"Taraaaaaaaaa!"
Dengan semangat dan sumringah Ray menenteng paper bag yang berisi bahan-bahan sayuran setelah membelinya di minimarket terdekat.
Aifa tak menyangka bahwa Ray sebegitu niatnya sampai-sampai tak memberi kabar sebelumnya.
"Ray yang baik hati dan tidak sombong ngapain kesini bawa bahan sayuran?"
Ray tersenyum tipis. "Untuk masak. Bukankah aku pernah menagih janji dengan kakak untuk mencicipi masakan kakak?"
"Jadi Ray suruh Aifa masak?"
Ray menggeleng. "Tidak juga. Lebih tepatnya kita masak bersama."
"Masak bersama?"
"Hm. Kenapa? Apakah kakak tidak mau?"
"Bukan itu. Em Aifa.. Aifa hanya takut sama Daddy kalau ada pria lain kesini."
Ray berdiri sambil memeluk paperbag miliknya dan melenggang masuk kedalam dapur seolah-olah rumah Aifa sudah menjadi hal yang biasa baginya tanpa rasa sungkan.
"Jangan khawatir kak! Aku sudah meminta izin sama Om dan Tante Ayesha."
"Sudah izin." Aifa mengerutkan dahinya. "Kapan?"
"Waktu ketemu mereka beberapa jam yang lalu." Ray mulai mengeluarkan bahan-bahan sayuran di atas kitchen set. "Mommy dan Daddy lagi ketemuan sama Om Fandi dan Tante Ayesha diluar."
"Jadi calon mertua Aifa-" Aifa terdiam. Tiba-tiba ia baru sadar kalau Rex bukan miliknya lagi. Aifa berdeham. Meredam rasa sesak di hatinya. "Jadi Om Ronald dan Tante Luna ada di sini?"
"Iya kak."
"Bukannya mereka sedang liburan di Bali?"
Dan Ray terdiam. Ia merutuki kebodohannya karena ia baru ingat bahwa kedatangan mommy dan daddynya ke kota ini adalah untuk bertemu dengan calon besannya. Siapa lagi kalau bukan orang tua Aisyah. Sungguh ia begitu menyesalinya sampai-sampai ia tidak berani berkata yang sesungguhnya.
"Ray?"
"Ah. Iya. Maaf. Wah, bagaimana kalau kita masak sekarang?"
Dengan ragu Aifa mendekati Ray dan mulai mencuci tangan terlebih dahulu. Sepanjang masak, mereka mengobrol ringan dengan berbagai macam topik untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
Ini pertama kalinya mereka berinteraksi dalam waktu yang cukup lama jika sebelumnya hanya bertemu dan bersapa sekedarnya. Ray menatap Aifa yang sibuk memotong sayuran. Lalu mencucinya dan seketika Ray tertawa geli. Menyadari hal itu Aifa menoleh kearah Ray.
"Ada apa?"
"Kakak lucu."
"Maksudnya?"
"Kalau masak, akar sayurnya di potong dulu kak."
"Oh gitu ya? Aifa baru tahu."
"Jadi selama ini kakak masak tanpa memotong akarnya?"
Aifa mengangguk. Seketika Ray terbahak. Mendadak Aifa hanya tersenyum kikuk. Tapi Ray berusaha memahaminya karena Aifa baru belajar memasak.
"Yang benar di potong gini kak."
Aifa menatap Ray yang dengan sabar mengajarinya. Bahkan memberi contoh cara memotong sayur yang baik dan benar.
"Ray baik sekali. Ray juga akhir-akhir ini perhatian. Tapi Kenapa Rex tidak bisa baik seperti Ray? Kenapa Aifa sulit lupain Rex? Maafin Aifa. Sekarang Aifa sudah gak baik untuk Rex." lirih Aifa dalam hati.
"Kalau kakak potong sayurnya harus teliti. Jangan sampai jari kakak terluka."
Aifa tersentak ke dunia nyata bertepatan saat suara adzan Zuhur berkumandang di ponsel Ray. Ray segera menuntaskan pekerjaannya lalu menuju westafel untuk mencuci tangan.
"Sudah waktunya Zuhur kak. Aku mau sholat dulu ya. Mau bareng ke mesjid?"
Aifa menggeleng. "Em Aifa dirumah aja."
"Kakak gak sholat? Atau lagi haid?"
Seketika Aifa terdiam. Mendengar kata haid membuat tubuh Aifa secara tidak langsung gemetar. Bayangan ia ternodai membuatnya takut hanya untuk mengecek jadwal tamu bulanannya di kalendar. Bulan ini Aifa belum mendapatkan menstruasinya dan Aifa takut jika-
"Kak? Kak Aifa kenapa?"
"A-aku.. aku."
"Kakak sakit? Wajah kakak tiba-tiba pucat?"
Aifa memundurkan langkahnya. Tiba-tiba Aifa melemas dan tanpa di duga pingsan karena syok mengenai musibah yang menimpanya dirinya disertai menerkan-nerka tamu bulannya akan datang bulan ini atau tidak.
"Kak Aifa!"
🦋🦋🦋🦋
Ayesha menyeruput secangkir kopi miliknya. Setelah itu ia kembali meletakkannya di atas meja dan memilih menatap kelain. Sementara Fandi ada dihadapannya. Fandi merasa istrinya itu masih marah akibat kejadian beberapa hari yang lalu.
"Ay?"
"Apa?"
"Masih marah?"
Ayesha hanya menghedikan bahu tidak perduli. Sungguh ia begitu kecewa dengan sikap suaminya selama ini. Bertepatan saat itu, Luna dan Ronald datang lalu di sambut pelukan erat oleh Ay pada Luna.
"Sorry telat. Lo sudah lama nunggu disini?" tanya Luna setelah mereka saling melepas pelukan.
Ayesha menggeleng. "Tidak juga. Maaf gue langsung pulang waktu itu. Gak sempat ikut rayain hari jadi pernikahan kalian."
"Woles Ay. Jadi, ada apa Lo pulang ke Jakarta waktu itu? Apakah ada masalah?"
Seketika Ay terdiam. Ia memberanikan diri menatap Fandi yang kini ikut bingung untuk merespon pertanyaan dari Luna.
Dengan terpaksa Ay berbohong. "Gak ada apa-apa kok. Kebetulan hanya mendadak ada urusan perusahaan Fandi disini. Frankie dan Franklin butuh daddynya untuk membantu mereka."
Luna hanya mengangguk mengerti. Ia pun kini berubah memasang raut wajah serius. "Ada hal penting yang harus gue kasih tahu ke kalian. Sebelumnya, gue minta maaf banget jika pada akhirnya hal ini buat kalian kecewa."
Fandi terlihat tertarik. "Oh ya? Soal apa?"
"Em, gue minta maaf soal.." Luna melirik kearah Ronald. Suaminya itu hanya mengangguk dan tak lupa menggenggam punggung tangannya yang berada di atas pahanya seolah-olah ingin memberi tahu bahwa sekarang adalah waktunya yang tepat.
"Gue minta maaf soal anak-anak. Terutama soal Rex."
"Ada apa dengan Rex?" tanya Ay lagi.
"3 hari lagi. Rex akan menikah dengan wanita lain. Em.. Lo.. Lo, maksud gue, maaf. Gue minta maaf. Jujur gue gak enak sama kalian. Lo tahu sendiri kalau Aifa-"
"Its oke Lun. Gue gak masalah." potong Ay cepat. "Kalau emang putra lo menemukan wanita yang tepat untuk menjadi istrinya, gue bersyukur."
"Tapi Ay-"
"Iya gue tahu. Impian kita dari dulu pengen jadi besanan. Tapi kalau jodoh Rex wanita lain. Gue bisa apa? Santai Lun. Gue gak apa-apa kok."
Dan Luna terdiam bersama Ronald mendengar lontaran Ay yang begitu diluar dugaan. Ia pikir Ay akan kecewa dan marah dengannya. Tapi nyatanya?
Luna dan Ayesha bersahabat sudah bertahun-tahun sejak jaman sekolah menengah atas di Bandung. Luna tentu tahu bagaimana sikap Ay sejak dulu meskipun saat ini bibir Ay berkata semuanya baik-baik saja. Benarkah itu? Kalau boleh jujur saat ini Luna merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Ay.
Ntah itu apa.
🦋🦋🦋🦋
Aisyah terdiam menatap hamparan danau didepan matanya. Angin sejuk dan sepoi-sepoi membuatnya betah hanya untuk merenung dengan segala banyak pemikirannya kali ini.
Aisyah semakin gugup saja bahwa malam ini keluarga besar Rex akan datang mengunjunginya. Seharusnya dia senang. Seharusnya dia bahagia. Tapi kenapa? Kenapa dia merasa ini beban untuknya?
Air mata mengalir di pipi Aisyah. Ia pun mendongakan wajahnya kelangit. Mencurahkan isi hatinya pada sang Pencipta.
"Ya Allah. Sesungguhnya hamba menyukai pria lain yang tidak pernah menemui hamba sebelumnya. Maafkan hamba yang jatuh cinta dalam diam kepada dirinya selama ini."
🦋🦋🦋🦋
Sisa 3 hari H untuk si Rex. Kalau boleh jujur bikin alurnya ini deg-degan loh 😂
Tapi author mohon semoga kalian tetap stay 🙏
Makasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian ya
With Love 💋
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii