin sedikit lebih tua dariku, kita berdua selalu bermain dan juga menghabiskan waktu bersama-sama.
Hingga pada suatu saat diRenattaya terkena sebuah penyakit yang tak diobati dengan alasan biaya, hari-hariku sedikit hampa ketika itu dan pribadiku yang senang dan juga bahagia dan penuh semangat pun akhirnya menemukan sebuah kehampaan.
Apa yang telah terjadi, dan apa yang sebenarnya telah berakhir? Entahlah aku selalu berpikir bahwa dia bukanlah kenyataan, tapi jangan bercanda… ingatan tentangnya masih terekam jelas di kepalaku.
Ketika aku kembali melihat ke arah Renatta, dia meneteskan air mata… seakan-akan memberitahuku bahwa ada seseorang yang menyedihkan di depannya, sedang mengenang sebuah ingatan yang baru saja muncul di kepalanya.
"Ray, tidak seperti itu seharusnya engkau hidup. Sudah sepantasnya seseorang sebaik dirimu mendapatkan kebahagiaan yang semestinya orang normal rasakan, mungkin aku tak bisa mengatakan ini tapi seberharga apapun seseorang di matamu, ketika dia meninggal segalanya tak akan lagi sama, baik itu perasaan yang terbangun dan suasana yang telah terbentuk, segalanya akan nampak berbeda. Kamu harus memahami itu, lagipula kamu sudah menjadi dewasa dan bisa menimbang apa yang seharusnya kau lakukan."
"Renatta, terima kasih banyak atas perasaan itu padaku. Tapi segalanya telah aku putuskan sebelum aku bertemu denganmu, segala hal yang telah aku lakukan itu semuanya berharga dan selalu aku berikan penghargaan, segalanya baik itu kita yang sama-sama sadar maupun sepihak aku akan selalu menghargai segala perbuatanku. Tapi secara tiba-tiba kamu membuatku mengubah segalanya dan menganggap apa yang telah aku lakukan adalah sebuah kesalahan dan aku harus mengubahnya untuk menjadi normal? Aku tidak sesakit itu sampai-sampai butuh rasa belas kasihmu itu Renatta!"
Ucapku pada Renatta dengan nada tinggi, rasa kesalku meluap dalam tiap kata-kataku padanya.
"––– Ray."
Renatta hanya terdiam setelah memanggil namaku, seakan-akan dia masih mempertahankan perasaannya padaku… memperteguh diRenattaya untuk tetap berusaha melunakkan hatiku.
Tetapi aku bukanlah laki-laki yang sependek itu, segalanya telah coba aku lakukan demi diriku sendiri dan juga demi orang lain.
Mengorbankan diri sendiri untuk orang lain juga untuk tujuanku pribadi, menyenangkan orang lain, itu juga termasuk demi diriku sendiri. Orang lain tak punya tempat untuk mengerti tentang itu. Adapun dirimu yang telah beberapa saat hadir untukku, segalanya tetap sama. Aku tak dapat mempercayaimu sepenuhnya dan juga orang lain, kecuali Alice dan Yuki, seburuk apapun mereka aku masih bisa mempercayai mereka dibandingkan denganmu!
"––– Renatta, mungkin ini tidak begitu membantu… tapi keputusanku telah bulat dan tak dapat diganggu gugat. Aku ucapkan terima kasih atas segala yang telah coba kau berikan padaku, apapun itu, aku juga memiliki kesalahan padamu yang mana aku sendiri pun juga tak dapat memaafkan diriku sendiri atas itu kecuali kau memaafkannya. –––– Renatta, setiap langkah yang telah aku lakukan sampai sekarang aku bertemu denganmu segalanya adalah bukti bahwa aku tak pernah berubah dan selalu bertahan pada tujuan yang sama. Maka, aku tak dapat merubah jalan hidupku begitu saja dan hinggap bersamamu. –––––"
"…"
"Benar juga, Renatta… bukankah kau sudah menikah dengan orang lain?"
"…"
"Benarkan?"
"…"
Renatta hanya terdiam, tak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya maupun tindakan untuk menjawabnya.
"Kenapa Renatta, kenapa kau berbuat demikian padaku? Aku sadar jika aku membiarkanmu begitu saja itu semua kesalahanku, tapi mengapa Renatta? Mengapa? Secara tiba-tiba kau luapkan apa yang telah kita putuskan bersama-sama?"
"Ray, apakah kau benar-benar paham bagaimana rasa kecewaku ketika kau tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa ragu dan tak menghubungiku? Bukankah itu sama saja dengan kau menghindariku dan mencoba menjauhiku? Kau bodoh Ray, kau bodoh!"
"Maksudmu?"
"Tentu saja kau bodoh karena tak memperhatikanku dan menyayangiku dengan serius, seakan-akan perasaanku itu hanya sepihak."
"…"
"Bagaimana bisa aku tenang dan juga bertahan sedangkan perasaan ini hanya sepihak dan tak pernah ditanggapi dengan serius?"
"Rena, maaf jika itu yang terjadi karena tujuanku pada awalnya adalah mencoba untuk menjadi normal dengan mencintai seseorang, tapi setelah aku lakukan ternyata tak ada yang berubah, masih sama dan tak begitu banyak hal terjadi. Aku ragu dan akhirnya aku mencoba untuk meninggalkanmu, tapi aku memiliki seikat janji padamu, jadi aku tak bisa begitu saja meninggalkanmu."
"Jadi begitu, kalau begitu baiklah sekarang kau bisa lupakan janji itu dan kau bisa meninggalkanku!!!"
Amarahnya yang tertahan selama setahun itu pun meluap padaku, diarahkan dan ditujukan hanya kepadaku. Beberapa orang yang ada di restoran pun berusaha untuk tidak mengganggu kami karena hawa yang dia keluarkan terlalu menakutkan bagi orang-orang di sekitar kita bedua.
"Tidak semudah itu Rena, aku masih mencintaimu Rena… ini bukan aku sudah bosan atau apapun untuk mengkhianatimu."
"… Apa? Mengkhianatiku? Sejujurnya apa? Apa yang kau inginkan dariku?"
Dia menantikan sebuah jawaban terang dariku.
"Tidak, aku tak dapat mengatakannya sekarang kepadamu. Ini terlalu rumit jika harus aku katakan padamu sekarang, banyak hal yang harus aku lakukan tanpa melibatkanmu dan aku juga harus berpisah denganmu karena hal ini dapat membuatmu terancam."
"Apa yang dapat mengancam diriku, selain perasaanku padamu yang kau gantung seperti ini? K-kau benar-benar… menyedihkan!"
"Maafkan aku, jika apa yang aku sampaikan padamu saat ini terlalu ambigu. Aku pun ingin menyampaikannya kepadamu dengan benar tetapi keadaan tidak memungkinkanku untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu. Sekali lagi, maafkan aku Rena. Maafkan aku, ini benar-benar di luar kendaliku. Semuanya benar-benar mendadak dan benar-benar tak dapat aku sampaikan padamu, karena nyawamu adalah taruhannya. Jadi aku harus benar-benar meninggalkanmu sampai waktu…"
"Cukup sudah Ray, kau benar-benar pengecut dan tak bertanggung jawab. Aku sudah cukup bersabar denganmu sejauh ini, dan semua hal yang telah kau katakan tidak akan merubah sikap dan keputusanku sekarang, dan ketika aku sudah memilih lelaki lain aku sudah bosan dengan setiap alasanmu yang berputar dan juga tidak berguna. Kau benar-benar buruk dalam hal romantis dan hubungan dengan orang lain, kau… benar-benar menyebalkan!"
"…"
"Sekarang, apapun yang engkau lakukan ataupun kau inginkan dariku tak akan lagi aku gubris. Kau dan aku anggap saja kita tak pernah bertemu sampai sekarang dan aku tak akan pernah menghubungimu kembali, pergilah kau dengan egois dan penuh dengan ketidakbecusan."
"Baiklah, jika itu memang maumu Rena. Sekali lagi, aku ingin meminta maaf kepadamu atas apa yang telah aku lakukan selama ini, bahkan jika aku tak dapat lagi mendapatkan maafmu pun aku masih tetap akan meminta maaf kepadamu. Namun, jika memang ini adalah pertemuan terakhir kita, semuanya atau bahkan tak akan ada lagi pertemuan di antara kita nantinya semua yang terjadi tetap telah terjadi walaupun aku dan kau mencoba untuk melupakannya, namun sudahlah… nasi telah menjadi bubur. Apa yang telah kita coba lakukan di masa lalu akan tetap terkenang oleh residu ruang dan waktu, bahkan jika keinginanmu menghendakinya untuk terhapus, itu tak akan pernah terjadi."
Akhirnya kisah kita berdua memang sedikit lagi akan berakhir, dan dari detik ini semuanya yang telah aku mulai akan berakhir. Cinta, nafsu, dan seluruh angan-anganku sebagai Ray dari masa lalu, kisahnya akan berakhir mulai dari detik ini.
Saat kami tengah terdiam untuk beberapa saat setelah berdebat tentang salah siapa dan benar siapa, akhirnya seorang lelaki yang rapi dan tampan dalam standar ketampanan milik Renatta masuk ke dalam tempat kami, tinggi dan sangat menyakinkan, dengan setelan rapi berkemeja biru dia memasuki ruangan dengan penuh percaya diri.
Aku mengamatinya secara sekilas, mencoba menebak akankah dia akan kesini dan menyusul seseorang.
Sepertinya memang pertemuan kita mendekati akhirnya, lelaki itu menyusul Rena. ––
"Rena.." ucapnya.
Rena menyambut sapaannya, wajahnya menghadapnya dan berdiri serta memberikan pipinya pada wajahnya, lelaki itu pun menyambutnya.
Wajah Rena yang sebelumnya dipenuhi dengan amarah dan juga rasa kesal dari seluruh kebodohanku pun berubah akibat kehadirannya.
Aku telah menduganya, memang Rena lah yang mengundangnya untuk kemari untuk menegaskan tentang keberadaannya dan juga keputusannya, Rena memang wanita yang cerdas. Aku mengakuinya dari lubuk hatiku.
Tetapi seberapa cerdas dirinya, tetaplah ini sebuah resiko yang tak dapat aku ambil dengan melibatkanmu. Bagiku ini telah menjadi kesepakatanku dengan mereka untuk tidak melibatkan orang-orang yang aku kenali dari orang-orang selain dari kelompok mereka.
Aku terdiam dan telah menerima apa saja yang akan dia katakan padaku saat ini –––
"Ray, perkenalkan dia adalah pemilik dari tempat ini… namanya adalah Herman."
––– Aku belum menyelesaikannya, dan mempersiapkan diriku, dia telah memulainya terlebih dahulu, sial!
"Ah ya. –––"
"Dia bilang, dia ingin tahu seperti apa sebenarnya laki-laki yang pernah mencuri hatiku itu."
"––– Ah, jadi begitu rupanya. Baiklah, aku akan mencoba untuk memberikan apa yang telah aku dapatkan darimu selama ini."
Aku ingin mempersiapkan hal ini dengan baik semoga saja informasi dari salah satu kenalanku yang mengatakan tentangnya selama beberapa kali.
"Ekhm, perkenalkan namaku Ray Asvaragus."
"Aku Herman Suherman. Aku yang memiliki restoran ini, juga aku tengah mempersiapkan beberapa cabang juga untuk ini. Jika kau punya sebuah acara dan membutuhkan pesanan, kau bisa hubungi kami di kartu ini." Sembari tersenyum dan menyodorkan kartu nama restoran miliknya.
––– Aku tidak butuh informasi itu, juga kenapa kau sodorkan kartu namamu itu!?
Lagipula, semuanya jadi sedikit masuk akal kenapa para pelayan tidak berani menegurnya. Karena tentu saja dia telah menjadi istrinya.
Kenapa aku baru sadar sekarang?
Bodohnya aku.
Aku menerima kartu nama yang ia sodorkan padaku, dan menyimpannya dalam saku kemejaku.
"Terima kasih."
"Aku sangat bersyukur dapat bertemu denganmu. Apa bisa aku ikut duduk disini bersama kalian?"
"Oh tentu." Jawabku spontan, aku terkejut dengan caraku menjawabnya. Aku merasa seperti ada sesuatu yang terpancar darinya.
Namun itu tidak berlangsung lama, karena aku langsung menyadarinya.
Dia memiliki pesona yang membuat seseorang mudah dipengaruhi olehnya, semakin targetnya menyangkal dirinya, semakin mudah pesonanya berfungsi.
Inilah yang aku pelajari ketika bersama dengan Alice dan jua Yuki, mereka mengajariku beberapa hal tentang sihir dan juga teknik bela diri sederhana.
Namun pelatihan bela diriku tidak begitu berjalan bagus, aku memiliki beberapa kekurangan dalam masa pelatihan tersebut hingga saat ini.
Akhirnya aku memakai sebuah senjata untuk menutupi kelemahanku walaupun senjata itu pun tidak banyak berguna.
Efek dari pesona ini akan hilang jika seseorang menyadarinya, tetapi dalam kasus pesona yang terkait dengan ketampanan ataupun cinta, akan semakin kuat saat orang menyadarinya.
Jujur saja, efek seperti itu adalah efek yang sangat aku benci.
Karena aku sendiri tidak beruntung dengan hal semacam cinta, tapi mereka dengan mudah mendapatkannya dan memanfaatkannya.
Jika aku punya kesempatan untuk melawan mereka, aku akan melakukan berbagai cara untuk mengalahkan mereka.
Herman memiliki pesona untuk mempengaruhi, mungkin itu juga yang dipakai untuk Rena agar menerimanya. Rata-rata seorang psikopat memiliki persona jenis ini, tapi sayangnya aku tak punya kesempatan untuk bertanya padanya…
Siapa sebenarnya dia, dan apa tujuannya yang sebenarnya?
***
Saat kita bertiga akan duduk setelah sambutan kedatangannya, akhirnya Rena memutuskan untuk pergi dari tempat pertarungan menuju ke kamar mandi untuk menyelesaikan urusannya sendiri.
Sekarang, dia meninggalkan kami berdua.
Tentu saja ini adalah kesempatanku untuk bertanya padanya tentang dirinya sendiri.
"Hm, Ray… bagaimana, apakah aku bisa memanggilmu seperti ini?"
Woah aku terkejut, dia memulai obrolan terlebih dahulu.
"Oh tentu saja, kau dapat memanggilku seperti itu walau rasanya agak sedikit aneh karena aku baru bertemu denganmu."
"Oh, maafkan aku juga jika itu kurang nyaman untukmu. Tapi tak apa bukan? Lagipula pertemuan kita tak akan berlangsung lama."
"Hm, benar juga… pertemuan kita memang tak akan berlangsung lama ya. Bagaimana jika kita saling bertanya tentang diri kita masing-masing?"
"Oh, menarik… kau benar-benar memiliki selera yang unik untuk mengisi waktu luang. Baiklah aku akan mencobanya."
"Tentu."
"Jika aku tidak salah, apakah kau menggunakan semacam pesona khusus untuk mendapatkan perhatian Rena?"
"Tidak, aku tidak menggunakannya. Lagipula kami berkenalan lewat chat dan juga telepon, juga aku tidak pernah mempercayai hal-hal yang seperti itu ketika pertama kali mengenalnya. Lagipula justru dia yang terlebih dahulu memberikan pernyataan menyukaiku, justru aku ingin membalasnya dan memperlihatkan padanya seperti apa aku saat mencintai seseorang. Juga aku bertanya padamu, darimana kau memperoleh pesona itu? Kau menggunakannya bukan untuk mempermudah urusanmu?"
"Oh, kau menyadarinya ternyata. Benar sekali, aku memilikinya, dan ini diwariskan secara turun-temurun oleh keturunan sebelumku kepadaku. Keluarga kami cukup terpandang dan memiliki beberapa properti dan juga saham utama di perusahaan besar, karena itulah kami mewariskan pesona ini untuk membuat keluarga kami cukup kaya. Karena aku diberkahi dengan wajah yang cukup tampan untuk menarik minat wanita, aku cukup menggunakan pesona ini untuk memperlancar proses mendapatkan mereka. Lantas darimana kau mengetahui bahwa aku memiliki pesona seperti ini?"
"Aku mengetahuinya setelah merasakan beberapa keanehan saat menerima kertas itu, dan yap aku sadar kertas itu adalah pemicu dari pesonamu bukan? Itu adalah cara yang cukup cerdik untuk tidak dapat diketahui oleh penyihir lain. Sudah berapa klien dan juga wanita yang telah terpengaruh olehmu?"
"Hm, aku cukup mudah untuk mengajak seorang wanita menemaniku minum bir setelah urusan pekerjaan, mereka rata-rata adalah pegawaiku dan juga beberapa kali dengan klien wanita karir yang cukup mentereng. Mereka benar-benar membangun pesona yang kuat jadi aku butuh pesona ini untuk mempengaruhi mereka dan kita berakhir dengan komitmen bersama. Lantas apa tujuanmu menanyakan ini padaku?"
"Aku tidak memiliki tujuan apapun, tapi aku rasa dapat menyerahkannya padamu walau kau terlihat cukup berbahaya. Kemudian ini hanyalah memastikan asal – usul dari pesona milikmu itu, jadi saat kau berhubungan dengan wanita lain usahakanlah untuk tidak memberikan penyakit pada Rena. Rena cukup baik dan juga seseorang yang benar – benar disayangkan orang sepertinya mati lebih awal. Lantas apa tujuanmu bersama dengan Rena?"
"Aku sudah memiliki banyak hal dari harta dan juga kedudukan, wanita telah banyak yang aku pengaruhi dan aku rasakan, tetapi semuanya hambar. Namun suatu ketika aku bertemu dengannya yang tengah bersedih karena sikapmu padanya membuatku tertarik padanya dan kemudian aku mendekatinya dan memberikan beberapa saran dan kemudian tak berselang lama kami berdua akhirnya berjanji menikah. Lantas apa tujuanmu yang sebenarnya sampai kau menyembunyikan fakta sebenarnya dari Rena?"
"Alasanmu terkesan sangat klise… tapi tak apa. Aku juga akan menjawab pertanyaanmu, ini karena aku terkait dengan orang – orang yang berada dibalik organisasi tertentu yang menyelamatkanku, mereka mereka memberitahuku tentang sekumpulan orang yang ingin memanfaatkanku. Aku bersama dengan organisasi ini diserang ketika berada di Jepang, itulah mengapa mulai saat itu kami bertiga mulai menjadi seseorang buronan mereka. Kami mulai melakukan perjalanan untuk mengamankan rencana kami, untuk itu kami pun berakhir di negara ini. Negara asalku. Apakah kau tahu beberapa hal tentang mereka?"
"Hm, tentang itu aku tidak begitu tahu dan mengerti. Tetapi aku pernah mendengar beberapa rumor tentang kelompok – kelompok masyarakat tingkat atas yang mengunakan okultisme dan juga sihir -sihir kuno untuk kelancaran tujuan mereka sendiri. Apakah kau serius untuk menghadapi mereka dengan kelompok kecilmu itu?"
"Tentu saja kami tidak bodoh, beberapa kelompok kecil membuat beberapa pergerakan yang sama, namun tidak bersatu. Jadi setelah penyerangan besar terhadap kelompok kami di Jepang beberapa waktu lalu, mereka mulai melakukan pergerakan rahasia untuk menyatukan kekuatan mereka. Tapi mereka mengandalkan kami, kelompok yang memiliki sihir dan juga pengalaman bertarung langsung dengan mereka."
"Hm, jadi begitu. Itu terkesan seperti cerita sebuah novel fiksi yang cukup rumit, tentu saja Rena tak akan percaya dengan itu dan bersikukuh untuk tetap bersamamu. Aku akan memaklumimu, jika ada kesempatan untuk bertemu kembali aku ingin mendengarkan kisah tentangmu setelah mengalahkan mereka, jadi pastikan untuk menghubungiku setelah kau mengalahkan mereka."
"Oh, baiklah mungkin lain kali, saat kesempatan itu datang aku akan bercerita tentang itu."
Tepat setelah kita selesai dengan perlombaan tanya jawab, kita berhasil menemui titik temu.
Kami bercanda beberapa hal tentang hal – hal yang berkaitan dengan laki – laki, mulai dari beberapa game dan namun ketika obrolan kami hendak bersambung ke hal politik Rena mendatangi kami.
"Sayang, tadi Pak Toni tanya aku lewat telepon, katanya kamu ada rapat jam satu siang nanti. Jadi lihatlah jam berapa sekarang?"
"Oh, maaf ini jam setengah sebelas."
"Nah, kalo gitu lebih baik kau bersiap – siap untuk itu."
Aku sudah mencium gelagatnya, dia ingin lekas pergi meninggalkanku. Itu sudah pasti, lagipula tidak ada tanda-tanda bahwa dia tadi menerima panggilan masuk dari gawainya.
"Ray, maaf ya. Aku tidak bisa lama – lama menemanimu, lagipula mengobrol denganmu dapat memberikanku hal menarik untuk disimak."
Mereka berdua pun berdiri di depanku, aku pun merespon mereka dengan berdiri dan tersenyum pada Herman.
"Kami permisi dulu ya, kau tidak usah bayar tagihanmu. Aku yang menanggungnya."
"Oh, tentu. Terima kasih atas itu."
Mereka berdua pergi dengan bergandengan tangan, menyusuri jalan untuk keluar dari restoran.
Aku hanya melihat mereka dari kejauhan, melihat betapa mesranya mereka dan merelakannya pergi bersama orang lain.
Dari awal harusnya aku menyadari diriku sendiri, dan kedudukanku. Cinta memang tidak mengenal itu, tapi otak dan lingkungan kita tahu betul bahwa segala hal ditentukan oleh kelas dan juga kedudukan.
Ini telah membuatku jadi semakin buruk.
Ah, tapi tidak apa – apa. Lagipula ini memang telah jadi ketentuan bahwa untuk mencapai sebuah tujuan kau harus mengorbankan hal yang setara, dalam kasus ini, ketika kau ingin melahirkan sebuah cinta, timbulkanlah juga kebencian yang nyata juga.
Ketika kau menginginkan kebahagiaan orang lain, kau juga harus menegaskan dirimu sendiri bahwa kau adalah orang yang cukup kuat untuk terluka sendirian.
Dari belakangku, Alice menyusulku.
"K-kau, baik – baik saja bukan?"
"H–a–aku ––––"
Air mata baru saja menetes ke atas lantai. Aku tak dapat melihat mereka berdua.
Alice menyadarinya, kemudian secara reflek dia memelukku dan aku berada di pelukannya bersandar padanya.
"Tenanglah Ray, kau bisa luapkan kesedihanmu nanti saat bersamaku. Aku akan selalu mendengarkanmu dan juga membantumu untuk keluar dari masalah itu. Aku akan selalu ada untukmu."
"…"
Yuki pun menyusul kami berdua, dan kita bertiga lekas kembali ke penginapan sementara kami di Jakarta untuk beberapa minggu.
Setelah hari itu kami berdua berada di taman, hanya aku dan Alice.
Kami berdua berduaan, sedangkan Yuki berada di tempat lain. Dia lebih antusias berada di kota ini dibandingkan dengan kami berdua.
"Alice, apakah aku adalah orang yang aneh? Merelakan sesuatu yang berharga bagi dirinya terambil oleh orang lain, hanya karena menginginkan kebahagiaan sejati yang datang dari rasa sakit yang aku alami? Entah kenapa aku mulai merasakan ketidakberesan dalam prinsip ini?"
"Ray, ingatlah satu hal yang paling penting. Setiap orang memiliki kepingan kesadaran, baik yang mereka sadari ataupun tidak. Setiap orang bertindak dengan ini, atau dalam konsep manusia pada umumnya dikenal dengan insting bertindak. Itulah yang disebut dengan asal muasal dari kita semuanya."
"…"
"Ray, apapun yang engkau lakukan adalah bentuk asal muasal dari jiwamu. Otak dan perasaan tak akan membantu apapun, karena apa yang kau perbuat adalah konsep dari jiwamu sendiri. Jiwamu yang benar – benar menginginkan kebahagiaan bagi orang lain, temanmu dan juga orang – orang di sekitarmu yang telah engkau bahagiakan termasuk dia. Itu semuanya adalah bentuk dari jiwamu. Tapi tindakan dari jiwa itu sendiri terkadang dibatasi oleh akal pikiran manusia, agar tak membebani mereka dalam bertindak."
"Kenapa akal pikiran membatasi jiwa mereka dalam bertindak?"
"Karena jiwa bertindak berdasarkan asal – muasal dari diri kita yang tercatat dalam Akashic, sedangkan akal pikiran bertindak berdasarkan kemampuan fisik kita yang terbatas. ––––"
––– itulah batasan antara jiwa yang dapat bertahan tanpa wadah, dan cangkang yang tak dapat berbuat apapun tanpa isi.
Begitulah Alice menjelaskannya, aku selalu bertanya-tanya dalam pikiranku sendiri.
–––Sebenarnya apa yang telah para penyihir ini pelajari dalam pendidikan mereka selama ini?
Apakah mereka memberikan jiwa mereka pada setan untuk memahami itu semuanya?
Tidak mungkin, ini sesuatu yang bahkan aku sendiri pun tak akan menemukannya dalam pemahamanku sendiri.
Tangan Alice meremas tanganku lebih erat, senyumnya dingin, langit di kota ini mendadak penuh dengan awan, serta angin yang agak kencang mulai menerbangkan dedaunan kering dan menjatuhkannya ke atas rerumputan hijau. Alice mendekatkan tubuhnya ke tubuhku.
"Ray, cobalah untuk sayangi dirimu sendiri kali ini. Setelah hari yang keras ini malam ini kau harus bisa melupakan kenangan pahit ini, aku akan membantumu untuk itu. Mungkin aku akan mengusir Yuki malam ini untuk berjalan-jalan dan menghabiskan uang, lumayan… mungkin saja dia mendapatkan informasi yang bagus untuk kita."
***
Malam telah tiba, aku dan Alice telah berada di kamar, Alice ingin mencoba mengenalkanku pada sebuah perasaan yang baru. Aku tidak tahu itu apa, tapi Alice ingin aku memahami itu dengan baik. Maka saat ini aku harus mempersiapkan apa yang akan dia ajarkan padaku.
Ini mungkin sulit, tapi aku akan coba untuk bertahan.
Alice memakai pakaian yang sedikit berbeda, dia mengenakan pakaian tidur, sedangkan aku juga sama. Aku tidak memahami apapun yang dia maksud sedari tadi.
Sampai dia memulai pembicaraan.
"Ah, bagaimana… apa kau mulai memahami apa yang ingin aku ajarkan padamu?"
Aku merasakannya, dia seperti memperikan tanda bahwa aku boleh melakukan dengannya.
"Hm, tidak tapi apa yang kau maksud dengan ini semuanya?"
"Ah benar, aku ingin menunjukkannya padamu tentang seberapa pentingnya ini. Kau tahu, manusia adalah makhluk yang terus berkembang, dan terus tercemar oleh apa yang mereka buat sendiri. Mereka berkembang dengan mencari kesenangan, pada awalnya kesenangan diatur dengan norma – norma yang mereka buat sendiri, tetapi lambat laun untuk mencapai sebuah kesenangan manusia butuh rangsangan yang lebih besar hingga norma – norma yang mereka agungkan pun secara perlahan mereka tabrak untuk kesenangan mereka. Manusia mengkhianati nenek moyang mereka dengan dalih manusia terus berkembang. Apakah para Ancestor mengingkan norma – norma itu dibuat untuk dihilangkan oleh anak cucu mereka di masa depan?..."
Aura kekesalan cukup nampak pada diri Alice.
"…jangan bercanda, apa yang akan kita lakukan ini adalah apa yang manusia sebut sebagai hubungan badan. Dalam perspektif kita para penyihir, kita punya pemahaman berbeda tentang hal itu. Kita memandang bahwa hubungan badan adalah sesuatu yang agung, dilakukan atas dasar kerelaan untuk mencapai sebuah tujuan bersama dan kepentingan yang lebih besar, itulah perbedaan antara kita dan manusia masa kini."
Jadi begitu, itulah hal mendasar yang berbeda antara penyihir dan manusia saat ini.
Alice pun kemudian melanjutkan penjelasannya.
"Maka dari itu, percayalah padaku, bahwa cerita penyihir yang diceritakan oleh manusia itu berbeda dengan apa yang saat ini ada di depanmu. Mereka mungkin hampir sama sepertimu, menangis, tertawa, bersedih dan juga bersenang – senang. Mereka juga memiliki tujuan mereka masing – masing untuk mengintip apa yang ada di luar alam semesta. Begitulah singkatnya, apakah kau memahaminya Ray?"
"Mungkin aku kurang begitu mengerti, tapi aku perlahan akan mencoba memahaminya."
"Ah benar, daripada kau bertanya – tanya tentang ini dan itu dan kau pastikan dengan otakmu yang sedang kacau itu lebih baik kita langsung saja memulainya…"
"A – a, tunggu ––––"
Sementara itu, ketika aku dan Alice sedang melakukan kegiatan pembelajaran Yuki tengah berada di kehidupan malam kota.
Dia merasakan jajanan pinggir jalan dan juga berkenalan dengan orang – orang baru, sampai pada suatu ketika dia sedang berjalan dengan mengira – ngira tempat mana lagi yang dapat ia kunjungi.
Tiba – tiba dirinya menabrak seorang anak perempuan yang berlarian, Yuki terjatuh bersamaan dengan anak itu.
"A–aduduh ––– hei kenapa kau tiba-tiba ada disana?" Yuki berkata dengan mata tertutup.
"Ah, maaf jika keponakanku membuatmu terganggu nona." Suara laki – laki berusia 25 tahunan menyela mereka berdua.
Sontak mata Yuki terbuka, dan melihat seorang lelaki berada di depannya sembari menolong seorang anak perempuan yang terjatuh di depannya.
"Ah, kau siapa?"
"Oh, maaf sebelumnya nona jika aku membuatmu kaget. Tapi ini bukan maksudku untuk itu, aku sedang berjalan – jalan dengan keponakanku untuk sementara waktu. Lagipula kami telah mencari beberapa waktu dan secara kebetulan dia menabrak anda, aku mewakilinya sebagai bentuk permintaan maaf aku ingin mengajakmu untuk makan – makan bersama kami malam ini?"
"Oh, terima kasih. Maafkan aku juga karena tidak memperhatikan jalan, aku akan menerima ajakan makan itu, baiklah, anak manis ini sepertinya sangat bersenang – senang. Jadi tidak ada salahnya untuk menerimanya."
"Oh, baiklah jika begitu. Bagaimana jika kita pergi ke tempat masakan china?"
"Hm, tidak masalah. Aku cukup menantikan itu."
Mereka bertiga akhirnya pergi bersama – sama, mereka berjalan sembari mengobrol ringan dan bercanda, walau nampaknya laki – laki itu terlihat canggung dan juga kaku.
Walau Yuki dan laki – laki itu memang sama – sama kaku, mereka mencoba untuk akrab di malam itu.
***
Aku dan Alice telah selesai melakukan kegiatan pembelajaran, aku baru saja mengetahuinya, bahwa ada sebuah rasa yang benar – benar indah dan nyaman ketika seorang wanita dan lelaki berdua. Aku kelelahan, tubuhku dipenuhi dengan keringat, begitupun dengannya.
Malam yang benar – benar indah, untuk sejenak aku bisa melupakan apa yang terjadi antara aku dan Rena, dan setelah melakukannya separuh beban hidupku sedikit menjadi lebih ringan.
Alice masih di sebelahku memeluk tangan kananku dengan erat berlapiskan selimut, kami telah berhasil melakukan pembelajaran berharga ini. Tapi aku tidak mungkin memintanya lagi.
Berhubungan dengannya membuatku cukup beruntung, ketika seperti ini, dia benar – benar cantik dan mempesona.
Waktu telah menunjukkan pukul satu dinihari, Yuki tak menunjukkan tanda – tanda untuk lekas kembali. Apakah dia menemukan kesenangan yang serupa seperti kita saat ini?
Mungkin, tapi juga tidak mungkin.
Alice pun akhirnya terbangun dari tidurnya, matanya sayu dan mencoba menyapaku.
"Ray, bagaimana? Apakah kau terganggu dengan ini?"
"Mungkin aku sedikit merasa sungkan denganmu, tetapi aku tak banyak menyadari seperti apa aku ketika itu. Aku hanya khawatir kau kecewa karena asetku."
"Hm, tidak Ray. Jangan seperti itu, kau mendorongku dengan keras seperti itu, bahkan aku sendiri tak dapat melihatmu dengan mataku karena doronganmu."
"Tidak, aku cukup malu dengan itu."
Wajahku memerah dalam redupnya cahaya rembulan yang menembus jendela penginapan kami, Alice terlihat bahagia dan puas dengan apa yang telah aku lakukan padanya.
"Baiklah, aku tidak akan membahasnya lagi. Lagipula kau benar – benar mempraktikannya dengan baik. ––––"
Alice kemudian melihat ke sekitar dan terlihat cukup heran.
"––––– Omong – omong, apakah Yuki sudah sampai kemari?"
"Tidak, aku tak melihatnya dari tadi. Apa sebaiknya kita mencarinya?"
"Hm, entahlah mungkin tidak usah. Apakah kau mau ke babak selanjutnya?"
"Ah, jangan menyerangku––––"
Alice menyerangku dan memaksaku untuk melakukannya lagi dengannya, dia terlihat lebih liar dan menginginkannya kembali.
Kegiatan kita berdua berlanjut sampai pagi, dan Yuki tak kunjung kembali.
***
Sementara itu ketika kami tengah memulainya kembali Yuki dan lelaki itu serta keponakannya masih bersama – sama.
"Baiklah tuan Nashiki, apakah kau berasal dari tempat ini?"
"Tidak Yuki, aku bukan berasal dari tempat ini. Kau tahu, pada tahun 2001 pernah ada sebuah kasus seseorang yang mengaku berasal dari masa depan?"
"Ah, itu––– John Titor bukan? Aku pernah mendengarnya, tapi tidak begitu tertarik dengan itu. Apakah ini ada hubungannya denganmu?"
"Tidak, aku dan dia berada di titik yang berbeda. Aku dan keponakanku ini bukan berasal dari masa depan, kita tak tahu tentang masa depan. Kami berdua berasal dari sebuah desa North Mount, jika di sini itu adalah desa fiktif yang tak akan pernah bisa ditemukan."
"Oh, jadi begitu. Aku tak begitu memahaminya, tapi pada intinya kau bukan dari dunia ini bukan?"
"Yah seperti itulah, pada kenyataannya kami diberitahu bahwa kami yang ada disini telah mati karena sebuah kasus aneh, jadi kami tak begitu menggubris itu. Karena ada tujuan penting yang harus kami capai di dunia ini."
"Apa itu?"
"Menyelamatkan dunia dari ancaman, dunia ini adalah garis dunia pokok yang sepenuhnya berbeda dengan dunia kami. Dunia kami memiliki sejarah yang berbeda dengan dunia ini."
"Hm, apakah itu benar?"
"Tentu, apakah kau adalah salah satu penyihir di dunia ini?"
"Benar, walaupun aku terfokus pada sihir penguatan fisik, dan tidak banyak melakukan percobaan dengan sihirku sendiri."
"Begitu ternyata, dunia kami adalah pseudo-histori yang terwujud dari dunia ini."
Sebuah fakta terbuka tanpa diketahui olehku sendiri, ketika mereka asik mengobrol aku masih sibuk mengurus nafsu milik Alice.
"Alice, apakah hubungan badan termasuk sebuah hal yang penting bagi penyihir?"
"Oh tentu, itu adalah proses yang cukup sakral dan itu dilakukan untuk mentransfer energi magis dan juga mewarisi sebagian dari garis sihir seseorang, saat kita saling berbagi asal mula dan juga sihir spesialisasi kita, tentu saja kekuatan kita akan meningkat dan prosentase kita untuk menang cukup besar."
"Jadi begitu, apakah hubungan badan yang barusan kita lakukan semata – mata untuk hal itu?"
"Tidak, aku tidak melakukannya hanya karena alasan seperti itu. Ini karena aku ingin melakukannya denganmu, itu saja."
"Hm, baiklah. Aku akan mengikutimu jika begitu."
***
"Yuki, kita akan melihat bintang. Apakah kau ingin ikut dengan kami?"
"Jangan bercanda, di kota seperti ini tak mungkin jika bintang akan terlihat."
"Tidak, bukan seperti itu nona Yuki.–––"
Nashiki memberikan sebuah teka – teki pada Yuki tentang perbintangan, namun sepertinya Yuki tak begitu mengerti tentang itu.
"–––– baiklah jika tak ada kemajuan, mungkin ini terlalu sulit untukmu. Tapi bisakah kau sampaikan pada dua orang temanmu. Tentang pertanyaanku ini, pertanyaan yang benar – benar diperuntukkan bagi seorang penyihir seperti temanmu. Bagaimana?"
"Baiklah kalau begitu. Aku akan menyampaikannya pada mereka."
"Baiklah simak baik – baik kata – kata ini ––––"
Manusia telah datang dan pergi, berganti berbagai generasi.
Mereka memiliki kepingan dari pengetahuan luas yang telah terbagi, pengetahuan yang mana tinta sebanyak lautan pun tak akan cukup menuliskannya.
Semuanya terbagi dengan rapi sesuai dengan keputusan-Nya.
Namun, sebuah distorsi terjadi dari dunia yang telah hancur oleh perasaannya sendiri, akibat dari kerusakan dari makhluk yang berada di atasnya.
Seseorang dari dunia itu melakukan lompatan yang merupakan hal tabu, dan sampai ke tempat ini. Pergilah ke penyihir itu, dan tanyakanlah apa yang sebenarnya dia inginkan di masa depan nanti?
"––– Kau bisa bukan menyampaikannya? Ini cukup panjang tapi aku yakin salah satu dari kedua orang yang bersamamu mungkin tahu maksud dari kata – kata ini, aku harap engkau mau menyampaikan pesan penting ini pada mereka."
"Tunggu, kenapa kau tidak coba menyampaikannya pada mereka secara langsung?"
"Maafkan aku bila merepotkanmu tapi saat ini belum saatnya kami dan mereka bertemu, jadi rahasiakan identitasku pada mereka ya?"
"Baiklah, lagipula seseorang dari dunia lain memang sedikit aneh… jadi aku akan merahasiakan identias kalian."
"Hm, syukurlah jika demikian. Mungkin pertemuan singkat ini akan memulai pertemuan yang lebih intens dari pihak kita, aku dan kalian berada di pihak yang sama. Seseorang memberitahuku tentang masa depan yang dihadapi oleh dunia ini."
"Apakah dia sama sepertimu?"
"Tidak, aku tak memiliki keterampilan melompat ke berbagai masa dan juga dunia, dialah yang membuatku berada di tempat ini dengan anaknya. Aku bukanlah orang yang seambisius itu untuk melakukan berbagai tindakan dan juga mencapai tujuan, aku hanya bertindak sesuai dengan tugas yang diberikan untukku dan aku dapat menyanggupinya."
"––– Jadi, segala hal yang engkau lakukan di dunia ini adalah bentuk dari menjalankan tugasmu saja, tanpa menghibur dirimu sendiri?"
"Tentu, aku tidak keberatan untuk melakukannya. Lagipula aku tak punya apapun lagi, seseorang yang aku cintai, aku hargai dan juga aku kasihi, tidak ada. Orang tua pun tak dapat mengenaliku di dunia ini, yang aku punya hanyalah anak dari orang itu dan juga harta peninggalannya yang benar – benar tak masuk akal."
"Tidak Tuan, kau harus memperhatikan dirimu sendiri dan menghiburmu, lihatlah di usiamu yang masih muda, kau benar – benar terlihat tua, garis di dahimu, juga kantung mata yang benar – benar menyeramkan itu. Ayolah, kau itu juga manusia. kau butuh namanya istirahat dan menghibur dirimu. Dengan apapun yang dapat kau lakukan, seperti menonton film, atau menuju ke tempat – tempat rekreasi. Kau harus lebih menghargai keberadaanmu sendiri."
"Hm–––––"
Lelaki itu menghela napas panjang, seakan memikirkan apa yang dikatakan oleh Yuki dan memahaminya.
"Yah, mungkin itu benar. Aku mungkin seakan – akan tak menghargai diriku sendiri Yuki, tapi aku benar – benar menikmati setiap langkahku. Dunia ini juga bukan duniaku, aku tak terikat dengan dunia ini. Jika dunia ini hancur, sihir yang memanggilku kemari akan secara otomatis mengembalikanku dan dia pada dunia asalku."
"Jadi, apa kau tidak mengkhawatirkan kehancuran dunia ini Tuan?"
"Aku agak sedikit merasa bersalah dan juga merasa gagal, lagipula aku memiliki sebuah janji pada seseorang –– Hm mungkin kurang tepat untuk mengatakan bahwa dia adalah manusia, tetapi aku selalu menyukainya. Dia masih menungguku di sisi lain dunia ini, dan aku harus memberikannya sebuah pengetahuan dimana dirinya dapat menjadi seorang manusia."
"Hm, jadi kau punya seseorang yang kau cintai?"
"Yah, aku harus mendapatkan itu. Jadi aku harus mengikuti apa yang dikatakan oleh pria itu."
"Jadi, pria itulah yang telah melintasi waktu bukan?"
"Ya, dia adalah seorang pria yang melintasi waktu dan mencatat apapun yang dia temukan untuk membawaku kemari dan menghentikan kehancuran tersebut."
"Jadi, siapakah dia?"
"…"
Lelaki itu terdiam setelah Yuki mencoba untuk menanyainya tentang orang yang melintasi waktu tersebut.
Waktu telah berlalu hingga pukul lima pagi, aku pun terbangun sedang di sampingku Alice masih tertidur.
Dia nampak lebih segar dibandingkan dengan sebelumnya, aku mencoba untuk membangunkannya setelah dia menanggapiku aku berangkat untuk mandi dan membersihkan diri.
Tepat setelah aku selesai dari kamar mandi, dia pun segera menyusul membersihkan badannya.
Aku kemudian merapikan tempat tidur dan membuat kopi untukku dan juga Alice.
Aku memulainya dengan memanaskan air terlebih dahulu.
Alice pun selesai dari mandinya yang lama sekali, mungkin dia berendam di bak mandinya.
Tak lama berselang, akhirnya pintu terbuka.
Yuki berjalan sempoyongan, seakan – akan dirinya tak tidur semalaman.
"Ya ampun capeknya. Aku benar – benar capek."
"Hm, memangnya kau habis apa?"
"Tidak banyak hal yang aku lakukan, hanya mengobrol dengan seseorang dan dia punya sebuah pesan untuk kalian berdua."
"Hm, untuk kami berdua? Siapa dia?"
"Tidak tahu, dia mencoba merahasiakan identitasnya karena belum saatnya untuknya diketahui."
"Hm, aneh… tapi apa pesannya?"
"Kalau tidak salah, "––– seseorang melakukan lompatan yang tabu, pergilah dan tanyakan niatannya?" begitulah kira – kira apa yang dia katakan."
"Hm, seseorang telah melakukan lompatan tabu? Alice, apakah –––"
Tak sempat aku menyelesaikan kata – kataku setelah aku melihatnya.
Wajahnya kaget dan benar – benar terkejut, dia mencoba untuk mencerna informasi yang barusan dia dengarkan.
"S-Siapa orang itu Yuki? Katakanlah! Siapa dia?"
"Dia hanyalah seorang lelaki yang membawa anak kecil bersamanya, anak kecil itu tidak banyak bicara. Dia banyak diam dan selalu bersembunyi dariku, dia banyak bercerita tentang tujuannya hanyalah menjalankan tugas dari seseorang penjelajah waktu."
"Hm, laki – laki. Namun dia tahu pesan yang ditinggalkan oleh guruku? Itu aneh?"
"Memangnya siapa gurumu?"
"Guruku adalah seorang Penyihir wanita dari Jepang, itulah alasan kenapa aku memilih berada di Jepang, karena ingatanku terhenti disitu. Dia merawatku sejak kecil dan yang menemukanku di samping tempat tinggalnya, sampai pada suatu ketika dia memberikanku beberapa pesan tentang rahasia yang ada di sebuah tempat eksperimen sihir berkedok akademi pendidikan penyihir dan manusia biasa. ––––"
"Waw, itu benar – benar mengejutkanku. Apakah itu masa lalumu Alice?"
"Iya, tapi itu itu adalah awal berakhirnya kebersamaan kami. Karena dua petinggi akademi mendobrak tempat tinggal guru dan menyerangnya hingga tewas. Sampai seorang laki – laki muda yang kuat dengan mudah mengalahkan mereka dan membuat mereka benar – benar hilang dari muka bumi."
"Jadi siapa laki – laki itu?"
"Aku tidak tahu, aku benar – benar tidak berbicara kepadanya karena aku dalam keadaan yang benar – benar lemah, ketika aku sadar, tempat guru bersih dan rapi, kemudian aku membaca buku – buku yang guru tulis dan mengingat semuanya. Dalam sebuah bukunya yang menjelaskan tentang sihir, dia mengetahui sesuatu tentang gurunya di masa lalu, bahwa gurunya adalah seseorang yang aneh."
"Maksud dari kata aneh itu apa?"
"Gurunya memiliki pengetahuan yang melampaui zamannya dan tidak dapat dimengerti oleh akal sehat ketika itu, dia membangun sebuah fasilitas penelitian yang benar – benar besar bersama guru dan juga ke delapan muridnya yang lain. Namun seseorang yang menonjol dan berbakat muncul dari mereka bersembilan, dan anak laki – laki itu sering dekat dengan guruku, guruku memiliki perasaan cinta padanya walau sampai akhir mereka tak bersama sebagai sepasang kekasih."
"Benar – benar menyesakkan. Lantas apa hubungan kisah itu dan kata – kata tadi?"
"Ini hanya asumsi dari guruku, tapi dia katakan dalam bukunya bahwa gurunya adalah seseorang yang melakukan lompatan yang tabu."
"Maksudmu dengan tabu?"
"Dia melakukan perjanjian dengan iblis untuk dirinya sendiri dari dunia asalnya."
"Apa––– Apakah kau benar – benar yakin tentang itu?"
"Tentu, itu memang tidak masuk akal terjadi di dunia ini, tapi di tempat itu adalah kasus yang berbeda. Dunianya memiliki dunia mistis yang masih saling bercampur, hingga iblis terwujud di tempat itu. Entah apapun yang terjadi, itu benar – benar tak dapat aku bayangkan. Makhluk yang paling kecewa dengan terciptanya manusia dapat dia luluhkan dan menolongnya? Apa iblis itu benar – benar menolongnya atau mengerjainya?"
"Entahlah, kita tak dapat berspekulasi terlalu banyak. Keberadaannya masih menjadi misteri karena kita tak pernah bertemu dengannya, apalagi kamu, Ray. Kamu harus benar – benar mengingat masa lalumu, karena itu adalah kunci dari apa yang akan kita capai nantinya."
Alice memberikanku sebuah perintah.
Ya, bagiku itu adalah sebuah perintah yang benar – benar diperuntukkan untukku.
Untuk mencapai sebuah tujuan yang benar – benar besar, kita tak dapat begitu saja menyia – nyiakan kesempatan yang ada. Sebelum –––, kita benar – benar tertinggal dari mereka semuanya.
"Baiklah, aku akan berusaha mencari cara untuk mendapatkan kembali ingatanku."
Yuki yang terlihat letih dan mengantuk pun kemudian tanpa basa – basi telah terlihat tertidur tanpa kami sadari.
***
Sedangkan di tempat lain Rena, sedang mengerjakan sebuah buku biografinya.
Bersama dengan seorang wanita.
Rena nampaknya memberikan sebuah keterangan tentang pengalaman hubungannya, di bukunya.
Wanita yang menuliskannya terlihat muda, dan memiliki rambut lurus yang terurai dengan poni yang menutupi dahinya.
"Nona Rena, aku ingin mengetahui lebih lanjut pria yang pernah bersama anda."
"Siapa dia?"
"Hm, maafkan saya kalau tidak salah dia bernama Ray Asvaragus. Apakah benar?"
"Ah iya, nanti jangan pakai nama itu. Pakai saja nama samaran seperti Rayyan. Hm, pantas jika kau bertanya soal lelaki ini."
"Memangnya dia laki – laki yang seperti apa ketika kalian bersama?"
"Hm, tidak banyak hal yang terjadi di antara kita––– tapi–––"
Rena melihat ke arah jendela dan kemudian tersenyum dengan mata terpejam sembari menurunkan kepalanya sedikit.
"–––– daripada sebagai seorang pacar, dia lebih mirip sebagai seorang supporter moral. Dia memberikanku dorongan dan juga kesempatan untuk menjadi seseorang yang lebih baik, tapi––– dia benar – benar menyebalkan ketika menjadi seorang pacar atau pasangan. Dia paling buruk soal itu, dia selalu menyembunyikan masalahnya dariku dan sedikit terbuka dan bercerita tentang masalahnya. Dia –––– benar – benar misterius dan sulit untuk dijangkau."
"Hm, lelaki yang benar – benar menarik. Apakah dia memiliki sebuah rahasia yang pernah dia berikan padamu?"
"Entahlah, mungkin dia seperti menderita Inferior Complex."
"Inferior Complex tapi dia masih sanggup memberikan orang lain kepercayaan diri? Bukankah itu saling bertolak belakang?"
"Kamu itu bagaimana Ana, dia "seperti menderita" bukan benar – benar menderita hal tersebut."
"Oh, maafkan aku. Aku salah mengiranya, aku kira dia menderita hal tersebut. Tapi apakah dia baik – baik saja dengan keadaannya itu?"
"Entahlah, Ana. ––––"
Rena mendenguskan napasnya, dia seakan – akan sedikit kecewa dengan jawaban yang benar – benar buruk.
"Sayangnya dia tak seperti orang – orang pada umumnya. Kau tahu, saat seseorang merasakan sebuah tekanan atau penderitaan, dia akan mencoba untuk pergi dari penderitaan itu. Namun dia tidak, dia seperti menerimanya begitu saja dan bersikap seolah – olah tak terjadi apapun."
"Hm, benar – benar orang yang aneh. Apakah kau benar – benar bersama dengan orang itu selama satu tahun?"
"Iya, kami berhubungan selama setahun. Namun, dalam setahun itu dia memberikanku banyak hal. Dia dapat membuatku sedikit memiliki kekuatan untuk terus menjalani kehidupan dan ambisiku sendiri, dia benar – benar seseorang yang seharusnya tak pantas untuk terluka. Tapi dia seperti melukai dirinya sendiri, memperburuk namanya dan juga membuat dirinya seperti seseorang yang benar – benar tak diinginkan."
"Kau… bukankah dia tidak normal menjalani hidupnya seperti itu?"
Wanita itu keheranan, dia benar – benar bingung dengan apa yang Rena sampaikan tentangku.
Rena kemudian menambahkan.
"Dia adalah seseorang yang benar – benar berbeda, kepribadiannya dan juga sikap untuk bertahannya, dia benar – benar pribadi yang tertutup dan bertindak berdasarkan keinginannya sendiri. Jika aku bisa memberikannya sebuah gelar, mungkin dia adalah Penyendiri Sejati."
"Aku sedikit kasihan dengannya, seharusnya dirinya dapat menghibur dirinya dengan beberapa liburan dan juga pergi ke tempat yang menenangkan hatinya."
"Untuk itu aku pernah menawarinya itu, namun sama saja… dia masih berpikir tentang ini dan itu, dia tak pernah berubah."
"––– Sayang sekali, dia benar – benar seseorang yang berbeda. Walaupun dia memberikan yang terbaik bagi orang – orang di sekitarnya, dia mengorbankan dirinya sendiri dan menjadi martir untuk itu. Benar – benar lelaki yang terus memegang kata – katanya."
"Begitulah sekiranya tentangnya. Dia benar – benar berbeda bukan dengan orang – orang yang pernah kau temui?"
"Ya, sejauh ini… dia adalah seorang laki – laki yang benar – benar unik dan aku sedikit tertarik tentang hidupnya dan masa lalunya. Terima kasih telah datang hari ini Nona Rena."
"Oh, tentu… sebetulnya aku juga sangat bersemangat atas pertemuan kita hari ini."
"Baiklah, apa perlu kita sudahi pertemuan kita hari ini?"
"Tentu, aku ada agenda siang ini jadi mungkin ini cukup untuk hari ini."
"Baiklah. Sampai jumpa kembali."
Rena pergi dari tempat wanita tersebut, wanita itu kemudian mengikutinya dan membukakan pintu dan menyambut kepergiannya.
Setelah Rena benar – benar pergi, wanita itu kemudian menutup pintunya dan menguncinya.
Kemudian dia mulai menghubungi seseorang.
Setelah menekan nomor telepon dia kemudian mengangkat gagang teleponnya dan menunggu seseorang mengangkatnya.
"Annastasia."
"…"
"Baiklah, kita sudah menemukan dimana subjek itu berada. Aku akan menghubungi lagi jika sudah ada informasi dan juga foto dari orang tersebut."
"Baiklah, selamat kembali dan juga perhatikanlah sekitarmu lebih baik. Jangan sampai kau dicurigai oleh orang – orang di sekitarmu."
"Baiklah."
Penggilan ditutup dari tempat lain.
Wanita itu pun meletakkan gagang telepon ke tempatnya dan bergegas untuk pergi ke suatu tempat.
Sepertinya dia telah menemukan seseorang untuk dia ajak berbicara.
***
Di tempat lain, tempat yang sangat besar seperti sebuah kastil, bergaya Kerajaan Inggris. Laki – laki Asia itu sepertinya sedang menghadiri sebuah rapat.
Dengan pakaian yang benar – benar rapi dengan setelan jas yang rapi dia berjalan melewati koridor yang panjang dan lebar serta beberapa kali bercabang.
Dia tak menemui banyak orang kecuali patung – patung besar yang berjumlah sepuluh yang melambangkan sepuluh buah atribut dalam kabalah.
Namun ada satu yang menghubungkan keseluruhan dari sepuluh patung tersebut, yakni patung kesebelas yang merupakan yang paling besar dan juga pusat dari kesepuluh patung tersebut.
Akhirnya lelaki itu pun menuju ke ruangan utama, sebuah ruangan yang sangat besar dan memiliki sebuah patung besar sebagai background dari meja pertemuan.
Laki – laki itu kemudian menyusul dua orang yang telah hadir.
Dua orang yang terlihat lebih tua dari laki – laki Asia tersebut.
"Hm, sudah aku bilang bukan? Rencana untuk melakukan pembangkitan itu sudah sangat liar, tapi dia sepertinya tidak menggubris itu dan tetap melanjutkan rencananya."
"Ternyata begitu ya, memang benar bahwa rencana itu cukup ambisius. Mengembalikan guru kita pada kekuatan penuhnya? Apakah hal itu benar – benar dapat diwujudkan?"
"Entahlah, bagi kita tempat ini adalah sumber dari segala tindakan kita Yaviz. Karena itulah pertemuan ini diadakan, dan kita adalah orang – orang yang berpikir untuk arah dari tujuan kita nanti."
"Hm, benarkah? Kau tahu dunia ini baru – baru ini sedikit membosankan dibandingkan dengan kita tiga ratus tahun lalu. Kecuali secuil kehancuran di Timur Asia."
"Hahaha… kau benar – benar unik Yaviz, karena sebenarnya itu adalah ulah dari sebuah kelompok – kelompok kerdil yang tak mengerti siapa mereka itu sebenarnya."
"Kau jangan begitu Benyamin, mereka masih berguna untuk kita sampai rencana milik Dominique."
"Hm, baiknya kita lihat apa yang akan dilakukan oleh kreator perencanaan kita."
Mereka berdua pun akhirnya tertawa keras berdua, laki – laki Asia masih di sana. Menunggu tuannya memanggilnya.
Setelah tawa mereka berdua.
Pintu kembali terbuka. Kali ini dua orang datang, seorang wanita bersama dengan pemimpin rapat kali ini.
"Hahaha, nampaknya pemimpin kita telah datang Yaviz."
"Hey, darimana kau selama ini?"
"Jangan begitu tergesa – gesa, kalian berdua… karena malam ini aku akan memberikan beberapa penjelasan mengenai rencanaku. Rencana yang aku persembahkan untuk seseoran yang telah lama kita ketahui yakni Naomi."
"Hm, ah benar juga… kau selalu mengerjakan semuanya sendirian."
Laki – laki yang baru datang itu pun berdiri membelakangi patung tersebut dan berada di depan pintu mengenakan setelan pesta dengan kemeja serta rompi abu – abu. Dia bersiap untuk memberikan beberapa informasi tentang rencananya.
Sementara wanita yang bersamanya menyusul Yaviz dan Benyamin.
"Hey kalian berdua, Dominique tidak meminta kalian untuk membantunya. Karena selama ini orang yang benar – benar dapat bertanding dengan Wednesday secara mental hanyalah dia."
"Sudahlah Erina jangan terlalu sungkan denganku, aku tak pernah menuntut kalian untuk mengikuti rencanaku. Tapi aku menghargai kalian, karena itulah aku memanggil kalian di tempat ini. Tapi utamanya bukan karena itu, karena rencanaku telah berjalan setengah jalan jadi aku akan memberikan rinciannya pada kalian sebagai bentuk sama – sama menghargai kalian semua sebagai bagian dari murid-nya."
"Eh sudah sejauh itu? Hm, kau memang benar – benar sesuatu Dominic. Dari dulu kau memang selalu mengesankan kami."
"Hm, kau tak pernah tahu bukan? Kalau bukan karena Wednesday, mungkin akulah murid kesayangannya. Tapi dia mencuri semua perhatian guru pada murid – muridnya. Dia terlalu sempurna untuk seorang murid, bahkan dia dapat mengembangkan mantra yang sama dengan guru dan memperkuatnya sedikit. Bukankah dia lebih mirip monster daripada kita semua?
…
Seluruh peserta pertemuan di dalam pun hanya terdiam, seakan – akan mengiyakan pertanyaan dari Dominic.
"Baiklah, sekarang semuanya telah berada di tempat ini kecuali Annastasia. Aku telah dihubungi olehnya bahwa dia telah mengetahui lokasi terakhir dari target pengorbanan kita."
"Hm, memangnya dengan metode apa kau akan membangkitkan guru kita?"
Yaviz mencoba memastikan.
"Dengan metode alkemis yang pernah guru ajarkan." Dominic menjawab tegas.
"Hm, jangan – jangan kau ingin membangkitkan guru dengan metode transmutasi?"
Benyamin menyambung dengan memastikan metode yang ingin dilakukan.
"Ah, benar sekali Benyamin. Itulah yang aku maksudkan, metode transmutasi dengan membuat tubuh kosong homunculus dan membuat jiwa guru masuk ke dalamnya."
"Tapi bukankah kita butuh darah guru untuk melakukan hal tersebut?"
"Hm, itulah kegunaan dari orang di belakang Yaviz. Dia adalah kandidat orang yang akan mendonorkan darahnya untuk menjadi perantara itu. Sedangkan orang yang akan akan dikorbankan adalah seseorang yang benar – benar sangat berbakat dan memiliki afinitas terhadap setiap elemen dan juga origin."
"Hm, bukankah itu adalah sampel yang terlalu lengkap?"
Erina bertanya.
"Benar sekali. Dia terlalu lengkap, sampai – sampai dia mirip seperti manusia."
Yaviz menambahkan.
"Benar sekali, karena kemiripan itulah dia akan menjadi batu bertuah untuk kebangkitan guru kita."
Dominic meyakinkan rencananya.
"Hm, mungkin aku tidak akan mendukungmu kali ini. Tapi aku tidak akan berbuat apapun selain mengamankan diriku sendiri, Dominic."
"Hm, tidak apa – apa Benyamin. Aku tidak menginginkan persetujuan kalian untuk melakukan ini, juga aku tak ingin membuat kalian menjadi musuhku."
"Ya, tentu saja. Kita semua sama – sama murid – murid guru, kita semua adalah orang – orang yang tidak begitu berbakat, tapi guru merawat kita dan memberikan kita pengetahuan yang melebihi zaman kita saat itu. Namun bakat milik Wednesday mengganggu harmoni milik kita semuanya. Dia bahkan didukung oleh wanita paling berbakat dari setiap wanita murid guru. Maka keputusanmu tak dapat kami larang, dan juga kami cegah. Kami juga tak berkewajiban mengikuti rencanamu, kita semua hanya bersepakat untuk tidak saling mengganggu dan menjadi musuh Wednesday."
"Benar sekali, itulah perjanjian yang telah kita sepakati selama ini."
"–––– itu adalah perjanjian 250 tahun lamanya. Kita masing – masing muridnya memiliki sampel darah abadinya yang mengalir di dalam tubuh kita. Beruntungnya dengan alkemis, guru dapat membuat darahnya sesuai untuk kita semuanya. Karena itulah kita terlambat menua dan masih bertahan dengan kekayaan dan juga kedudukan yang tinggi, maka sebagai bentuk rasa terima kasihku aku ingin membuat guru melihat dunia dan juga apa yang telah kami raih di depan matanya."
"–––– jadi itu saja yang ingin kau lakukan?"
Yaviz bertanya pada Dominic.
"Tentu, itulah yang aku ingin lakukan. Mengenai detailnya aku tak akan berbicara pada kalian, karena rencana itu akan sempurna saat Wednesday keberadaannya benar – benar bisa dipastikan. Aku tak mau jika rencana yang aku bangun selama ini dihancurkan olehnya begitu saja."
"Oh jadi begitu. Lantas apa yang ingin kau lakukan dengan anak ini?"
"Tentu saja, aku ingin dia mencari lokasi Wednesday."
Semuanya telah direncanakan oleh Dominic secara rapi dan akan dipastikan dengan keberadaan Wednesday nantinya.
Sementara itu, aku masih berada di kota Horizon.
Melangkah sedikit kita akan menuju ke tempat selanjutnya.
Tempat yang tak pernah kita sangka akan kami tuju sebelumnya, kita akan ke sebuah tempat di daerah Batang, Jawa Tengah.
Kemudian menuju ke selatan di sebuah pegunungan, dan menghampiri sebuah bangunan besar yang ditinggalkan.
Apa yang terjadi antara aku dan Rena adalah sebuah kesalahan yang aku perbuat, apapun yang dia katakan, segalanya adalah kesalahanku tanpa tapi.
Aku hanya melakukan perjalanan, melakukan sebuah pengalaman, dan menggagalkan diriku kemudian. Tapi, apakah perjalananku kali ini akan gagal?
Aku selalu berpikir demikian, entah dan kenapa, aku selalu takut mengecewakan mereka. Karena rasa takut itulah aku selalu pergi dengan cara yang menyakitkan.
Semoga, aku dan kamu bertemu di kesempatan lainnya.
"Hei Ray. Kenapa kau lamban sekali? ––––"
Yuki mengeluh kepadaku, setelah beberapa saat dia menyadariku.
"Yee, malah melamun disana. Ayo cepatlah."
"Oke, oke…"
Aku menjawabnya, Alice hanya tersenyum melihatku.
Yah, aku tak mungkin dapat melangkah lebih ke depan jika aku tak bersamanya, usahanya untuk menenangkanku dan membuatku tak khawatir dengan bebanku saat ini.
Aku juga tak mungkin bisa seperti itu terus – menerus, jadi usahanya tak mungkin aku sia – siakan. Sejauh ini, mungkin aku hanya akan percaya padanya dan siapapun yang dia percaya.
Huh, aku terlalu lama merenung.
Mereka terlalu lama menungguku, aku harus segera menyusul mereka.