Chereads / Semburat Rindu sang CEO / Chapter 4 - Cantik wajahmu ( 4 )

Chapter 4 - Cantik wajahmu ( 4 )

Mendapat perhatian dari wanita yang sekilas tampak garang, tapi memiliki hati yang lembut.

" Kalau kau tak keberatan, bolehkah aku tahu namamu? Panggil aku Keenan.." Ucap Kenan lagi menatap wajah Tania dan menunggu ekspresi wajah gadis cantik yang berdiri di hadapannya.

" Tania. Panggil aku Tania, maaf telah bersikap kasar padamu tadi dan menyebabkan lukamu mungkin sedikit meradang, tapi percayalah, karena pil yang telah kau makan, kau tidak akan memiliki infeksi, setelah kau bisa berjalan nanti, aku akan membawamu pada nenekmu untuk mengobati lukamu.." Ucapnya sedikit melunak dan menatap Keenan dengan sedikit tersipu malu.

" Terimakasih Tania, karena telah berada di hutan ini dan menolongku, aku pastikan akan membalas semua kebaikanmu.." Ujar Keenan dengan mimik wajah serius.

" Sudahlah! Aku tak suka mengungkit kebaikan, tak perlu kawatir! Semua orang yang berada di hutan dan bertemu denganku, aku akan menolong semampuku. Berhenti merasa sungkan, aku tidak suka!" Ucapnya kembali ketus.

Keenan mengurungkan niatnya, mengatakan akan membalas semua kebaikan wanita itu dengan apapun permintaannya akan di kabulkan. Menyadari betapa kerasnya hati wanita itu.

" Baiklah, aku senang karena kau tak menjaga jarak padaku sebagai orang baru di hutan ini.." Jawab Keenan lagi. Tania hanya menatap Keenan sekilas lalu memalingkan wajahnya setelah matanya bertemu dengan mata elang milik Keenan.

" Oh, ya. Apakah kau memiliki hobi yang sama denganku? Bertualang di hutan? " Tanya Keenan bermaksud memecahkan kekakuan yang terjadi diantara keduanya.

" Siapa bilang hobiku bertualang di hutan? Jangan sok tau! " Ucapnya lagi sembari berjalan menjauh dari posisi Keenan duduk dan api unggun berada, membuat Keenan berfikir apa yang terjadi dengan wanita itu, apakah ia telah menyinggung hati winita itu lagi, sehingga membuat wanita itu meninggalkannya sendirian di dalam hutan dalam keadaan terluka dan kesulitan untuk berlari.

" Hei! Tania..Tania.!! Aku tak bermaksud menyinggung perasaanmu, aku hanya menebak saja, apakah hobi kita sama.."Teriak Keenan ketakutan di tinggal wanita itu.

" Tenanglah! Aku tidak akan meninggalkanmu, diam dan tunggu saja disitu! Jangan menjauh dari api unggun selangkahpun, atau nyawamu jadi taruhannya! " Teriak Tania tak kalah kuat di balik pohon dan gelapnya hutan malam itu.

Akhirnya Keenna bernafas lega, entah kemana hilangnya nyali bertualang di hutannya selama ini yang selalu berapi - api dan tanpa takut, yang selalu ia miliki. Mengapa saat ini ia begitu takut akan kepergian wanita itu, ataukah karena ia sedang terluka, tapi bukankah lukannya sebenarnya masih kategori ringan di banding luka sebelumnya yang ia peroleh, lantas mengapa ia kini melemah dan nyali bertualangnya seolah menghilang.

Ataukah sebenarnya ia tak takut dengan hutan itu, tapi takut kehilangan wanita itu? Entahlah, hati kecilnya menyanggah itu drngan keras. Mengingat pertemuannya dengan wanita itu masih terlalu singkat dan belum sampai hitungan hari, mana mungkin ia memiliki perasaan seperti itu. Elaknya sembari menggeleng dan menjawab dengan suara keras.

" Baiklah, tapi tolong segera kembali, aku takut sendirian disini, aku tak bisa berlari.." Jawabnya sembari menutup mulutnya, tersadar bahwa ia tengah berpura - pura lemah saat ini.

Untungnya Tania tak menyimak dengan jelas suara Keenan, karena ia tengah berfokus pada kelinci yang tak jauh di matanya. Ia membidikkan anak panah, dan sedetik kemudian kelinci itu tergelapar keatas rerumputan, Tania mendekat dan mengambil kelinci lalu kembali mendekat kearah api unggun dimana Keenan berada.

Wajahnya sumringah merasakan sensasi yang luar biasa karena akhirnya berburu nya hari ini membuahkan hasil. Melihat wajah ceria Tania membuat Keenan terpana sejenak, terlebih melihat apa yang di bawa di tangan gadis itu.

Ia membawa dua ekor kelinci sekaligus dalam waktu sekejab. Membuatnya terpana dengan pemandangan di hadapannya.

Sesampainya di dekat Keenan duduk, Tania membuka ransel di punggungnya dan mengeluarkan pil dari botol yang berbeda dan memberikan kepada kelinci itu, sejenak kemudian kedua kelinci itu terkulai lemah. Lalu Tania membalut luka kedua kelinci yang terkena panah miliknya. Setelah membersihkan luka dan menambahkan bubuk rahasia ke atas luka kedua kelinci itu, Tania lalu membalut luka itu. Setelah itu ia mengeluarkan sesuatu dari dalam ranselnya. Ternyata itu adalah jaring untuk kedua kelinci itu, jaring yang lucu berbentuk gendongan sehingga membuat Tania tak susah untuk membawa hasil buruannya.

Setelah mengikat jaring di sebatang pohon yang tumbang di dekatnya, Dan merapikan peralatan pertolongannya kepada kelinci, Tania menoleh kearah Keenan yang masih terpana dengan apa yang di lakukan gadis cantik bermata biru di hadapannya.

Tania duduk dan meneguk minuman dari botol minum yang dibawanya. Lalu menoleh kearah Keenan dan bertanya " apakah haus?" Tanyanya kaku karena ia bingung harus kembali memanggil kakak, mengingat usianya terpaut lumayan jauh kalau di lihat dari wajah pria itu yang sudah dewasa.

" Ternyata kamu mahir menggunakan panah, berapa kamu dapat hasil berburu ketika berburu? " Tanya Keenan memecahkan kekakuan sembari meraih botol berisi minuman.

" Tergantung, terkadang aku membawa pulang empat atau lima, dan terkadang tidak membawa apapun.." Jawab Tania sudah mulai membuka diri kepada pria yang duduk di sisinya.

" Melihat keahlian memanahmu, sepertinya mustahil kau tak mendaptkan apapun Tania.." Tanya Keenan lagi merasa penasaran.

" Yah! Karena terkadang aku bertemu dengan manusia sepertimu, yang tersesat dan dalam keadaan terluka, sehingga aku memutuskan menolong mereka terlebih dahulu dan membawanya ke rumah dan bertemu dengan nenekku, untuk mengobati luka mereka hingga sembuh dan mereka meninggalkan hutan untuk selamanya.." Ujar Tania sembari mengenang kembali ingatannya yang selalu menolong orang lain silih berganti.

" Kau hebat Tania. Aku mengagumimu.." Ucap Keenan tanpa sengaja meluncur begitu saja kalimat itu tanpa sadar, hingga membuat Keenan menutup bibirnya dengan sigap.

" Ceritakan padaku, apa yang terjadi denganmu hingga kau terluka, aku tak melihat ada bekas gigitan binatang buas seperti pemburu lainnya..." Tanya Tania memilih mengabaikan ucapan Keenan terkahir kali.

" Hmm, aku harus jujur padamu, karena kau adalah penolongku, ohh,ya. Berapa usiamu? Sepertinya kau masih sekolah.." Tanya Keenan lagi menatap Tania yang terkejut mendapat pertanyaan pribadi dari pria yang tak berbeda jauh dari usianya.

" Aku tujuh belas tahun, kakak berapa?" Tanya nya sudah melunak dan tak lagi membuat jarak.

" Berarti kamu sekolah menengah atas tingkat akhir bukan? " Tanya Keenan lagi karena penasaran dengan kepribadian dan segala sesuatu tentang gadis itu, ia ingin mengetahuinya secara menyeluruh.

Tania menoleh dan tersenyum, senyum pertama kali yang ditujukan Tania kepada Keenan, hingga membuat pria itu semakin terpana menatap kecantikan senyumnya dengan sinaran api unggun malam itu yang semakib menambah keindahan